Sabtu, 26 Februari 2011

Doa - Cara Utama Mengatasi Pencobaan

KRISTUS,
ANAK-KU, hadapilah kebenaran dan janganlah engkau berpaling dari kenyataan. Selama engkau masih di dunia ini, engkau tidak pernah akan terbebas dari kesukaran dan godaan. Sabda-Ku yang tertulis mengatakan kepadamu. “Kehidupan manusia di dunia ini merupakan suatu ujian.” Maka, janganlah engkau meremehkan godaan-godaan, tetapi waspadailah dia dengan sering-sering berdoa dan menyangkali dirimu sendiri. Dengan demikian, setan tidak pernah akan dapat mengejutkanmu. Dia tidak pernah terlena, dia selalu berkeliling seperti singa lapar mencari mangsa yang dapat diterkamnya.

Doa Memohon  Terang
Terangilah pikiranku, ya Yesusku yang baik, dengan terang cahaya kekal, dan kiranya semua kegelapan lenyap dari hatiku. Buatlah aku dapat melihat menembusi pikiranku yang melayang-layang, dan bantulah aku menggantinya dengan pikiran yang baik dan sehat. Lindungi aku dari makhluk jahat yang mendatangiku dalam bentuk keinginan-keinginan menarik.
Curahkanlah kedamaian hati sejati melalui kekuatan-Mu, sehingga kemuliaan-Mu dapat dipantulkan oleh jiwaku seakan Bait Allah yang Suci. Teduhkanlah hujan dan badai. Berfirmanlah kepada lautan: “Tenanglah.” Berserulah kepada angin ribut: “Berhentilah!” Maka jiwaku akan sangat tenang. Amin.

                            Doa Melawan Godaan
Tuhan dan Allahku yang baik, janganlah Engkau jauh dariku. Tiliklah aku, dan tolong aku. Pikiran-pikiran jahat telah timbul menyerangku dan ketakutan besar menyengsarakan jiwaku. Bagaimana aku dapat berjalan terus tanpa dicelakai oleh mereka? Tunjukkan kepadaku bagaimana aku dapat menghancurkannya. Engkau telah mengatakan: “Aku akan berjalan mendahului kamu dan Aku akan membuat malu orang-orang besar di dunia ini. Aku akan membuka pintu penjara dan akan membukakan rahasia-rahasia-Ku kepadamu.” Tuhan Allah yang baik, lakukanlah seperti yang Engkau katakan itu, dan enyahkanlah semua keinginan dan pikiran-pikiranku yang jahat itu dari hadapan-Mu. Amin.

Dikutip dari Buku Perspektif Hidup Surgawi. Info Pemesanan: Email ke waskitapublishing@gmail.com atau sms / call ke 0812-270-24-870

Emily - Sembuh dari Lupus

EMILY BELAJAR KEBENARAN TENTANG SAKIT PENYAKIT
Sepanjang tiga tahun berikutnya, Emily lanjut memerangi gejala-gejala lupus, yang meliputi kesakitan yang sangat, kelemahan, mual, dan sukar bergerak. Emily menceritakan, “Pada Januari 1983, saya terlalu sakit untuk dapat bangun dari tempat tidur, tetapi saya tidak mau pergi ke rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa sebagian besar dari sistem-sistem organ tubuh saya mengalami kegagalan, dan bahwa saya sedang mendekati akhir hidup saya.”
            Sementara Emily terbaring, mendekati kematian, seorang sahabatnya memanggil seorang pastor yang penuh Roh untuk berdoa baginya. Emily menyaksikan, “Sebelum ia berdoa, ia menjelaskan bahwa sakit penyakit datang dari iblis, dan bahwa karya Yesus di salib telah menghancurkan kuasa iblis. Lalu ia berkata bahwa jika orang memercayai kebenaran itu, mereka akan dibebaskan dari sakit penyakit sama seperti mereka dibebaskan dari dosa. Lalu ia berdoa untuk saya, tetapi saya tidak merasakan adanya pengurapan atau perasaan lainnya.”
            “Pastor itu berkata bahwa saya akan bebas dari lupus! Saya berusaha untuk bersikap sopan, sebab ia bermaksud baik. Saya berkata, ‘Pastor, saya tidak pernah mendengar itu sebelum ini, meski saya telah lama bergereja. Maafkan saya, tetapi rasanya sukar memercayai itu dalam keadaan saya kini terbaring sakit di depan pintu kematian.’”
            “Pastor menjelaskan bahwa baik dosa dan sakit penyakit adalah perbuatan iblis, dan bahwa Yesus telah membereskan keduanya dengan Ia disalibkan. Saya bertanya kepada pastor itu, ‘Bagaimana dengan fakta penjelasan medis tentang kasus saya?’”
            “Jawabannya mengubah hidup saya. Ia berkata bahwa fakta-fakta medis benar adanya, tetapi firman Allah adalah kebenaran yang lebih tinggi. Anda boleh memilih apa yang ingin Anda percayai, tetapi jika Anda pikir Anda sakit, Anda memercayai dusta si iblis.”
            Pengertian mulai terbit atas Emily. Ia berkata, “Maksudmu iblis telah membuat saya sakit dan mencuri kesukaan saya selama ini, hanya karena saya membiarkan ia mengambilnya, dan bahwa saya memercayai dustanya?” Begitu ia tahu kebenaran, Emily mulai menjadi marah kepada iblis.
            Ia berkata, “Sejak saat itu dengan penuh tekad saya mengambil hak saya untuk kesembuhan. Meski saya sangat lemah, saya paksa diri saya untuk meraih dan memegang pena saya yang tergeletak di meja samping ranjang saya. Saya tulis, ‘Hari ini, tanggal 21 Januari, 1983, oleh iman akan firman Allah, saya menyatakan bahwa saya sembuh dari lupus.’”
            “Pastor telah menyatakan bahwa dengan mengucapkan Firman Allah ke situasi saya, saya dapat mengubahnya. Saya begitu ingin sembuh, mengendalikan penuh keadaan saya. Saya begitu marah bahwa iblis telah merampoki saya sekian lama dari tahun-tahun baik saya. Saya berketetapan hati melakukan ini, dan tidak ada apa pun kecuali kematian dapat menghentikan saya dari mengklaim hak-hak saya.”
            “Saya mulai mengucapkan Firman Allah langsung ke tubuh saya, dan tubuh saya mulai berespons dan menerima kekuatan kembali, dan ini membuat para dokter heran. Saya mulai melakukan hal ini setiap saya dalam keadaan terjaga. Lalu saya membeli rekaman khotbah oleh Norvel Hayes, seorang guru Alkitab dari Tennessee, berjudul Bagaimana supaya Hidup, dan Tidak Mati (How to Live and Not Die). Rekaman itu sangat memberkati, saya mulai menuliskan setiap ayat Alkitab berisi janji penyembuhan yang dapat saya temukan, dan dengan setia saya mengucapkannya dengan suara kuat, sepanjang hari.”
            “Saya bicara kepada tubuh saya dan kepada iblis serta kepada sakit penyakit seperti halnya kalau saya bicara kepada seseorang. Saya menyebut diri saya telah sembuh waktu saya terkesan belum sembuh. Saya menyebut nama bagian-bagian tubuh dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus bekerja dengan benar. Saya bicara dengan lantang kepada iblis dan sakit penyakit mengusir mereka keluar dari diri saya, dan bahwa mereka tidak berhak mengklaim saya.”
           
EMILY BERTAHAN SEPERTI SEEKOR BULLDOG
            “Selama dua belas bulan saya bertindak seperti itu, dan penderitaan saya semakin menjadi-jadi. Namun demikian, saya tahu permainan apa sedang dimainkan oleh si iblis. Ia ingin meningkatkan penderitaan untuk mengganggu saya dari mengimani janji-janji Allah dan membuat saya berpikir bahwa semua itu tidak berdampak, tetapi tidak satu kali pun saya memberikan iblis kepuasan. Ia ingin saya memerhatikan gejala-gejala tubuh saya yang mengecoh itu lebih daripada Firman Allah. Tidak peduli betapa pun buruknya kesakitan saya, tak pernah saya berkata, ‘O saya sakit. Saya menderita.’ Saya hanya terus berkata, ‘Saya telah sembuh. Oleh Firman Allah, saya disembuhkan.’ Dua orang dari para sahabat saya kemudian hari bercerita bahwa saat itu mereka pikir saya telah terganggu mental karena kesakitan saya.”
            Emily bercerita lanjut, “Iblis berulang kali berusaha menyerang saya dengan keraguan. Di malam hari itu menjadi lebih buruk lagi. Iblis menyerang saya dengan kesakitan dan menyerang pikiran saya, dengan berkata, ‘Kamu tidak sembuh. Kamu tidak kenal seorang pun yang pernah sembuh dari keadaan ini.’ Saya sadar bahwa itu adalah dusta dan merupakan bagian dari rencananya untuk menipu saya. Maka saya menyerang balik dengan menandaskan Firman Allah. Saya tahu bahwa jika iblis berhasil membuat saya percaya dustanya, penyembuhan saya tidak akan terwujud. Satu hal pasti telah saya pelajari ialah bahwa kesakitan adalah gejala dari iblis untuk mengecoh saya.”
            “Yang sejati benar ialah Firman Allah. Salah satu ayat Alkitab favorit saya ialah yang berkata, ‘Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita’ (Matius 8:17) dan ‘Oleh bilur-bilurnya kamu  telah sembuh’ (1 Petrus 2:24).”

TIDAK MUDAH, TETAPI BISA DILAKUKAN
“Dalam dua belas bulan saya sembuh total. Tidak ada gejala lupus yang hadir dalam tubuh saya, dan tidak ada sakit penyakit lain ditemukan oleh semua tes medis yang banyak dilakukan sesudah itu. Para dokter menganggap lupus seratus persen mematikan, namun di sini nyata saya telah disembuhkan. Pada awalnya mereka hanya berkata, ‘Anda telah memasuki tahap remisi.’ Namun demikian, sesudah enam tahun tanpa ada pengulangan gejala apa pun, dokter kembali melakukan pemeriksa ekstensif. Diagnosisnya mengatakan bahwa saya benar-benar telah sembuh.”
            “Itu adalah dua puluh tahun yang lalu. Sejak saya belajar bagaimana memaksakan Firman Allah berlaku dan memakai prinsip-prinsip-Nya, saya seterusnya membaik dalam kesehatan saya. Hari ini saya dalam keadaan jasmani sangat baik lebih dari sebelumnya, kini dalam usia saya yang telah tujuh puluh lima tahun. Saya mengalami kesukaan ajaib dalam hidup saya, dan kini saya memiliki hidup berkelimpahan seperti yang Yesus janjikan dalam Yohanes 10:10. Dan apa yang saya saksikan kepada Anda ialah bahwa semua prinsip ini berlaku untuk tiap orang. Saya disembuhkan hanya karena satu alasan, yaitu memercayai dan mengakui janji-janji Allah. Prinsip ini memberi hasil bagi saya, dan akan berlaku demikian juga untuk Anda.”
            “Namun demikian, hal ini tidak mudah. Jangan berharap iblis akan sekadar undur dan menyerah. Ia memiliki banyak trik dan tipu daya untuk berusaha membuat Anda menyerah. Jangan berharap peperangan ini akan mudah, tetapi jika Anda memiliki kesabaran dan ketekunan, Anda akan menang. Firman Allah tidak pernah gagal.”
            Sesudah ia disembuhkan dari lupus, Allah memanggil Emily ke dalam pelayanan, dan ia mulai bertumbuh menjadi seorang pengajar dengan pengurapan untuk pelayanan penyembuhan. Banyak orang mendapatkan kesembuhan ketika ia berdoa bagi mereka, tetapi ia masih harus menghadapi satu lagi pengalaman peperangan untuk penyembuhan lainnya. Dst...

Dikutip dari Pasal 3 Buku Intervensi Adikodrati Oleh Sid Roth & Linda Josef. Info Pemesanan: waskitapublishing@gmail.com atau sms / call ke 0812-270-24-870

Rabu, 23 Februari 2011

Ketika Hidup Bagaikan Padang Gurun

Padang gurun dan perjalanan spiritual sangat menyerupai Masada. Sebagian orang mengalami segala sesuatunya gersang. Tidak ada kesukaan dalam doa atau pembacaan Alkitab. Pergi ke gereja menjadi sesuatu yang menjemukan dan sia-sia. Sakramen menjadi upacara tanpa makna. Di mana sebelumnya ada pengalaman akan kehadiran Allah sebagai orangtua yang mengasihi, merawat lembut dan membimbing, atau bimbingan hikmat dari Roh Kudus, kini hanya ada kehampaan yang dalam. Kisah Yesus yang sebelumnya penuh daya tarik dan stimulasi, sebagai semacam buku catatan dari kehidupan seorang sahabat karib, berubah menjadi membosankan, dan bahkan kisah salib dan kebangkitan jelas kehilangan kuasanya untuk menyentuh hati. Ini adalah pengalaman biasa dari banyak sekali orang Kristen di tahap tertentu ziarah mereka. Tragisnya, beberapa orang langsung menyimpulkan bahwa yang terjadi di Yordan adalah khayalan, suatu fase yang berlalu, bahwa sesungguhnya tidak ada Yerusalem dalam perjalanan selanjutnya. Sebagian orang lagi berputar-putar membuta tanpa harapan, dan tersandung oleh kecelakaan – atau tepatkah mengatakan itu hanya kecelakaan? – lalu akhirnya balik ke perjalanan yang benar. Tetapi jalan kedewasaan Kristen adalah mengenali jalan padang gurun sebagaimana adanya – suatu jarak di jalan yang disebut “Kesetiaan” – dan menempuhnya dengan ketaatan dan kesabaran:
           
            Aku berkata kepada jiwaku, diamlah, dan nantikan tanpa
                        harapan
            Sebab harapan menjadi harapan akan hal yang salah; nantikan
tanpa kasih
            Sebab kasih menjadi kasih kepada hal yang salah; namun masih
                        ada iman
            Tetapi iman dan kasih dan harap, semuanya
                        sedang menanti.
            Nantikan tanpa berpikir, sebab Anda belum siap untuk pikiran.
            Maka kegelapan akan menjadi terang, dan diam
                        menjadi tarian.

            Tentunya, ada banyak faktor yang jelas dapat berkontribusi kepada perasaan kosong ini, atau pengalaman padang gurun rohani ini. Ini bukan sekadar sesuatu yang keliru orang sebut sebagai “murni masalah spiritual.” Keletihan dapat banyak berpengaruh. Ketika Elia melarikan diri dari Izebel sesudah membunuh para nabi Baal, ia pergi ke padang gurun seharian perjalanan, dan menjadi sedemikian tertekan sampai ia meminta Allah membunuhnya di situ saat itu juga. Apa jawab Allah? Banyak, tetapi tiga yang pertama ialah tidur, makan dan minum. Baru sesudah itu Elia siap untuk langkah berikut perjalanan gurunnya.
            Terkadang seluruh keadaan ini dapat diakibatkan oleh diri sendiri. Kita membiarkan tekanan menggunung; kita mendorong diri kita bahwa tidak cukup waktu untuk istirahat, atau kita tidak cukup makan sebab kita bekerja terlalu keras; pesan-pesan yang tubuh kita kirim tidak ditanggapi, maka akhirnya sistem melemah. Jika, dalam kasus seperti ini, kita mengacaukan gejala masalah – yaitu ketidakmampuan kita untuk merasakan kehadiran Allah dan kasih-Nya – sebagai akarnya, kita ada dalam bahaya proyeksi kosmis, yaitu menyalahkan Allah karena masalah kita, seperti seorang anak yang mengunci diri dalam kamar dan berteriak marah ke ibunya sebab tidak masuk menemukannya.
            Tetapi terkadang masalahnya memang tidak terhindari. Boleh jadi terdapat akar masalah medis, seperti keletihan dan depresi yang kerap mengiringi operasi atau melahirkan anak. Terkadang ada pada lingkungan dekat kita yang tak terhindari, sementara kita menyaksikan seseorang yang sangat kita kasihi menderita penyakit yang mengancam hidupnya. Terkadang ia merupakan akibat alami dari suatu perubahan hidup yang besar: pekerjaan baru, pindah ke tempat baru, perubahan dalam keadaan keluarga. Garis-garis yang saling berkaitan antara mental, jasmani, emosional dan spiritual seringkali terlalu rumit dan halus dari yang biasanya kita sangka; dan jika Anda berpendapat dapat melakukan sesuatu di satu aspek dengan tidak memengaruhi aspek lainnya, kemungkinan Anda akan kedatangan masalah dari aspek lain. Entah disebabkan oleh apa, akibatnya seringkali adalah masa di padang gurun. Dan itu tidak jauh, ia ada di balik bukit.
            Khususnya tentu, padang gurun adalah tempat pencobaan. Ia merupakan tempat di mana berbagai pilihan nyata dibuat. Adalah berbeda berada bersama orang banyak turun menuju Yordan untuk baptisan atau ke Kota Suci sambil meneriakkan Hosana, dari sendirian di jalan yang panas berdebu dan sepi dan Anda tidak pasti di mana Anda berada, atau siapa sesungguhnya Anda? Apakah sesungguhnya arti semua ini? Mengapa tidak... ubah saja batu-batu ini menjadi roti? Benarkah Allah berkata “Kamulah AnakKu yang Kukasihi, kepada siapa Aku berkenan?” Jangan-jangan semua itu hanya impian! Jika Allah sungguh serius tentang perkataan itu, mengapa kamu merasa seperti ini sekarang? Mengapa tidak menyimpang, dan memungkinkan dirimu mendapatkan semua kenikmatan dan rangsangan yang orang lain miliki? Tahukah kamu, puasa dan doa ini, sama sekali tidak wajar. Kamu perlu hidup di dunia nyata dan berhenti membodohi diri sendiri.... Dst.

Dikutip dari Pasal 3 Buku Jalan Tuhan Oleh N. T. Wright. Info Pemesanan - Email ke: waskitapublishing@gmail.com atau sms / call ke: 0812-270-24-870

Sabtu, 19 Februari 2011

Pembentukan Yakub

...
Allah sebagai Pegulat
Sang pendatang ilahi, yang waktu itu masih belum dikenali, melompat ke Yakub, dan mereka bergulat sepanjang malam. Dalam gulat, tujuannya ialah membuat lawan terjatuh dan menahannya dalam keadaan terjatuh, dan jelas itulah yang Yakub pikir dan rasa sedang diusahakan oleh pengunjung itu kepadanya. Apa kesimpulan kita dari sini? Prinsip teofani ialah bahwa Allah selalu tampak kepada manusia dalam bentuk yang akan paling menolong mereka untuk berjumpa Dia – seperti halnya dengan semak menyala kepada Musa, serdadu yang menemui Yosua, takhta kerajaan kepada Yesaya dan Yehezkiel; dan kini Allah menjumpai sebagai seorang pegulat, berusaha menjatuhkan Yakub.
            Hal yang diperlihatkan dari pergulatan ini ialah bahwa Allah harus menjatuhkan kita sebelum Ia dapat membangkitkan kita. Jatuh dari apa? Jatuh dari cara yang kita tetapkan untuk meninggikan kita dalam kesombongan, rasa cukup diri, kecerdikan, inisiatif, pengandalan diri dan taktik perlawanan yang secara sadar kita pakai dalam usaha mengalahkan orang lain. Semua ini merupakan cara hidup Yakub, dan kini semua kebiasaan melayani diri sendiri itu dipelintir keluar darinya. Itulah yang Allah lakukan ketika Ia bergulat dengan Yakub. Anak manja Ribka ini memang memerlukan perlakuan ini teramat sangat, dan kiranya jelas bagi kita bahwa dosa asal, akar terdalam dari kesombongan dan melayani diri itu, adalah suatu penyakit universal, dan dalam batas tertentu semua kita membutuhkan perlakuan sama.
            Pada mulanya Yakub merasa bahwa ia sedang melawan seorang musuh. Kemudian ia berpikir, Musuh atau bukan, aku dapat manahannya. Paling tidak aku dapat bergulat. Dalam rasa cukup dirinya yang belum cukup hancur itu, awalnya ia merasa ia dapat menang. Lalu pribadi yang bergulat dengannya itu menyentuh pangkal pahanya. Seketika itu juga pahanya lepas dari sendinya – dan Yakub menjadi pincang. Ia masih dapat bergulat, tetapi kini ia tidak dapat berharap untuk memenangkan pergulatan itu. Apakah Yakub merasa dikalahkan, merasa lemah total dan permanen yang akan menetap terus sepanjang sisa hidupnya? Dugaan saya demikian. Apakah ia menyadari bahwa justru inilah yang menjadi sasaran Allah? Entah berapa lama diperlukannya sebelum akhirnya ia menyadari itu. Tetapi dengan membaca kisah ini, dalam terang semua yang kita ketahui dari bagian Alkitab lainnya tentang jalan-jalan Allah, kita tahu dengan jelas bahwa Allah kita adalah Allah yang memberkati kita melalui menghancurkan kita, dan Ia memberkati Yakub dengan membuatnya pincang permanen.
            Saya bayangkan mulai saat itu seterusnya Yakub pincang dan butuh tongkat untuk berjalan. Tetapi Allah yang telah merendahkannya sedemikian drastis, kini memberinya perkataan yang di luar harapan dan teramat penting untuk menguatkannya. “Namamu akan menjadi… Israel [yang berarti, ia bergumul dengan Allah], sebab engkau telah bergumul dengan Allah dan dengan manusia dan telah menang” (Kej. 32:28). Apa yang terkesan merupakan akhir egonya sesungguhnya merupakan awal dari berkat sejatinya. Apa yang terasa merupakan kekalahan akhirnya dalam peperangan hidup sesungguhnya adalah satu-satunya jenis kemenangan yang penting untuk hidup – yaitu fajar dari keputusasaan riil terhadap diri sendiri yang mendahului berseminya iman sejati model Ibrani 11. Dengan alasan tepat Yakub menamai tempat itu Pniel, dan berkata, “karena aku telah melihat Allah muka dengan muka, namun demikian aku tetap diberinya hidup” (ay. 30). Jika kita ikuti kisah ini lebih jauh lagi, kita akan menemukan bahwa lebih banyak lagi berkat di luar harapan sedang menantikan Yakub, dimulai dengan fakta bahwa ketika ia dan Esau berjumpa, Esau bersukacita melihatnya... dst.

Dikutip dari Pasal 2 Buku Selalu Ada Harapan karangan James I. Packer. Info Pemesanan: Email waskitapublishing@gmail.com atau sms / call 0812-270-24-870.

Kamis, 17 Februari 2011

Dosa Ciri Diri

Hidup saya, seperti rumah saya, membawa tanda-tanda unik pengalaman, relasi, kesenangan, ketidaksenangan, karunia dan kekurangan saya sendiri. Hidup saya memeragakan pola, konsistensi dan kebiasaan. Bahkan spontanitas terjadi dalam batasan-batasan.
            Demikian pun dosa saya terpola. Saya dapat meramalkan pencobaan-pencobaan saya dengan pilihan-pilihan yang pernah memikat saya sebelumnya. Pencobaan lain boleh jadi menyiksa tetangga saya tetapi sama sekali tidak membuat saya bergumul tentangnya. Pola dosa saya unik untuk saya.
            Kebanyakan kita tidak diterpa oleh berbagai pencobaan yang datang bagaikan angin dari berbagai jurusan. Hanya sedikit orang yang dicobai oleh kemabukan di suatu hari dan hari berikut oleh imoralitas seksual dan hari lainnya lagi oleh pencurian atau kekerasan atau kemalasan. Kita tidak berdosa secara acak. Dosa kita mengalir secara konsisten dan dapat teramalkan...

Paulus mengajarkan bahwa dosa-dosa kita yang melekat adalah bagian kutukan tak terpisahkan dari Kejatuhan dan hukum dosa yang diakibatkannya. “Aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku” (Rm. 7:21). Dosa seperti membran yang ketat menempel tak terbedakan dari kulit saya. Dari kategori-kategori universal saya membangun suatu jejaring dosa yang khas milik saya. Tidak ada pencobaan kecuali yang biasa untuk seluruh kemanusiaan, namun menegaskan dirinya secara perorangan dalam cara-cara sebagaimana saya merespons setiap pencobaan.
            Seperti suatu tanda tangan, pola dosa saya sedemikian menjadi ciri pribadi saya sampai ia dapat dipakai untuk mencirikan jatidiri saya. Ia menjadi profil dosa saya. Siapa pun yang akrab dengan saya akan segera mengenalinya sebagai dosa saya. Itu sebabnya saya berjuang untuk menyembunyikannya, bahkan membuat kompensasi berlebihan untuknya, supaya bahkan orang yang paling dekat saya tidak akan mencurigai bahwa ada hal itu. Saya menanamkan banyak energi ke dalam penampakan saya – suatu penampilan topeng yang palsu – yang diperhitungkan untuk meniadakan semua petunjuk profil dosa saya.
            Rayuan yang berasal dari kepercayaan palsu datang dalam bentuk dua gumulan sentral manusia: kesombongan dan ketakutan. Ketakutan akan kefanaan mendorong kita untuk menyangkali kemanusiaan Kristus – bidat Docetisme. Kita ingin Kristus tidak tersentuh oleh kerusakan kemanusiaan, sama seperti kita ingin menghindarinya juga. Di ekstrim lain, kesombongan akan kemanusiaan kita membawa kita ke penyangkalan keilahian Kristus – bidat Adoptionisme. Bersama Lucifer, kita menyesali fakta bahwa Kristus telah ditinggikan di atas kita, dan kita haus kesetaraan dengan-Nya.
            Kesombongan dan ketakutan adalah dua bersaudara rohani yang menarik. Ada sesuatu yang mendasar tentang mereka dan cara kita beredar di antara mereka. Masing-masingnya mendorong kita untuk berdosa dalam cara berbeda. Di satu saat kesombongan mendorong saya untuk meraih melampaui apa yang Allah telah taruh dalam jangkauan saya. Di saat berikutnya saya takut penolakan dan penelantaran saya oleh Allah dan menginginkan-Nya untuk meluputkan saya. Kesombongan dan ketakutan terletak di inti dosa asal... dst.

Dikutip dari Pasal 1 Buku Dosa Ciri Diri karangan psikolog dan dosen di Wheaton College, Michael Mangis - sangat bermanfaat untuk pertumbuhan diri, pelayanan pemuridan, konseling, wawasan pastoral, dlsb. Info / Pemesanan: waskitapublishing@gmail.com atau sms / call ke 0812-270-24-870.

Selasa, 15 Februari 2011

Janji Allah Teralami Nyata - Bukan 2000 Tahun yang lalu tetapi Masa Kini

SEORANG IBU MENYELAMATKAN HIDUP ANAKNYA
Peggy Joyce telah mengajarkan banyak tentang perjanjian perlindungan Allah ini. Seorang ibu muda khususnya merasa gembira bahwa ia telah belajar hal ini. “Putranya yang berusia empat tahun, Skylar, tergelincir ke sisi sebuah tebing curam sesudah sepedanya lepas kendali. Ketika ibunya menemukan dia, ia terjepit roda sepeda dan terbaring tertelungkup dengan dagunya terpelintir ke arah belakang bahunya. Situasi sedemikian darurat sampai mereka tidak dapat menanti datangnya ambulans, lalu ibu dan saudarinya membawanya ke rumah sakit terdekat. Sambil mengendara mereka berdoa dengan suara kuat sesuai janji-janji Mazmur 91.
            “Rumah sakit lokal menemukan jelas adanya pecahan dalam vertebra (ruas tulang belakang) C-1, sehingga ia segera dilarikan ke Rumah Sakit Anak Cook di Forth Worth, Texas. Situasi tampaknya sangat suram. Namun demikian kedua bersaudari itu tidak berhenti mengklaim perlindungan dalam perjanjian Mazmur 91 sementara para dokter menangani anak kecil itu. Akhirnya dokter di Rumah Sakit Cook keluar dari ruang dengan pancaran kesan aneh di wajahnya. Ia memegang foto X-ray dari rumah sakit pertama di tangan yang satu, dan foto X-ray terbaru di tangan lainnya, dan berkata, ‘Kami tidak tahu bagaimana menjelaskan ini, tetapi kami tidak menemukan adanya trauma di kepala dan tidak ada pecahan di C-1.’”
            “Kedua bersaudari itu telah memercayai Allah sepenuhnya dan percaya apa yang Ia katakan dalam Mazmur 91: ‘malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu’ (Mazmur 91:10). Sejak hari mereka meninggalkan rumah sakit, Skylar telah sepenuhnya normal, anak kecil itu sehat dan sama sekali tidak ada dampak apa pun dari kecelakaan itu.”

WANITA MUDA LUPUT DARI SERANGAN SEKSUAL
“Seorang teman kami yang masih muda, Julee, tengah bersiap-siap akan ke gereja ketika seseorang mengetuk rumahnya. Ketika ia membuka pintu, seorang pria tak dikenal menerobos masuk dan menyerangnya. Ia mengingat bahwa Allah berkata dalam Mazmur 91:5, 7, ‘Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam (apa yang dapat orang lain lakukan untuk membahayakan dirimu)… itu tidak akan menimpamu.’ Julee mulai mengutip Firman Allah kepada laki-laki itu sebagai pertahanannya.”
            “Sampai empat puluh lima menit lamanya terjadi peperangan rohani dengan pria itu berusaha merangsek kepada Julee berulang-ulang kali, tetapi kegigihannya dalam mengutip perkataan tersebut membuat pria itu kacau dan tidak dapat bergerak– setiap usahanya menyerang terbuyarkan. Di salah satu saat itu ketika pria itu sementara waktu kehilangan fokus, Julee sempat menyelinap ke pintu dan melarikan diri tanpa terkena bahaya apa pun.”
            “Kemudian, sesudah pria itu ditangkap, Julee diberitahu polisi bahwa pria itu telah menyerang banyak perempuan muda, dan hanya Julee saja yang sanggup meluputkan diri dan tidak sampai menjadi korban.”
[Engkau tidak perlu takut akan kedahsyatan (yang orang lain dapat lakukan kepadamu) … ia tidak akan datang mendekatmu.]


Dikutip dari Pasal 2 Buku Intervensi Adikodrati - kumpulan kesaksian pengalaman campur tangan Allah di beberapa dekade terakhir kini. Informasi & Pemesanan melalui Email: waskitapublishing@gmail.com atau sms / call: 0812-270-24-870

Senin, 14 Februari 2011

Harapan ketika Kekuatan Saya Mengandung Kelemahan

Simson
_____________
HAKIM-HAKIM 14-16

PASTI, TAK SEORANG PUN YANG MEMBACA KISAH SIMSON YANG TIDAK BERPIKIR, Ini tragedi. Tragedi adalah penyia-nyiaan hal yang baik, pemborosan potensi, dan Hakim-hakim 14-16 adalah sebuah kisah tragis tentang begitu banyak hal baik yang disia-siakan karena cara Simson membiarkan dirinya main-main dengan kebodohan.
            Meski demikian Simson adalah seorang pahlawan iman. Kita tahu itu karena dalam pasal sebelas Ibrani ia disebut secara spesifik: “Apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi” (Ibr. 11:32). Penulis Ibrani melanjutkan bahwa orang-orang ini “karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing” (33-34). “Telah beroleh kekuatan dalam kelemahan” atau bisa juga diterjemahkan “yang kelemahannya telah berubah menjadi kekuatan” – kekuatan, maksudnya ialah, untuk pelayanan yang tanpa kekuatan itu tidak mungkin dilaksanakan. Itulah yang merupakan kisah kehidupan Simson – yang juga merupakan kisah lebih banyak lagi umat Allah yang tidak sempurna.
            Jadi Simson adalah seorang pahlawan iman. Bahkan, tema sentral dari kisah Simson ialah bahwa Allah telah mengurapi dia untuk melayani sebagai seorang penyelamat. Ketika malaikat Allah mewartakan kelahiran Simson kepada ibunya, malaikat itu berkata bahwa putranya akan “menjadi seorang nazir Allah” (Hkm. 13:7). Maka jadilah ia nazir Allah. Kita baca bahwa ia memimpin dan memerintah Israel sebagai hakimnya selama duapuluh tahun, dan jelas bahwa tindakan-tindakannya melemahkan kendali Filistin atas umat Allah.
            Kisah Simson seperti yang dinarasikan oleh penulis Hakim-hakim, mirip sekali dengan jenis yang Anda baca dalam cerita-cerita seru masa kini: sepanjang kisah penuh perempuan dan perkelahian. Simson benar-benar seorang pribadi mirip Rambo, tetapi ia tidak sepenuhnya harus disalahi untuk hal itu. Kitab Hakim-hakim menceritakan tentang umat yang hidup dalam suatu masyarakat yang permisif, dan suatu kebudayaan permisif wajar akan menghasilkan perilaku sembarangan dan tidak bertanggungjawab. Pada masa kini kita mengenal situasi ini di banyak tempat di dunia. “Masyarakat permisif” adalah julukan tepat untuk kebanyakan peradaban dunia masa kini. Terutama di Barat yang telah memasuki era pascaKristen, seperti dalam zaman Simson, tidak lagi menghargai peraturan-peraturan lama. Setiap orang melakukan apa yang dianggapnya baik (lihat Hkm. 17:6; 21:25). Segala macam perkara liar dilakukan orang masa kini termasuk segala macam penyia-nyiaan kebaikan. Kita harus menyadari bahwa kita hidup dalam era dan tempat yang sangat mungkin menjadi latarbelakang dari segala macam tragedi yang kita saksikan dalam kehidupan Simson, hendaknya kita waspada.
            Hakikat tragedi ialah penyia-nyiaan kebaikan, peniadaan potensi. Penyia-nyiaan adalah deskripsi tepat untuk kehidupan Simson, sebagaimana akan kita periksa di sini. Simson adalah pahlawan aneh, yang bisa sangat menyimpang dan tak mungkin diperbaiki sebagaimana seorang pemuda bandel. Ia dikaruniakan kekuatan jasmani yang dahsyat untuk memerangi Filistin, dan ia sukses mengalahkan mereka. Alkitab berkata bahwa Roh Tuhan datang kepadanya berulang-ulang (Hkm. 13:25; 14:6, 19; 15:14). Di akhir hidupnya Simson berdoa dan diberikan kekuatan untuk meruntuhkan kuil Dagon. Narator mengatakan bahwa saat itu ia membunuh lebih banyak orang Filistin daripada yang pernah ia lakukan sebelumnya (16:30). Kuasa penaklukannya atas orang Filistin adalah benang emas yang merentang sepanjang unsur-unsur kehidupan Simson yang suram. Bersamaan dengan kisah petualangan Simson ini, adalah pengakuan atas kisah sang pemimpin Israel selama dua puluh tahun. Kita hanya dapat menerka apa yang bisa dicapai andaikan tidak terjadi kelemahan seperti itu.

Temukan bagaimana Tuhan Allah mengurus dan memakai Simson dalam Pasal 1 dari Buku Selalu Ada Harapan, karangan James I. Packer. Dapatkan informasi tentang pembelian ke Email: waskitapublishing@gmail.com aau sms / call ke 0812-270-24-870.

Menatap ke Yesus

Ibrani menyajikan untuk kita Yesus sang Kurban Akhir. Bagaimana kita harus mengerti anggapan yang sedemikian sentral dan (untuk kita) sedemikian samar ini? Saya akan mengusulkan dua cara untuk masuk ke intinya.
            Pertama, kurban adalah bagian penting dari apa artinya menjadi manusia. Seperti yang Ibrani katakan, manusia diciptakan agar berada pada posisi di bawah Allah dan di atas dunia. Pencobaan yang kita umat manusia hadapi, yang Yesus hadapi di padang gurun, dimaksudkan agar kita merebut dunia untuk kesenangan atau kemuliaan kita sendiri. Tetapi ketika kita membawa lambang dari dunia ciptaan ke hadapan Allah pencipta dalam syukur dan kurban, secara simbolis kita berkata bahwa Ia adalah pencipta, dan kita tidak memiliki hak atas ciptaan terlepas dari Dia. Sampai batas itu, kurban adalah kegiatan wajar dan tepat dari manusia.
            Kedua, kurban (sebagaimana yang telah sekian lama dikatakan oleh para antropolog dan psikiater) terkubur jauh di dalam kesadaran manusia, menyatakan bahwa hal-hal yang tidak benar harus dibereskan; dan jalan untuk membereskan itu melibatkan hati nurani dan seluruh hidup mereka yang terlibat. Ada semacam ironi di sini. Satu generasi yang lalu, pemikiran liberal ingin menyingkirkan anggapan tentang dosa; dan dengan dosa, juga menyingkirkan kebanyakan teori tentang penyelamatan yang dianggap aneh dan tidak perlu. Tetapi generasi kita kini kita telah menyadari ulang tentang kesalahan; kita banyak memiliki aib dan kekejaman; banyak sekali pengalaman keterasingan di segala tingkatan. Dan kita tidak tahu harus berbuat apa tentangnya, baik pada tingkat perseorangan maupun tingkat korporasi.
            Tetapi pemberian kurban menyeluruh itu bukan sesuatu yang dapat kita kerjakan sendiri. Jika kita berusaha, kita hanya berusaha mengangkat diri kita dengan menarik tali sepatu kita ke atas. Itu sebabnya Perjanjian Lama menunjuk ke depan, mengajarkan bahwa Allah sendiri menyediakan kurban yang diperlukan untuk menyucikan hati nurani. Dan itu sebabnya surat Ibrani mengajukan argumen bahwa kurban diri Yesus sendiri adalah kurban sejati yang kepada-Nya semua kurban lain menunjuk. Darah lembu dan domba, kata Ibrani, sama sekali tidak dapat mengangkut dosa-dosa; mereka menunjuk kepada satu kurban yang dapat dan sungguh memurnikan kita, yang membasuh bersih hati nurani kita.
            Coba lihat ini dari sudut pandang teologi biblika lebih luas. Allah memilih umat manusia untuk menjadi para imam dari semua ciptaan, memberikan penyembahan ciptaan kepadanya dan membawa pengaturannya yang berhikmat kepada ciptaan. Ketika manusia berdosa, Allah memilih bangsa Israel untuk menjadi para imam umat manusia, mempersembahkan pujian manusia, dan memberlakukan solusi Allah untuk masalah dosa. Israel sendiri, pun penuh dosa; Allah memilih suatu keluarga imam (anak-anak Harun) menjadi imam kepada bangsa imam itu. Para imam itu sendiri gagal dalam tugas mereka; Allah mengutus Anak-Nya untuk menjadi imam dan kurban. Piramid  terbalik ini makin lama makin menyempit sampai mencapai satu titik, dan titik itu adalah Yesus di salib. Pengurbanan diri Yesus adalah saat ketika umat manusia, dalam pribadi seorang laki-laki, mempesembahkan diri-Nya penuh kepada sang pencipta.
            Akibatnya ialah kini akhirnya kehidupan manusia sejati menjadi mungkin. Kini akhirnya hati nurani dapat disucikan. Ironis bahwa di dalam apa yang dianggap sebagai kitab yang paling tdak jelas dari Perjanjian Baru, kita menemukan berita yang sangat perlu untuk didengar oleh jutaan orang dalam masyarakat kita: berita bahwa hal yang paling mengganggu kita dapat disucikan sampai bersih oleh darah Kristus. Mengikut Yesus terkesan sukar sebab kita merasa kita mulai dengan kekurangan yang harus kita singkirkan. Ibrani tidak saja memanggil kita untuk mengikut Yesus; ia menjelaskan bahwa kekurangan moral itu sudah dibereskan. Buku itu boleh jadi kuno, tetapi berita khusus tadi sangat segar sesegar kabar dalam surat kabar pagi esok.
            Jadi buku Ibrani cukup jelas, memberikan Yesus untuk kita. Ia memberikan kita Yesus yang siap untuk menolong, sebab Ia seorang dari kita, dan telah menapaki jalan di hadapan kita. Ia memberikan kita Yesus yang telah meresmikan perjanjian baru, membawa rencana Allah yang dari zaman dulu itu ke penggenapannya. Dan di atas semuanya, ia memberikan kita Yesus sang kurban akhir; seorang yang melakukan untuk kita hal yang kita sendiri tidak sanggup lakukan, yang telah menghidupi kehidupan kita dan kematian kita, dan kini hidup selamanya untuk memanjatkan doa syafaat bagi kita. Kita datang ke Ekaristi sebab kita menginginkan Yesus ini: “Marilah karena itu kita mendatangi takhta anugerah dengan penuh keberanian, supaya kita boleh mendapat kemurahan dan mendapatkan anugerah yang menolong dalam saat kebutuhan.” Dan dengan gembira kita pergi mengikut Yesus ini ke mana pun Ia memimpin: “mari kita berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita, sambil menatap kepada Yesus, pemula dan penyempurna iman kita.”

Dikutip dari sebagian pasal 1 Buku Mengikut Yesus karangan N. T. Wright. Informasi pembelian, Email ke waskitapublishing@gmail.com, atau sms / call ke 0812-270-24-870.

Kamis, 10 Februari 2011

Yang Luar Biasa di Antara Yang Biasa

Penyerahan Yesus di Bait Allah -
Lukisan Rembrandt

Ironis sekali apabila karena kita kurang memerhatikan atau karena terbiasa tentang sesuatu, hal-hal yang luar biasa menjadi biasa-biasa saja dalam kesan kita. Bayangkan jika seorang pemusik kaliber dunia memainkan alat musiknya yang luar biasa mahal – di tempat lalu lalang umum, lalu ternyata tidak ada orang yang memerhatikannya apalagi mengenalinya. Ironis bukan?
            Hal seperti itulah yang terjadi di bulan Januari 2007 ketika suratkabar Washington Post meminta Joshua Bell, pemain biola kaliber dunia, memainkan biola stradivariusnya yang amat sangat mahal. Konon ia menjual biola stradivariusnya sendiri yang diberi nama Tom Tyler (buatan tahun 1732) seharga lebih dari 2 juta dollar untuk kemudian membeli biola stradivarius lain yaitu Gibson ex Huberman buatan tahun 1713 seharga 4 juta dollar. Selama 43 menit Joshua Bell diminta memainkan biolanya itu di stasion metro di Washington D. C. pada jam sibuk. Ternyata dari seribu orang lebih yang berjalan melewatinya, hanya seorang yang mengenali dan hanya empat orang berhenti sejenak untuk mendengarkan ia memainkan lagu-lagu klasik kelas dunia.
            Sadarkah Anda, hal yang lebih ironis dari itu terjadi terus dalam hidup kita! Ada yang lebih piawai, lebih mulia, lebih berharga dari Joshua Bell dan stradivariusnya sedang menghasilkan karya-karya cemerlang dalam hidup kita dan dunia kini, namun kita tidak menyadari dan tidak menikmati apalagi terlibat. Dalam waktu-waktu biasa kita, Ia yang Maha luarbiasa hadir dalam setiap dan semua pribadi, peristiwa, waktu sehari-hari kita, namun…???
            Sesudah hari Epifania dalam tradisi gereja Katolik umat Kristiani memasuki minggu-minggu biasa yang berlangsung sampai sebelum Rabu Abu (memasuki minggu sengsara pertama – oleh sebagian gereja Protestan masa ini disebut minggu-minggu epifania). Ada sesuatu yang meleset dalam terjemahan terjadi sehingga istilah Latin ordinal diterjemahkan menjadi ordinary dalam bahasa Inggris lalu diterjemahkan menjadi ‘biasa’ dalam bahasa Indonesia. Padahal arti harfiah dari ordinal ialah sesuatu yang dihitung atau diperhitungkan – tentunya hanya sesuatu yang istimewa dan luar biasa yang diperhitungkan, bukan?
            Dalam minggu-minggu biasa ini suasana mengenali, menghargai, mengenang lawatan Allah yang dahsyat dalam epifania dipupuk oleh umat. Karena itu sikap tekun, setia, menanti-nanti yang ditunjukkan oleh Simeon dan Anna menjadi teladan dari sikap yang digemakan dalam Mazmur 24: yaitu, umat yang menanti-nanti dan merindu hadirat Allah. Dari begitu banyak orang yang ke Bait Allah hanya Simeon dan Anna yang mengenali bayi yang diserahkan kepada Allah itu sebagai sang Mesias (Lukas 2:22-38). Mengapa mereka bisa mengenali Yang luar biasa di antara hal-hal yang tampaknya biasa-biasa saja? Karena mereka menanti-nantikan sang Mesias. Karena mereka membuka diri kepada penyataan Roh Kudus dalam doa dan puasa, persis seperti kumandang suara yang mengundang pintu-pintu gerbang untuk terbuka dan menengadah bagi kedatangan Yang Mahamulia (Mazmur 24:7). Maka mereka mengalami berkat dahsyat luar biasa boleh memandang sang Keselamatan, Terang untuk dunia.
            Dalam semua yang biasa di keseharian kita sesungguhnya hadir dan terjadi hal yang luar biasa, yaitu penyertaan dan penyingkapan banyak karya Allah dalam hidup kita. Tetapi memang semua itu tidak akan disadari sebagai hal luar biasa tanpa penyataanNya bekerja dalam diri kita dan tanpa kesediaan kita untuk berdisiplin dari waktu ke waktu untuk diam memberi atensi barang sejenak kepada apa yang Roh dan firman katakan melalui yang biasa itu ke hati kita.
            Untuk menyadari keluarbiasaan hal yang biasa-biasa, perlu disiplin membaca Alkitab khususnya, dan membaca buku bermutu. Membaca sendiri adalah suatu disiplin yang menumbuhkan atensi dan pikiran terkonsentrasi kepada sesuatu yang berharga. Lebih lagi jika buku-buku bermutu yang kita baca memberi masukan yang menciptakan kepekaan akan kekayaan jalan-jalan Allah dalam hidup ini.
            Dalam “minggu-minggu biasa” sesungguhnya banyak penyingkapan ilahi (teofania = epifania) sedang terjadi, dan bukan hanya pada hari-hari khusus seperti Natal, Paskah dan Pentakosta. Jangan terjebak membiasakan yang luar biasa karena meluarbiasakan yang sesungguhnya di mata Allah tidak terlalu luar biasa! Sebaliknya buka diri pada bisikan Roh melalui firman untuk mengenali yang luar biasa dari Allah dalam yang biasa-biasa dalam keseharian kita. Kita perlu memiliki hidup yang atentif kepada suara Roh Allah dengan menjalani semua peristiwa keseharian kita dalam sikap bertanya-tanya kepadaNya dan dengar-dengaran atau mengingat-ingat terus apa yang firman katakan. Kiranya hari-hari kita selalu mulai dengan doa dan perenungan firman yang penghayatan serta penghidupannya berkelanjutan sepanjang hari.

Rabu, 09 Februari 2011

Tujuan Hidup Manusia di Dunia

KRISTUS,
            1. ANAK-KU, tujuan hidupmu yang tertinggi adalah persatuan dengan Aku di surga. Biarlah cita-citamu sepanjang hari dituntun oleh kebenaran ini. Dalam segala hal pastikan tetap berada di jalan yang menuju ke Surga. Janganlah engkau terlalu tertarik pada keinginan dan kesenangan duniawi yang sementara, singkat, dan cepat berlalu dalam hidup ini.
            2. Aku telah memberi kepadamu segala-galanya: keberadaanmu dan segala sesuatu yang engkau miliki. Semuanya itu berasal dari Aku, Allah Mahatinggi. Apa pun yang datang kepadamu, terimalah, pakailah, seperti dan sejauh yang Aku kehendaki.
            3. Jika engkau berpikir hanya mengenai pemuasan dirimu sendiri saja, tanpa mempertimbangkan restu-Ku, maka pikiranmu akan menjadi kacau dan kehendakmu akan menjadi lemah. Kesalahan dan dosa akan merampas engkau dari kedamaian di dunia dan dari kebahagiaan abadi di Surga. Oleh karena itu, dalam semua hal ini, arahkanlah pandanganmu selalu kepada-Ku.
            4. Berbahagialah mereka yang hanya menginginkan apa yang Kukehendaki sambil terus berusaha untuk melakukan kehendak-Ku. Mereka tidak membiarkan diri diserap penuh oleh kegiatan keseharian mereka. Mereka seringkali mempersembahkan pekerjaan-pekerjaan mereka kepada-Ku. Mereka sadar akan singkatnya kesenangan manusia di dunia ini.
            5. Ujilah maksud-maksudmu dalam perkataan dan perbuatanmu sehari-hari. Berusahalah agar engkau bisa lebih menyenangkan hati-Ku, dan cobalah menghindari semua hal yang dapat menjauhkanmu dari Aku.

RENUNGKAN,
Aku diciptakan untuk kebahagiaan kekal bersama Allah di Surga. Semua hal lain harus menempati urutan kedua dalam hidupku, karena kalau aku kehilangan Surga, aku akan kehilangan segala-galanya. Tuntunan yang pasti menuju Surga adalah Kehendak Allah yang kudus. Jika aku mengikutinya dalam kehidupanku sehari-hari, setiap saat di dunia ini bagiku akan menjadi satu langkah pasti ke arah kebahagiaan sempurna kerinduan hatiku.

DOA,
Allahku dan Bapaku terkasih. Anugerahilah aku setiap hari kebijaksanaan untuk berpikir, berbicara, dan bertindak sebagaimana Engkau kehendaki. Semoga aku tidak pernah menjadi sedemikian bodoh sampai mengabaikan kebaikan dan hikmat-Mu yang tak terperikan. Tidak ada hal di dunia ini dapat membawa kebahagiaan sejati kepadaku. Oleh karena itu, janganlah Engkau membiarkan aku pernah berdosa dalam hal apa pun. Aku ingin hidup demi kebahagiaan sejati, karena untuk itulah aku Kauciptakan. Amin.

Dikutip dari Buku Perspektif Hidup Surgawi. Informasi lebih lanjut: Email ke waskitapublishing@gmail.com atau sms / call ke 0812-270-24-870

Selasa, 08 Februari 2011

Membaca Dengan Sikap Benar

Segala tulisan yang diilhamkan Allah.
2 Timotius 3:16

Waktu kita membaca Alkitab, penting kita membacanya sebagai Firman Allah, bukan sebagai kumpulan renungan dan kesaksian manusia semata, di mana sebagiannya benar sebagiannya kurang benar, sehingga tugas kita waktu membaca adalah memilih-milih. Sikap seperti itu sangat menghambat pembacaan Alkitab yang memberi pertumbuhan.
            Dalam pengamatan saya dalam gereja terdapat dua golongan sikap terhadap Alkitab; di satu pihak kebanyakan para gembala memercayai Alkitab datang dari Allah, di pihak lain mereka yang pada dasarnya tidak memercayai itu tetapi menganggap Alkitab adalah kumpulan pikiran dan pengalaman manusia. Sebagian dari kelompok kedua ini tersandung oleh apa yang mereka pelajari di seminari atau di fakultas teologi sebab sudah berkembang tradisi cukup panjang di institusi tersebut penekanan pada aspek manusia, dan memakai banyak waktu untuk membicarakan ketidaksesuaian baik yang sejati maupun yang diada-ada, tentang isi dan perbedaan pandangan antar penulis Alkitab. Suasana itu bisa membuat para pelajar terdampar ke semacam laut relativisme pluralistik, dengan semacam kesan bahwa ada begitu banyak pandangan berbeda dalam Alkitab dan siapa dapat mengatakan mana yang benar?
            Saya tidak mempertanyakan nilai studi semacam itu tentang aspek manusia dari Alkitab, tetapi perlu ada keseimbangan yang tidak diberikan oleh semua institusi pendidikan teologi. “Ingat, seluruh isi Alkitab keluar dari satu sumber, satu pikiran, pikiran Allah Roh Kudus, dan Anda belum memasuki dimensi tersebut sebelum Anda melihat kesatuan ilahinya yang mendasari keragaman manusiawinya.

Renungkan ini: Alkitab adalah Firman Allah dalam kata-kata manusia yang memberikan pandangan Allah tentang segala hal yang perlu kita ketahui.
Tuhan, tolong aku terus menerus menemukan pandangan-Mu tentang hidup.

Dikutip dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu - renungan hari ke-39 oleh Dr. James I. Packer.
Informasi - Email ke waskitapublishing@gmail.com
atau sms / call ke 0812-270-24-870

Senin, 07 Februari 2011

Perang Telah Dimenangi

Orang kafir masa purba, seperti orang animis masa kini, menganggap dunia dihuni oleh kekuatan-kekuatan yang bermusuhan atau yang berpotensi bermusuhan. Jika Anda berlayar di laut, sebaiknya Anda lebih dulu berbaikan dengan dewa laut. Jika Anda maju berperang, Anda perlu Mars memihak Anda. Jika Anda jatuh cinta, Anda perlu memastikan pertolongan Aphrodit. Dan seterusnya. Dan seterusnya. Bahkan ada begitu banyak “dan seterusnya” tadi sampai hidup menjadi sangat rumit, dan tidak kurang menakutkan. Dan banyak kaum jelata yang menjalani urusan keseharian mereka dalam iklim ketakutan dan ketidakpastian. Mereka berusaha sebaik mungkin untuk menjauhi masalah; tetapi seringkali usaha terbaik pun tidak cukup, dan roh-roh jahat yang bersembunyi di balik setiap semak akan mendapatkan Anda juga.
            Kerap kali, roh jahat akan bertindak melalui agen manusia. Jika Roma menang perang atas Inggris, itu disebabkan dewi Roma lebih kuat daripada dewi Inggris. Medan perang dunia dan medan perang surga tidak dipisah oleh teluk luas; yang surgawi adalah dimensi tersembunyi dari yang bumiah, merupakan fitur ekstra dari realitas biasa yang menjelaskan apa yang “sesungguhnya” terjadi. Pemerintah dan kekuatan di angkasa tidak berada jauh. Mereka merupakan dimensi dalam dari peristiwa-peristiwa luar.
            Apakah kita tersenyum membaca ini? Jika demikian, kita tersenyum ke cermin wajah kita sendiri. Siapa yang menjalankan dunia kita? Para politikus? Lupakan itu. Mereka sendiri mengaku tidak berdaya; mereka adalah korban dari “kekuatan-kekuatan” di luar kendali mereka. Mereka berusaha menerima pujian ketika segalanya berjalan baik, tetapi ketika segalanya menjadi buruk kebenarannya pun keluar. Semuanya hanya masalah kekuatan-kekuatan ekonomi. Kekuatan? Saya tidak melihat kekuatan. Tetapi tentu hal itu harus sangat berkekuatan. Mereka telah membuat kita mengalami resesi berlarut-larut. Mereka menciptakan banjir pengungsi, dan bangsa paling kuat di dunia tidak dapat mengaturnya. Mereka telah menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan. Mereka telah mendesak ribuan bisnis mengalami kebangkrutan. Berjalanlah melalui kota-kota besar kita, dan dari satu toko ke toko lain Anda temukan kaum tina wisma, meminta belas kasihan Anda. Siapa menempatkan mereka di sana? Coba tanya politikus; tanya ekonom: itulah akibat kekuatan ekonomi, jawab mereka. Itulah iklim politik. Itulah situasi ekonomi dunia.
            Pandang lebih luas. Mengapa kita belum juga memecahkan masalah Bosnia, atau Rwanda, atau Irlandia Utara, atau konflik-konflik di belahan dunia lain? Kita memiliki satelit mata-mata yang memberitahukan segala yang kita ingin tahu tentang dunia. Kita memiliki departemen politik dan ekonomi di universitas-universitas di semua tempat. Kita punya komputer yang dapat memberitahu apa saja tentang apa pun. Tetapi kita tidak dapat menghentikan orang dari saling membom atau saling usir dengan parang. Mengapa tidak? Kekuatan politik. Iklim pasca Perang Dingin. Kesukuan. Dan jika kita tanyakan mengapa planet yang sepenuhnya sanggup menghasilkan cukup makanan dan membagikannya ke semua pria, wanita dan anak yang bernafas, namun tetap saja jutaan dari mereka kelaparan, jawabnya tetap sama. Ada kekuatan-kekuatan yang menghentikan kita dari melakukan itu.
            Itulah bahasa yang kita sendiri pakai. Kita tidak dapat menyentuh dan melihat kekuatan-kekuatan itu. Sebagian dari mereka mungkin, untuk sejenak, dapat dengan cukup dekat diidentifikasi dengan manusia tertentu; tetapi singkirkan orang itu, dan kekuatan tersebut masih tetap ada. Seperti sering dikatakan orang, bukan para direktur pengelola yang menjalankan Ford Motor Company; tetapi Ford Motor Company yang menjalankan para direktur pengelola.
            Kekuatan kuasa; iklim; entitas yang lebih besar daripada seluruh manusia yang terlibat. Serangkaian situasi yang tak seorang pun menginginkannya tetapi tak seorang pun dapat berbuat sesuatu. Satu-satunya perbedaan berarti antara kita dan para leluhur kafir kita tampaknya ialah bahwa mereka menyadari situasinya dan memberi nama-nama jelas bagi kekuatan-kekuatan itu, sedangkan kita menyembunyikan mereka di balik istilah-istilah samar tak jelas, demi untuk menyombongkan diri kita seperti yang dikatakan dalam iklan Mastercard, “Anda Menggenggam Seluruh Dunia di Tangan Anda.” Tentunya, itulah yang dijanjikan si ular kepada Hawa: engkau akan menjadi seperti allah, dengan mengenal kredit dan debit.
            Jadi mungkin kita perlu, dan sangat perlu untuk kembali ke kaki Gunung Cadmus, dan berdiri di tepi sungai Lycus, dan mendengar apa yang orang Kolose dengar. Apakah yang sesungguhnya sangat ingin Paulus sampaikan kepada mereka?
            Surat kepada orang Kolose adalah tentang mengucapkan “terima kasih.” Paulus mulai dengan mensyukuri Allah bahwa ada sebuah gereja di Kolose (1:3). Doanya untuk mereka terfokus pada kesanggupan mereka untuk mengucap syukur kepada Bapa (1:12). Bagian sentral surat ini mulai dengan ucapan syukur (2:7); dan, ketika Paulus menyimpulkan argumen panjangnya, beginilah kesimpulannya: “apa pun yang engkau lakukan, dalam ucapan maupun tindakan, lakukan segala sesuatu dalam Nama Tuhan Yesus, dengan mengucap syukur kepada Allah Bapa melalui-Nya” (3:17). Ucapan syukur adalah nama dari permainan itu (4:2).
            Dan terutama, tentang apakah mereka harus mengucap syukur? Bahwa Allah telah membebaskan mereka dari kuasa kegelapan, dan telah memindahkan mereka ke dalam kerajaan Anak-Nya yang kekasih, yang di dalam-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa-dosa (1:13-14)... Dst.

Dikutip dari Buku Mengikut Yesus. Refleksi Alkitabiah tentang Kemuridan oleh N. T. Wright. Informasi lebih lanjut: Email ke waskitapublishing@gmail.com, atau sms / call 0812-270-24-870.

Sabtu, 05 Februari 2011

Lectio Divina

Orang Kristen Benediktin dari abad keenam memperkenalkan bentuk perenungan dan doa yang disebut lectio divina. Mereka memakai suatu pola yang terdiri dari beberapa langkah yang memungkinkan mereka untuk fokus pada suatu teks tertentu, memikirkannya dari berbagai sudut, berdoa dan berusaha untuk menyadari apa yang Allah nyatakan kepada mereka melalui bagian itu. Gunakan model lectio divina ini untuk Anda menyerap pengajaran-pengajaran penting dalam bagian Alkitab yang Anda renungkan.

Silencio (Hening)
Ambil waktu untuk diam / hening; bersiap untuk berkomunikasi dengan Allah ketika Ia mengungkapkan diri-Nya kepada Anda dalam bagian Alkitab ini. Sesudah suatu jangka waktu tertentu, minta Allah menolong sambil Anda memasuki sesi doa meditatif.

Lectio (Baca)
Bacalah bagian Alkitab itu dengan suara kuat secara lambat beberapa kali. Izinkan kata-kata dan arti-artinya membenam dalam jiwa Anda.

Meditatio (Meditasi)
Perenungan (meditasi) agak mirip dengan mengunyah. Itu terjadi perlahan dan menyeluruh. Tulis catatan tentang apa yang Anda lihat dalam bagian itu. Buat kaitan-kaitan antar berbagai bagian. Tanyakan diri Anda, “Apa yang kata-kata dari Allah ini katakan?” “Apa maksudnya?” Tempatkan kenyataan diri Anda dan apa yang Anda jalani dalam hidup di samping bagian firman ini dan minta Allah memeriksa Anda. Lanjutkan menuliskan temuan Anda.

Oratio (Doa)
Berdoalah dengan memakai bagian ini sebagai kerangka untuk doa Anda. Bacalah bagian ini frasa demi frasa, sambil merespons kepada Allah setiap kali Anda usai membacanya.

Contemplatio (Kontemplasi)
Menantilah sekali lagi dalam keheningan (kontemplasi). Mintalah Allah untuk memasukkan ke dalam pemikiran Anda segala wilayah dalam hidup Anda yang perlu Anda bentuk sedekat mungkin dengan desain-Nya sebagaimana yang dinyatakan dalam bagian itu. Resapi (kontemplasikan) kasih dan kuasa Allah yang dinyatakan dalam bagian Alkitab itu.

Incarnatio (Hidupi)
Apa tepatnya yang harus Anda percayai, pikir dan lakukan sebagai akibat dari menyelami bagian Alkitab itu? Tuliskan tentang bagaimana Anda berharap untuk membawa perkataan dari Yesus ke dalam praktik Anda kini.

Sumber: Buku Selalu ada Harapan (oleh Dr. James I. Packer). Informasi: Email ke waskitapublishing@gmail.com, atau sms / call ke 0812-270-24-870.

Jumat, 04 Februari 2011

Jalan ke Yordan


JALAN KE Tanah Perjanjian melewati Yordan. Begitulah selalu, dan akan selalu begitu. Rute itu membawa kita ke tepi salah satu sungai paling termashur di dunia ini.
            Hari-hari ini sungai itu kecil dan keruh. Ia juga tidak terlalu panjang: hanya sekitar tigapuluh kilometer dari sumbernya di lereng selatan Gunung Hermon turun ke danau yang terkadang disebut Genesaret (karena bentuknya yang seperti harpa, dalam Ibrani disebut Kinnor), atau Laut Galilea; dan kira-kira seratus kilometer dari Laut Galilea ke selatan Laut mati, tempat terendah di bumi. Meski pada musim semi, ketika salju di Gunung Hermon mencair, dan Galilea menerima banyak hujan, sungai itu terkadang dapat penuh menjadi aliran besar, pemerintah Israel telah mengalirkan sebagian besar airnya ke pipa-pipa sampai ia tinggal sebuah aliran keruh semata. Sewaktu ia tiba di Yerikho hanya tersisa sedikit sekali air, sampai Laut Mati sendiri pun belakangan ini, mulai mengering, dan sudah berubah bentuk, aliran yang masuk tidak lagi seimbang dengan penguapan. Yehezkiel menubuatkan bahwa Laut Mati akan menjadi segar, dan  orang akan memancing ikan dari dalamnya; tetapi bila segalanya berlangsung seperti sekarang, akan terjadi saat mereka mendirikan rumah dan membuat jalan di tanah kering di mana lazimnya orang membangun.
            Tampaknya, bahkan dalam masa alkitabiah, Yordan tidak begitu mengesankan. Dalam kisah termashur 2 Raja-raja 5, Naaman, jenderal pasukan perang Siria (atau ‘Aramea’), secara buruk membandingkannya dengan Abama dan Parpar, sungai-sungai yang terbit di lereng timur-laut Gunung Hermon dan mengalir menuju Damaskus. Tetapi ada sesuatu yang bukan sekadar unsur geografis yang dipertaruhkan di sini. Itu adalah kebanggaan nasional, dan di baliknya terdapat pertikaian para allah. Naaman adalah seorang Siria yang setia, dan ia menyembah dewa Siria Rimmon. Ke selatan di Israel, ia tahu allah Israel Yahweh, dan dengan membandingkan sungainya Rimmon dengan sungainya Yahweh, ia menyatakan bahwa tanahnya dan dewanya, jauh lebih unggul daripada yang ia temukan di Israel.
            Namun begitu, Naaman telah melakukan perjalanan dari Damaskus ke Israel – sangat mungkin melalui jalan yang sama yang ditempuh Saul dari Tarsus dalam arah yang berlawanan sesaat sebelum perubahan hidupnya. Perjalanan itu tidak jauh, hanya sekitar enampuluh kilometer melintasi tanah tinggi Golan, yang sampai tiga ribu tahun sesudahnya masih merupakan teritori yang diperebutkan. Di Golan masih ada desa-desa yang dari waktu ke waktu berpindah tangan setiap kali terjadi perang, dan orang seperti budak perempuan istri Naaman, bangun tidur dan mendapatkan dirinya telah menjadi milik pihak lain. Tetapi ketika Naaman pergi ke negara lain, wajarnya sebagai seorang pemimpin pasukan penakluk; dan kini, ia di sana, jenderal berbintang lima dengan medali bergantungan di dada, kedapatan mengetuk pintu rumah seorang nabi Yahudi, untuk meminta pertolongan. Bukan juga pertolongan biasa: Naaman ingin disembuhkan dari kusta. Dewanya Rimmon tidak dapat berbuat apa pun tentang itu. Dan budak perempuan istrinya berpikir, bahwa ada seseorang di Israel yang dapat menolong.
            Tetapi untuk mengerti apa yang Elisa lakukan kepada Naaman, kita harus surut ke masa sebelumnya. Sungai Yordan memainkan peran vital dalam kisah pendirian Israel, yaitu kisah Keluaran. Israel diperbudak di  Mesir, dan Allah membawanya melalui Laut Merah. Tetapi kemudian Israel harus mengembara di padang gurun selama empatpuluh tahun, berakhir di tepi timur Yordan, persis di sebelah utara Laut Mati. Dan mereka memasuki Tanah Perjanjian melalui Yordan, sambil berbaris khusyuk di badan sungai yang telah menjadi kering sementara para imam berdiri di tengah-tengahnya sambil memikul tabut perjanjian. Lalu Yosua memilih duabelas orang, masing-masing seorang dari tiap suku Israel, dan menyuruh mereka mendirikan duabelas batu yang diambil dari sungai di tepi di mana mereka berhenti.
            Perlambangannya jelas. Penyeberangan Yordan adalah momen penentu bagi duabelas suku Israel tersebut. Penyeberangan itu membuat mereka menjadi bangsa yang memiliki tanah; dan membuat Tanah Perjanjian menjadi milik mereka. Allah mereka, Allah keluaran dan perjanjian, telah membawa mereka melalui Yordan dan memberikan mereka tanah itu.
            Sejak momen itu, umat Israel melihat balik ke Keluaran, padang gurun, dan penyeberangan Yordan, sebagai cara melalui mana Allah mereka telah menjadikan mereka umat-Nya, telah membebaskan mereka, dan telah memberi mereka suatu jatidiri baru. Tentu, itu tidak membuat mereka menjadi sempurna. Masih terbentang jalan panjang, dengan banyak kesedihan, tanda tanya, dan kegagalan yang harus mereka lalui. Justru karena mereka sudah merdeka, mereka merdeka untuk berontak; dan Allah, dalam perjanjian kasih-Nya dengan mereka, wajib merespons mereka dengan mengirim mereka keluar dari tanah itu, ke pembuangan. Tetapi bahkan di pembuangan pun mereka tetap umat yang telah ditentukan oleh momen penyeberangan di Yordan itu; dan kasih perjanjian Allah menjangkau, mencari mereka, mendesak mereka untuk pulang dan kembali menjadi umat-Nya sejati. Padang gurun dan sungai adalah tanda kasih Yahweh, Allah Israel yang menyembuhkan, dan memulihkan.
Dikutip dari Pasal 2 Buku Jalan Tuhan - Jalan ke Yordan (Karangan N. T. Wright)

Informasi: Email ke waskitapublishing@gmail,com
atau sms / call ke 0812-270-24-870