Kamis, 31 Maret 2011

Berjuang untuk Penyesalan

KRISTUS,
Anak-Ku, kecuali seseorang berusaha sekuat tenaganya untuk mendapatkan penyesalan kudus atas dosa-dosanya, dia tidak layak menerima penghiburan surgawi-Ku. Apakah engkau berusaha keras untuk memperoleh penyesalan ini?
          2. Anugerah ini akan lebih mudah mencapaimu, jika engkau meninggalkan untuk sementara hal-hal yang mengganggumu sehari-hari. Tinggalkan hal yang mengganggu lebih sering agar engkau memiliki kesempatan untuk berada bersama-Ku. Renungkanlah pemberian-pemberian-Ku juga bagaimana engkau telah menyalahgunakannya. Jujurlah dan hadapilah kenyataan. Membaca dan merenung akan membantumu menyadari jahatnya semua dosa, bahkan juga dosa-dosa yang kecil. Janganlah mencari teori-teori baru dan hal-hal lain untuk memuaskan keingintahuanmu, tetapi berpeganglah selalu pada kebenaran yang tak tergoyahkan, kebenaran yang akan memperbaiki keseharianmu menjadi lebih baik.
          3. Dalam kesendirian dan keheningan, engkau akan menemukan harta-harta tersembunyi dalam Alkitab. Dengan bersekutu lebih akrab dengan-Ku, Penciptamu, engkau akan membuat kemajuan-kemajuan berarti. Engkau akan menemukan air mata untuk membasuh dan membersihkan jiwamu. Engkau juga akan merasakan kebahagiaan batin ketika Aku dan para malaikat-Ku yang kudus menghampirimu. Belajarlah berdoa dan bekerja tanpa terlihat oleh mata manusia.
          4. Dengan perlahan-lahan, sewaktu karunia penyesalan memenuhi jiwamu, engkau akan dipenuhi dengan kekuatan. Ketika engkau menjadi lebih berkeinginan untuk memperbaiki dosa-dosamu, engkau akan merasakan hal-hal yang sulit menjadi lebih mudah.

RENUNGKAN, 
Yesus mengatakan bahwa setan-setan tertentu hanya dapat diusir dengan berdoa dan berpuasa. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa karunia Allah baru diperoleh, hanya jika kita melakukan bagian kita yang membuat diri kita siap untuk karunia-karunia-Nya. Penyesalan hanya akan menetap dan berguna bila aku berusaha dengan sungguh hati untuk layak menerimanya dan mempergunakannya dengan bijak. Dengan mengasingkan diri, berdoa, membaca dan meditasi, aku akan mengerti bagaimana aku dapat menerima dan mempergunakan penyesalan di dalam kehidupanku sehari-hari.

DOA,
Ya Bapa yang Maha Kudus dan Pengampun, penuhilah jiwaku dengan penyesalan yang sungguh. Buatlah aku jujur mengakui dosa-dosaku, dan buatlah aku bertekad untuk mengatasi dosa-dosaku setiap hari. Aku membutuhkan bantuan-Mu, ya Tuhan, sehingga aku tidak pengecut, tetapi setiap hari boleh berusaha sungguh-sungguh menyenangkan hati-Mu. Bantulah aku meninggalkan segala sesuatu di dalam kehidupan ini yang bertentangan dengan karunia penyesalan yang kudus pemberian-Mu. Amin.

Rabu, 30 Maret 2011

Penyesalan Hati

KRISTUS,
Anak-Ku, bagaimanakah sampai manusia dapat menyerahkan dirinya kepada kesenangan dunia ini? Orang yang sedemikian tidak menyadari kesengsaraan jiwa mereka, juga tidak menyadari bahwa kenikmatan yang mereka alami itu akan cepat berlalu. Mereka tidak mengambil waktu untuk berpikir dan memeriksa kehidupan mereka sehari-hari secara lebih mendalam. Mereka bersenang-senang padahal seharusnya bersedih. Berbahagialah mereka yang dapat mengatasi gangguan, menundukkan daya tarik dunia ini yang menghalangi mereka untuk dapat berpikir dengan baik.
          2. Engkau, anak-Ku, berusahalah membangun penyesalan hati yang sungguh. Penyesalan merupakan suatu kesedihan yang mendalam dan menetap untuk dosa-dosamu. Ini bukanlah suatu kesedihan muram atau yang membuatmu tertekan, tetapi suatu pengakuan yang bijak akan dosa-dosamu dengan suatu tekad untuk mengatasinya. Karena, penyesalan timbul dari kesadaran, bahwa engkau telah mengecewakan Allah yang sedemikian baik hati, maka penyesalan membangkitkan kesediaan untuk menerima apa pun dari tangan-Ku.
          3. Penyesalan membuka jalan ke banyak berkat dan anugerah berharga. Bila penyesalan memenuhi jiwamu, dunia akan kehilangan daya tariknya yang besar dan akan berubah menjadi sesuatu yang memuakkanmu. Penyesalan akan menyadarkanmu  betapa cepatnya kesenangan dunia ini berlalu, sedangkan kekekalan tetap selama-lamanya. Engkau akan melihat dengan jelas, bahwa dosa-dosamu telah menyakiti hati-Ku. Seseorang yang memiliki penyesalan yang murni akan dengan jujur mengakui dosa-dosanya, dan benar-benar menyesalinya. Kesedihannya terbukti melalui usahanya yang sungguh untuk membebaskan diri dari kesalahan-kesalahannya.

RENUNGKAN,

Penyesalan merupakan suatu anugerah penting dari Allah untuk membantuku melihat kesalahan-kesalahanku secara benar. Ia juga membantuku untuk membuktikan perasaan sedihku tentang dosa-dosaku. Dengan adanya penyesalan, manusia akan mulai menyerang kesalahannya dan melakukan kebajikan-kebajikan yang berlawanan. Aku dapat yakin bahwa perasaan sedihku itu tulus, bila aku mulai melakukan sesuatu terhadap dosa-dosaku.
Penyesalan adalah suatu kesedihan yang sungguh, bukan sekadar emosi, tetapi suatu pengakuan yang bijaksana mengenai suatu fakta. Ia menunjukkan kesalahan-kesalahanku, kebaikan Allah, dan juga kebutuhanku untuk berubah menjadi lebih baik. Lalu ia membantuku melakukan tugasku sehari-hari, untuk meninggalkan kesalahan-kesalahanku dan mengusahakan kebajikan-kebajikan yang berlawanan.

DOA,

Tuhan, aku ingin menjalani kehidupan yang gembira, tetapi bukan kegembiraan yang menolak menerima kebenaran. Aku dapat saja mengakui dosa-dosaku serta tetap merasa gembira, selama aku berusaha sebaik-baiknya untuk mengatasi dan melakukan sesuatu terhadap dosa-dosa ini. Aku tidak ingin suatu karunia atau bakat, membuatku menjadi sombong, atau membuatku menjadi lebih buruk.
Tidak semua hal berharga adalah baik, juga bukan semua hal menyenangkan adalah baik. Hasrat baik tidak selalu berarti tidak mementingkan diri. Engkau, Tuhan yang baik, tidak selalu senang dengan hal-hal yang kami agung-agungkan. Lebih baik memiliki penyesalan daripada hanya membicarkan tentangnya. Tuhan yang baik, berilah kepadaku suatu penyesalan yang murni, supaya aku dapat membenci dosa-dosaku dan memeranginya setiap hari. Amin.

Selasa, 29 Maret 2011

Terlalu Mencintai Hidup Ini

KRISTUS,
Anak-Ku, belajarlah kebijaksanaan dari kebodohan manusia duniawi. Lihatlah betapa sukarnya mereka menerima kerugian duniawi. Untuk mendapat keuntungan duniawi, manusia akan bekerja dan menderita amat banyak, tetapi kerugian rohani dengan mudah mereka lupakan. Seringkali mereka tertarik pada hal-hal yang hanya sedikit atau sama sekali tidak bernilai, dan mengabaikan hal-hal yang penting. Seluruh perhatian mereka terserap oleh persoalan lahiriah. Kecuali engkau mengendalikan pikiranmu, engkau akan menjadi budak dari hal-hal sementara ini.
2. Alangkah bodoh mereka yang tidak sadar akan keadaan mereka yang menyedihkan, yang membuat kehidupan dunia yang fana ini menjadi tujuan keinginan mereka! Ada pula yang sedemikian terikatnya kepada kehidupan di sini, sehingga bila mereka dapat tinggal di sini selama-lamanya, mereka sama sekali tidak mempedulikan Kerajaan Allah. Mereka memilih tinggal di dunia, meskipun mereka harus bersusah payah untuk memperoleh kebutuhan dasar kehidupan di dunia ini.
3. Alangkah buta dan bodohnya orang-orang ini! Mereka tertimbun sedemikian jauhnya dalam keduniawian sehingga mereka hanya menikmati kesenangan badani. Dalam waktu singkat, mereka akan sampai pada akhir kehidupan mereka di dunia. Pada saat itu mereka akan menerima kenyataan yang pahit  tentang kesia-siaan dan kehampaan hal-hal yang mereka cintai.

RENUNGKAN,

Cara terbaik untuk menyadari nilai sementara dari daya tarik duniawi ini ialah dengan melihat ke masa lalu. Di manakah sekarang kesenangan tahun lalu? Apa yang terjadi dengan kebanggaan yang dengan susah payah aku capai lima tahun lalu? Dimanakah sisa kesenangan musim kemarau yang lalu? Lenyap! Semua habis dan berlalu. Apakah aku ingin terus hidup untuk kebahagiaan semacam itu, atau aku menginginkan kebahagiaan sempurna, yang memberi kepuasan penuh dan tak pernah akan berakhir? Hanya orang bebal saja yang akan ragu  menjawab pertanyaan ini.

DOA,

Tuhan dan Bapa segala kecerdasan, semoga aku tidak pernah dituduh bersalah karena kebodohan yang sangat – kebodohan orang yang hanya ingin hidup untuk kesenangan hari ini, tanpa memikirkan tentang keselamatan kekalnya. Di dalam Injil, Engkau menyebutkan tentang orang bodoh yang hanya memikirkan tentang kesenangan dan kenikmatan harta benda duniawinya. Kepada mereka engkau berkata: “Hai, orang bodoh! Malam ini jiwamu akan diambil dari dirimu! “Dan dia meninggal pada malam itu juga, dia tidak siap menghadapi hakimnya.”
Tuhan, semoga aku selalu melihat fakta terpenting dalam hidup ini: yaitu, aku hidup untuk Surga atau neraka. Kehidupanku di dunia akan menunjukkan pilihan yang aku buat. Allahku yang baik, berilah aku kekuatan untuk hidup suci di dunia ini, sehingga aku boleh menerima pahala kekal hidup Surgawi bersama-Mu. Amin.

Dikutip dari Buku Perspektif Hidup Surgawi Karangan Anthony J. Paone S. J. Info Pemesanan: Email - waskitapublishing@gmail.com, atau sms / call ke 0812-270-24-870.

Senin, 28 Maret 2011

Kelemahan Kodrat Manusia

KRISTUS,
ANAK-KU, semua manusia lemah. Jangan berpikir bahwa engkau lebih kuat daripada manusia lainnya. Keadaan tidak menciptakan kelemahan seseorang. Keadaan hanya menonjolkan dan menunjukkan siapa seseorang itu sebenarnya. Engkau harus yakin akan fakta ini. Kehendakmu lemah, dan keinginan buta sifat manusiawimu yang kuat.
            2. Mestinya tidak sukar bagimu untuk mengakui kelemahanmu. Lihat sajalah bagaimana engkau sering kali menjadi gelisah karena hal-hal sepele! Kadang-kadang engkau bertekad menjadi manusia lebih baik. Lalu datanglah godaan kecil, dan lenyaplah tekadmu itu. Sewaktu engkau pikir engkau aman, engkau bisa saja menemukan dirimu tergelincir karena suatu godaan kecil, tanpa engkau menduganya sama sekali. Meskipun engkau tidak menyetujuinya sepenuh hati, perasaan dan keinginanmu mengacaukan pikiranmu. Bayang-bayang kebencian segera meliputimu dan tidak mau meninggalkanmu.
            3. Sebelum engkau dapat sungguh berupaya dalam hal penyempurnaan diri, engkau harus yakin bahwa ia sangat diperlukan. Sadarilah betapa lemahnya engkau! Sering kali engkau menunjukkan kecenderungan ke arah yang salah. Engkau mengakui dosa-dosamu hari ini, dan besok engkau melakukan kesalahan yang sama lagi. Engkau bertekad untuk waspada, dan satu jam kemudian engkau bertindak seakan engkau tidak pernah membuat tekad itu. Engkau begitu lemah dan goyah. Untuk itu, sudah sepantasnyalah engkau bersikap rendah hati dan menolak untuk berpikir tinggi atau hebat tentang dirimu .
            4. Engkau lebih cenderung mundur daripada maju. Engkau tidak berada dalam keadaan jiwa yang sama untuk suatu jangka waktu yang lama. Suasana hatimu dan sikapmu berubah bersamaan dengan berubahnya waktu dalam sehari. Jika saja engkau mau berpaling kepada-Ku! Aku dapat membantumu mengatasi semua keadaan jiwa yang berubah-ubah ini. Arahkan hatimu kepada-Ku dan temukan peristirahatan damai di dalam Aku.

RENUNGKAN,
            Kodrat manusiaku sama seperti kuda liar. Ia harus diawasi dalam setiap tindakannya. Keinginannya adalah untuk bebas lepas kendali. Oleh karena itu aku tidak usah heran akan perasaanku yang berubah-ubah dan keadaan hatiku yang tidak tetap. Karena mereka bukan diriku yang lebih luhur di dalam aku. Allah akan menghargai aku hanya atas apa yang aku usahakan untuk dicapai. Aku akan cepat berubah menjadi lebih baik bila aku memohon bantuan-Nya dengan lebih sering berdoa dan dengan menerima sakramen-sakramen.
Seringkali aku sama sekali tidak berusaha menolak perasaanku yang tidak pantas dan keinginanku yang buta. Ada juga saat-saat di mana aku mencoba menolaknya seorang diri. Hanya dengan bantuan Allah, aku dapat mencapai kemajuan yang tetap. Dengan pengetahuan yang Dia berikan kepadaku melalui Gereja-Nya yang kudus, dan dengan kekuatan yang Dia berikan kepadaku dalam sakramen-sakramen-Nya, aku akan dapat menjalani suatu kehidupan yang kudus, meskipun ada gejolak keinginan rendah di dalam diriku.

DOA,
   Tuhanku terkasih, Engkau mengetahui ketidakberartian dan kelemahanku dengan sempurna. Kasihanilah aku ini, Tuhan. Keluarkanlah aku dari dalam kubangan diriku, supaya aku tidak selamanya berada di dalamnya. Pandanglah usaha dan perjuangan dalam keseharianku. Bantulah aku dalam usaha-usahaku itu. Kuatkan aku dalam kesungguhan niatku. Sering kali aku gagal karena aku bergantung pada kekuatan diriku sendiri saja. Tetapi sekarang ini, aku akan mencari nasihat dan petunjuk sesering yang aku butuhkan. Hanya dengan cara ini, aku dapat berharap maju di dalam kebajikan yang benar dan kokoh. Buatlah aku menjadi lebih arif dan jujur dalam usahaku sehari-hari, sehingga aku tidak lagi menyia-nyiakan waktu yang berharga. Aku berharap akhirnya aku dapat menjadi seperti yang Engkau inginkan. Tanpa bantuan-Mu, aku tidak berarti. Tuhan bantulah aku! Amin. 

Sabtu, 26 Maret 2011

Ujian Penantian

Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya.
                                                                                                            Mazmur 105:18-19

Pemberian pengharapan dari Allah yang berdampak mencengangkan hati yang kemudian terkesan dihancurkan oleh penetapan Allah atas kenyataan peristiwa-peristiwa yang kita alami, adalah suatu realitas yang dialami oleh banyak orang Kristen kini dan akan menjadi pengalaman lebih banyak orang lagi kelak – seperti yang telah terjadi pada Yusuf.
            Sebagai anak termuda dalam keluarganya, ia telah mendapat mimpi menjadi kepala klan itu. Para saudaranya yang penasaran menjualnya ke perbudakan untuk memastikan bahwa mimpi itu tidak pernah terwujud. Yusuf berhasil di Mesir menjadi orang kepercayaan seorang politikus-militer berpengaruh. Nyonya rumah, mungkin karena merasa terabaikan oleh suami, sebagaimana yang sering dialami oleh para istri militer dan politikus, ingin mengajak Yusuf tidur bersamanya. Tetapi Yusuf menjawab tidak, dan penolakan dari seorang budak itu membuat nafsu sang nyonya berubah menjadi kebencian sehingga ia berdusta tentangnya dan tiba-tiba Yusuf kedapatan merana dalam penjara, terhina dan terlupakan.
            Di sana ia diam beberapa tahun, menjadi tahanan teladan namun tanpa prospek apalagi bermimpi bahwa mimpi tentang kebesaran yang Allah ingin berikan kepadanya akan terpenuhi. Sampai firman Allah benar-benar digenapi, firman Allah lebih dulu mengujinya! Dapatkah kita ragukan bahwa Yusuf harus terus menerus melawan perasaan bahwa Allah yang memberinya pengharapan kini sedang bekerja keras menghancurkan pengharapan itu? Dapatkah kita menduga bahwa ia dengan mudah menenangkan diri dan percaya?

Apakah Anda memiliki perasaan bahwa Allah sedang bermain permainan tertentu dengan Anda dan kehidupan Anda?
Tuhan, aku ingin memberitahu-Mu secara jujur perasaanku kini…

Jumat, 25 Maret 2011

Hidup dengan Pertanyaan

Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.
Ulangan 29:29

Ayat ini memaparkan bahwa Allah telah menyatakan pikiran dan kehendak-Nya sejauh yang kita perlu untuk maksud-maksud praktis, dan kita harus menerima apa yang telah Ia nyatakan sebagai aturan yang lengkap dan cukup untuk iman dan hidup kita. Tetapi masih ada “hal tersembunyi” yang tidak Ia beritahukan dan Ia tidak bermaksud menyatakannya, paling tidak dalam kehidupan kini. Dan alasan di balik perlakuan providensi Allah itu terkadang masuk dalam kategori berikut.
            Kasus Ayub memberikan kita gambaran. Dalam seluruh tahapan peristiwa yang ia alami, Ayub tidak diberitahukan oleh Allah tantangan apa yang Allah izinkan kepada Iblis untuk menyerang kehidupan hamba-Nya itu seperti yang dipaparkan dalam kitab Ayub. Yang Ayub tahu hanya bahwa Allah yang Mahakuasa memiliki moral yang sempurna dan menyangkali kebaikan-Nya dalam segala keadaan yang Ayub alami akan merupakan penghujatan. Karena itu ia menolak untuk mengutuki Allah bahkan ketika penghidupannya, anak-anaknya, dan kesehatannya sendiri diambil darinya (Ay. 2:9-10).
            Apakah serangkaian malapetaka yang menimpa Ayub berarti bahwa Allah telah turun takhta atau membuang hamba-Nya? Tidak sama sekali – seperti pengalaman Ayub berikutnya membuktikan. Tetapi alasan mengapa Allah memasukkan Ayub ke dalam kegelapan untuk sesaat tidak pernah dijelaskan kepadanya. Dan tidak bolehkah Allah, dalam maksud-maksud bijak-Nya sendiri memperlakukan para pengikut terbaik-Nya hal seperti perlakuan-Nya terhadap Ayub?
            “Kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub,” tulis Yakobus, “dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan” (Yak. 5:11).

Jika “mengapa” tidak dijawab, aku harus menyimpulkan apa, dan harus bertindak bagaimana?
Tuhan, meski Engkau seperti menahan jawaban, jangan tarik hadirat-Mu.

Rabu, 23 Maret 2011

Keluh Kesah Hati

Kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
                                                                                                                        Roma 8:23

Apakah yang membuat orang Kristen berkeluh kesah dalam hatinya? Hati kita berkeluh kesah tentang tubuh (maksudnya keseluruhan diri pribadi kita) yang masih mengalami gangguan dosa; insting lama yang anti Allah dan dorongan dosa yang masih menetap, meski tidak lagi dominan. Sebagai makhluk yang telah jatuh, seluruh hasrat jasmani dan mental kita secara alami condong bersifat tidak tepat, tidak teratur, dan tidak terkendali. Kerakusan adalah salah satu bentuk hasrat tidak tepat yang menjadi masalah pada sebagian orang. Orang lain mengalami hasrat egoisnya untuk memanfaatkan sesama demi mengejar kemajuan dan keberhasilannya sendiri. Hasrat kita menjadi berlebihan dalam segala bentuk sebab masing-masing kita memiliki kepribadian khas dalam tubuh yang belum diselamatkan penuh ini. Hasrat tak teratur terus menerus mencari jalan menyesatkan kita dan ini mengakibatkan ketegangan dalam kehidupan Kristen kita.
            Orang beriman yang hatinya menyukai hukum Allah, menemukan adanya prinsip lain bekerja dalam dirinya: yaitu suatu hukum yang melawan hukum akal budi dan mencondongkan dia kepada segala bentuk ketidaktaatan dan pemuasan diri (Rm. 7:22-23). Tiap hari ia mulai dengan berkata, “Tuhan, kiranya semua hal baik adanya hari ini,” dan mengakhiri hari dengan, “Tuhan, ternyata tidak selalu baik hari ini.” Selama ia masih hidup dalam tubuh yang didiami dosa, banyak dari yang ia harapkan yang tidak ia lakukan.
            Tabiat jasmani dan keadaan kita menimbulkan berbagai kesulitan. Sebagian orang memiliki temperamen depresif, atau meledak-ledak, atau pikiran yang terbang ke sana-sini, atau sangat pemalu; ketegangan masa menopause terasa amat berat buat sebagian orang, dan semua kita harus menghadapi kegelisahan menghadapi kematian ketika usia mulai lanjut. Semua faktor ini bisa memicu dosa dan merintangi kebenaran. Semua ini pun menyebabkan keluh kesah kita.

Menghadapi realitas dosa dalam kita dan beban tubuh yang belum selamat sempurna – tidak heran kita berkeluh kesah (terkadang tidak hanya dalam hati!) Tetapi apalagi dapat kita lakukan?
Tuhan, tolongku tetap terbuka, peka akan, dan bersyukur untuk, cicipan awal yang Kau berikan dalam rohku dan dalam tubuhku tentang apa yang kelak akan kualami di surga.

Dikutip dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu karangan Dr. James I. Packer. Info / Pemesanan: waskitapublishing@gmail.com atau sms / call: 0812-270-24-870

Melalui Mati ke Hidup

Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.
1 Korintus 4:8, 10

Baptisan Kristen, entah diselam, disiram, atau dipercik, sama berarti berlalu di bawah air (menandakan kematian), dan kemudian keluar dari bawahnya (menandakan kebangkitan). Kematian dan kebangkitan yang ditandai tadi bersifat jasmani (masa depan) dan spiritual (masa kini). Dan kematian spiritual serta kebangkitan yang dimaksud tidak saja peristiwa sekali untuk selamanya orang menjadi Ksristen, tetapi pengalaman berkelanjutan dari “senantiasa membawa kematian Yesus dalam tubuh, supaya hidup Yesus boleh dinyatakan dalam tubuh kita.”
            Itulah pola kehidupan Kristen. Melalui kasih yang meniadakan pementingan diri, ketaatan, aniaya karena penderitaan dan kehilangan demi Yesus, tiap hari kita masuk ke dalam ribuan kematian kecil, dan melalui pelayanan Roh, kita bangkit dari kematian-kematian kecil itu dan secara tetap masuk ke dalam pengalaman berulang dari hidup kebangkitan dengaN Kristus.
            Demikian itulah kehidupan iman yang secara tetap dan sadar, penuh pengharapan. Roh mendorong kita untuk menatap kepada Kristus untuk mendapatkan kekuatan moral yang kita perlukan – kelembutan, kemurahan, kesediaan untuk berbagi dan mengampuni; kesabaran, kegigihan, ketekunan, keberanian, keadilan, kesabaran, kebaikan, dan seterusnya. Dan sementara kita berdoa serta berusaha untuk mempraktikkan kebajikan itu, kita mendapatkan bahwa kita disanggupkan untuk melakukannya.

Apakah Anda mengalami pola itu?
Tuhan, jangan biarkan gambaran martir yang suram memikul salib membelokkanku dari memasuki pengalaman “mati ke dalam hidup” secara otentik, kaya, yang Kau ingin untuk kualami.

Dikutip dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu, Karangan Dr. James I. Packer. Info / Pemesanan: Email waskitapublishing@gmail.com atau sms / call 0812-270-24-870

Selasa, 22 Maret 2011

Mengatasi Konflik Batin

Kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.  Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.
Roma 7:18-19

Roma 7:14-25 ditulis dalam bentuk waktu sekarang, sesudah sebelumnya bicara dalam bentuk waktu lampau. “Dahulu aku hidup” (7) diganti oleh “kini aku” (14, 16). Apa yang Paulus katakan ini ialah bahwa prinsip yang ia bicarakan dalam ayat 7-13 – bahwa hukum Allah mendefinisi, mendeteksi, dan mengutuk dosa dalam kita, memperlihatkan betapa jauh dosa menguasai kita – masih berlaku sekarang sesudah kita menjadi Kristen.
            Saya tidak setuju dengan pendapat bahwa dalam ayat 14-25 Paulus hanya mengulang dalam bentuk waktu kini apa yang telah ia katakan dalam bentuk waktu lampau di bagian sebelumnya. Semua yang mengerti bahwa Paulus seorang komunikator piawai harus mengerti bahwa perpindahan bentuk waktu itu, dimaksudkan untuk memaparkan apa yang menjadi pengalamannya masa kini sebagai seorang Kristen. Menolak ini berarti menuduh Paulus tidak sanggup mengemukakan apa yang ingin ia katakan dengan baik. Di samping itu, seorang yang bukan Kristen tidak mungkin sanggup berkata dengan benar bahwa ia menyukai hukum Allah dalam dirinya terdalam (22) sebab keinginan daging bermusuhan dengan Allah (Rm. 8:7).
            Saya juga tidak percaya yang sementara orang klaim, bahwa di sini Paulus berbicara kepada seorang Kristen dalam keadaan rohani tidak sehat. Jangan katakan bahwa ketika mendiktekan surat ini Paulus berada dalam keadaan rohani yang rendah! Kenyataannya, bagian ini justru menunjukkan hasrat kerohanian yang sehat karena menginginkan kesempurnaan agar memuliakan Allah dan menjadi tertekan ketika mendapatkan bahwa dosa, meski telah dijungkirkan dari takhta dan tidak lagi berkuasa, namun tetap ada, berontak dan berusaha merebut kendali kembali, supaya orang tidak sepenuhnya mencapai kebenaran. Roma 7:24-25 menggambarkan ketertekanan yang sehat ketika apa yang orang inginkan selalu dilampaui oleh apa yang sesungguhnya dicapai.

Dapatkah Anda menemukan kesamaan dalam hidup Anda dengan konflik rohani Paulus ini? Baca lagi Roma 7:14-25 sambil menempatkan diri benar-benar dalam “aku” dalam bagian firman itu. Sungguhkah itu pengalaman Anda juga?
Tolong aku tetap menaruh harap dapat menjadi “lebih dari pemenang” meski pergumulanku seberat ini.

Dikutip dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu karangan Dr James I. Packer. Email: waskitapublishing@gmail.com; sms / call: 0812-270-24-870

Senin, 21 Maret 2011

Dalam Kelemahan Kita, Kekuatan-Nya

Jika aku lemah, maka aku kuat.
                                               2 Korintus 12:10

Anugerah ialah tarikan Allah yang membuat orang berdosa mendekat kepada-Nya. Bagaimana Allah melaksanakan maksud ini dalam anugerah-Nya? Tidak dengan memerisai kita dari serangan dunia, daging, dan iblis, tidak juga dengan melindungi kita dari berbagai keadaan yang memberatkan dan membuat frustrasi, tidak juga dengan memerisai kita dari berbagai kesulitan karena temperamen dan psikologi kita sendiri, tetapi lebih dengan memapar kita kepada semua hal tadi supaya kita terperanjat oleh kesan ketidaklayakan kita, dan membuat kita berpegangan lebih erat kepada-Nya.
            Dari titik tolak kita, itulah alasan terdalam mengapa Allah memenuhi kehidupan kita dengan kesusahan, kebingungan susul menyusul – yaitu untuk memastikan bahwa kita belajar berpegang erat kepada-Nya. Alasan Alkitab memberi begitu banyak waktu untuk mengulang pernyataan bahwa Allah adalah batu karang yang kokoh, pertahanan yang kuat, dan tempat perlindungan serta pertolongan untuk yang lemah ialah bahwa Allah memakai begitu banyak waktu untuk memperlihatkan bahwa kita lemah adanya, baik mental maupun moral, dan tidak boleh memercayai diri untuk menemukan atau mengikuti jalan yang benar. Ketika kita mengikuti suatu jalan dengan merasa nyaman, dan seseorang mengulurkan tangan untuk menolong kita, kebanyakannya kita akan menolak uluran tangan itu. Tetapi ketika kita kedapatan berada dalam tempat gelap, dengan badai meniup kuat sementara kekuatan kita telah menurun, uluran tangan pertolongan pasti akan kita sambut dengan gembira. Allah ingin kita merasa bahwa perjalanan hidup kita berat dan membingungkan, supaya kita belajar mengandalkan Dia dengan penuh syukur. Itu sebabnya Ia mengambil langkah yang membawa kita keluar dari keyakinan diri agar memercayai Dia saja; untuk belajar – “menantikan Tuhan.”

Apakah kekuatan dan kelemahan Anda? Adakah bahaya bahwa kekuatan Anda membuat Anda ada dalam posisi yang tidak Allah inginkan?
Tuhan, inilah kekuatan dan kelemahanku… dan inilah situasi yang aku hadapi. Kiranya semua melayaniku untuk menarikku dekat kepada-Mu.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu karangan Dr. James I. Packer. Info: waskitapublishing@gmail.com, atau sms / call 0812-270-24-870.

Minggu, 20 Maret 2011

Duri Kita

Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.
2 Korintus 4:8-9

Cukup banyak orang Kristen masa kini yang hidup dengan epilepsi, dorongan homoseksual, radang usus, dan siklus depresi. Persis seperti yang ditulis oleh Philip Hughes, “Adakah seorang hamba Kristus yang tidak dapat menunjuk ke semacam duri dalam daging, tampak atau tidak tampak, jasmani atau psikologis, yang telah ia doakan untuk lepas darinya, tetapi yang Allah berikan kepada mereka untuk membuat mereka rendah hati dan berbuah-buah?... Duri dalam daging Paulus, yang tidak jelas persisnya apa, mewakili sejenis pengalaman duri dalam daging semua orang Kristen.
            Dulu maupun kini, Allah bisa memakai kesakitan dan kelemahan kronis, termasuk berbagai penderitaan, sebagai alat-Nya membentuk jiwa kita. Kelemahan memperdalam kebergantungan kita akan Kristus untuk penguatan setiap hari. Semakin kita merasa lemah, semakin kuat kita bergantung. Dan semakin kuat kita bergantung, semakin kita tumbuh kuat secara rohani, meski tubuh kita melapuk.
            Hidup dengan masalah tanpa mengeluh dan tetap baik, sabar, dan bebas dalam hati untuk mengasihi dan menolong orang lain, meski setiap hari Anda merasa kurang baik, adalah pengudusan sejati. Hal itu merupakan penyembuhan sejati bagi roh. Ia merupakan kemenangan mutlak anugerah dalam kehidupan Anda.

Apakah Anda/gereja Anda berharap lebih atau kurang dari Allah sejauh menyangkut pengharapan untuk kesembuhan jasmani? Apa yang dapat dilakukan?
Tuhan, ajar kami pelajaran apa yang harus kami terima, entah “engkau tidak mendapat karena engkau tidak meminta,” atau “anugerah-Ku cukup bagimu” (Yak. 4:2; 2Kor. 12:9).

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu Tulisan James I. Packer. Info Pemesanan - Email ke waskitapublishing@gmail.com atau sms / call: 0812-270-24-870.

Sabtu, 19 Maret 2011

Spiritualitas Galilea

...

Kini saatnya untuk kita memperbaiki baik pola spiritualitas juga pemikiran kita menyangkut gambaran tentang bagaimana sesungguhnya pelayanan Yesus di Galilea. Beberapa litani yang lebih baru dalam berbagai terbitan yang kemudian, menambahkan lebih banyak uraian yang cukup lengkap dan memadai, yang menjembatani kesenjangan antara pencobaan Yesus di padang gurun dan penderitaan-Nya: “Oleh pelayanan-Mu dalam kata dan karya, oleh tindakan kuasa-Mu yang dahsyat, dan oleh pewartaan-Mu tentang kerajaan.” Pada spiritualitas Galilea yang didasari atas kuasa terobosan Allah dalam dunia ini melalui perkataan dan perbuatan Yesuslah, kini kita harus fokus sebagai langkah berikut ziarah kita.
            Pewartaan Yesus tentang kerajaan Allah memancar ke tengah-tengah visi tandingan tentang apa maksud kerajaan Allah baik secara umum maupun khusus.  Kerajaan Herodes dengan kemewahan dan kebrutalannya, sangat menjengkelkan para Yahudi ortodoks karena kedua alasan itu, tetapi terutama karena Herodes membuat banyak kompromi dengan kekafiran. Dan para Yahudi Galilea, yang menurut temuan arkeologi kebanyakannya saleh dan ortodoks, menjadi semakin frustrasi dengan pemerintahan Herodes, dan Roma. Mereka ingin agar Allah menjadi raja, dan semakin giat untuk siap memakai cara apa saja yang ada, termasuk kekerasan, untuk mewujudkan tujuan itu. Mereka memiliki agenda-kerajaan mereka sendiri; dan mereka percaya bahwa hal itu sesuai dengan yang Allah perintahkan. Galilea bukan satu-satunya tempat di mana suasana revolusi menggantung di udara, tetapi pebukitan di atas danau sibuk dengan hal itu. Maka perhentian Sabat Galilea bukan seperti kesukaan merenung hal spiritual secara santai seperti hari Minggu kita kini, tetapi lebih merupakan simbol yang dijaga dengan waspada, dengan ucapan “Kami para penjaga Sabat adalah umat Allah sejati, dan para pelanggar Sabat sedang berkompromi dengan musuh.”
            Agenda kerajaan alternatif inilah yang menjelaskan adanya sikap permusuhan para Farisi kepada Yesus dalam berbagai catatan Injil. Apa yang salah dengan Yesus menyembuhkan orang yang bisu, buta dan dirasuk roh jahat? Masalahnya bukan pada peristiwa itu sendiri; melainkan Yesus telah mendapatkan reputasi di Galilea, reputasi sebagai seorang yang menjungkir-balikkan, reputasi menyembuhkan pada hari Sabat, sebagai seorang yang menantang berbagai kesepakatan sosial-agamawi, sebagai seorang yang memulai suatu gerakan kerajaan yang berbeda. Perumpamaan-perumpamaan-Nya mengkonfrontasi pandangan yang berlaku tentang kerajaan dengan sesuatu yang baru, di mana kuasa dan kasih Allah akan memerintah bukan dengan cara kekerasan revolusioner tetapi dengan jalan salib. Ia sudah dianggap sebagai seorang yang subversif. Dan ketika seseorang seperti itu melakukan penyembuhan, para penonton diperhadapkan dengan suatu pilihan. Entah itu adalah karya Allah yang mengabsahkan seluruh agenda kerajaan dari Yesus; atau kita harus membuat suatu penjelasan lain. Jika hal itu bukan berasal dari Allah, kegiatan itu pasti pekerjaan Iblis.
            Tuduhan ini mengundang Yesus untuk membuat sebuah pernyataan penting tentang pekerjaan-Nya. Ia bukan antek pangeran kegelapan. Sebaliknya, fakta bahwa Ia mengusir roh-roh jahat oleh Roh Allah memperlihatkan bahwa kerajaan Iblis sedang diguncangkan ke dasarnya; bahwa cara Allah menegakkan pemerintahan-Nya dilancarkan melalui pekerjaan Yesus. Yesus telah memenangi peperangan di padang gurun, yaitu perang melawan musuh tertua; kini Ia datang ke Galilea membuat kemenangan itu berakibat. Bagaimana orang dapat merampas rumah seorang kuat kecuali lebih dulu mengikat orang kuat itu? Baru sesudah itu Anda sungguh dapat merampas rumahnya. Karenanya, eksorsisme yang Yesus lakukan adalah tanda bahwa Ia telah memenangi kemenangan awal, dan bahwa kerajaan Iblis sungguh sedang terancam serius.
            Klaim ini menciptakan pemisahan tak terelakkan di antara para penonton-Nya. Barangsiapa tidak di pihak-Ku ia menentang Aku; siapa yang tidak mengumpulkan bersama-Ku ia menyebar. Jika kamu melihat karya Allah dan menyatakannya sebagai karya Iblis, kamu tengah menempatkan dirimu di sudut yang darinya tidak mungkin ada keluputan. Engkau telah menolak satu-satunya pengharapan untuk keluputan. Satu-satunya dahan untukmu duduk dengan aman telah engkau potong. Pesan kerajaan dalam pelayanan Galilea-Nya ini sama sekali bukan resep untuk suatu kehidupan spiritual yang tenang, pasif, romantis. Itu adalah suatu undangan untuk masuk ke dalam spiritualitas kerajaan, dengan mengundang kuasa raja untuk membebaskan mereka yang dicengkeram dalam tawanan Iblis. Banyak hal yang Yesus katakan tentang Herodes dan kerajaannya; juga tentang Caesar dan kerajaannya. Tetapi kerajaan yang sejatinya tandingan bagi kerajaan Allah, adalah kerajaan si Iblis. Tidak ragu bahwa Herodes dan Caesar dalam cara mereka, dengan kerakusan dan rezim brutal mereka, sama merupakan antek Iblis; tetapi Iblis sama senangnya dengan ketika orang menentang Caesar dan Herodes seperti dengan cara-cara satanik kafir mengadakan revolusi kekerasan. Seperti kalimat dalam sebuah himne mengatakan, “Kebanggaan manusia dan kemuliaan dunia; pedang dan mahkota menolak kepercayaan di pihak-Nya.” Yesus datang tanpa pedang, tanpa mahkota, tetapi dengan kuasa dan kemenangan Allah: dengan doa dan puasa, dengan kebenaran dan kehidupan benar, dengan injil damai, oleh iman, oleh keselamatan, oleh firman Allah... Dst.
Dikutip dari Buku Jalan Tuhan karya N. T. Wright. Info lebih lanjut, Email ke waskitapublishing@gmail.com atau sms / call ke 0812-270-24-870.

Rabu, 16 Maret 2011

Penghayatan Masa Lenten


“Dari debu, kembali kepada debu.” Ucapan itu biasanya kita dengar diucapkan oleh pendeta pada saat penguburan. Namun ucapan yang sama juga diucapkan oleh pendeta di kalangan gereja-gereja yang menghayati masa lenten, pada kebaktian petang Rabu Abu. Rabu Abu dalam tradisi kalender gereja mengawali penghayatan masa lenten yang di antara gereja-gereja di Indonesia biasa disebut juga minggu-minggu sengsara Yesus.
            Ibadah Rabu Abu itu menyiratkan apa yang sepatutnya dihayati oleh umat Kristen sepanjang masa lenten. Pada kebaktian Rabu Abu di pagi hari, biasanya pendeta melakukan tindakan perlambangan dari ucapan “dari debu, kembali kepada debu” itu dengan menggoreskan tanda salib hitam di dahi tiap jemaat dengan air bercampur arang. Sepanjang hari itu, ketika jemaat berada dalam konteks kesehariannya – di pekerjaan, di pergaulan, di keluarga – ia membawa tanda salib itu sebagai pengakuan pedih kefanaan dirinya, kesedihan bahwa segala yang baik yang kini kita alami akan harus kita tinggalkan, sambil memproklamasikan kematian Yesus menggantikan kita dan dengan demikian sekaligus menyatakan pengharapan akan kebangkitan. Pada kebaktian petangnya, sesudah menerima ucapan “dari debu, kembali kepada debu” jemaat bergiliran menuju ke sisi ruang gereja di mana telah menanti para pelayan gereja yang memegang nampan berisi roti dan cawan anggur, untuk mengingatkan bahwa kematian tidak merupakan kata akhir untuk orang beriman.

Yesus Kristus yang menderita telah berbagian dalam seluruh penderitaan manusia, di dalam kematian-Nya ia telah menyerap seluruh ketidakmurnian kita sampai hilang tak berbekas, dan pada saat yang sama kemurnian-Nya memancar ke dalam kita. Penderitaan dan salib Yesus adalah kekuatan dalam kelemahan, kemenangan melalui kekalahan, kemuliaan dalam kehinaan terburuknya, dan kepenuhan dari paradoks yang di luar kemampuan kita mengertinya secara penuh itu, menerima manifestasi penuhnya di Paskah, kebangkitan Yesus.
            Pada masa lenten kebangkitan belum lagi dirayakan. Lenten dari bahasa Inggris kuno berarti memanjang, seperti hari yang memanjang di musim semi di mana masa ini berlangsung. Namun untuk orang Kristen ‘semi’ kebangkitan belum terjadi di masa lenten, sebaliknya kita masih sedang menjalani terowongan gelap panjang yang ujungnya nanti adalah Paskah Kebangkitan Yesus. Maka masa lenten adalah ruang di antara debu dan roti dan anggur, masa untuk kita menyadari kefanaan dan ketakberdayaan diri dosa kita serta penyataan tentang karya Yesus menghasilkan keselamatan melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Masa lenten adalah saat orang Kristen memperhitungkan realitas gelap dan maut, dan ini kita lakukan dalam pengharapan sebab masa gelap lenten ini akan berujung di Paskah, di kebangkitan, dalam hidup baru. Kita dapat mengalami kepenuhan hidup baru hanya jika lebih dulu kita mati dari hidup yang lama.
            Dalam sejarah gereja, awalnya lenten dirayakan selama 40 jam, yaitu mulai Jumat Agung sampai pagi Paskah, yaitu mencerminkan masa-masa gelap Yesus dalam kubur. Masa itu dipakai untuk kesempatan untuk ‘mati,’ untuk melepas sesuatu, membersihkan, mengosongkan diri, biasanya dengan berpuasa. Kemudian hari 40 jam itu berkembang menjadi 40 hari dari Rabu Abu sampai Paskah tanpa memperhitungkan hari-hari Minggu di antaranya sebab Minggu selalu diperlakukan sebagai hari kemenangan Yesus Kristus dari kematian. Dan puasa yang dilakukan biasanya pada hari Rabu dan Jumat menjadi ungkapan kesedihan tentang penyebab penderitaan dan kematian Yesus, yaitu dosa-dosa kita. Empat puluh hari itu dilihat sebagai sesuatu yang sejajar dengan 40 hari air bah ketika Allah memurnikan bumi di zaman Nuh, empat puluh tahun pengembaraan ketika Allah memurnikan Israel, dan 40 hari Yesus di padang gurun dicobai sebagai persiapan Ia memasuki pelayanan-Nya. Maka dalam melaksanakan puasa itu, pemaknaan yang dihayati ialah pertobatan dan tindakan amal yang dimungkinkan dengan memberikan uang yang tidak terpakai untuk belanja makanan karena kita berpuasa.

If my people who are called by my name will humble themselves and pray, I will hear them and heal their land

            Sebagian besar gereja Protestan tidak mengenal puasa yang dianjurkan apalagi dijadikan tradisi. Ini berbeda dengan saudara kita dari gereja Katolik. Kalau pun berpuasa, pada sementara orang Kristen kebiasaan itu mungkin dihayati sebagai sesuatu yang ditujukan untuk mendapatkan perkenan Tuhan. Sesungguhnya penghayatan iman yang alkitabiah tidak mengenal segala bentuk tindakan ibadah yang bersifat membujuk atau mendesak Allah, sebab segalanya yang Ia tahu baik dan yang datang dari kasih kudus-Nya sudah diberikan-Nya sebagai anugerah di dalam Yesus Kristus, dan masih Ia lanjutkan dalam rangkaian anugerah demi anugerah, bukan karena dipaksa atau dibujuk.
            Puasa seharusnya dihayati sebagai tindakan kita memberi ruang khusus dalam hidup kita agar Allah boleh mengisi hidup kita lebih banyak dengan diri-Nya. Karena itu kita bisa melakukan berbagai bentuk puasa, tidak hanya puasa makan atau puasa dari makanan tertentu (misalnya dari nasi atau dari daging), tetapi juga puasa menonton televisi, puasa belanja, puasa mengunjungi mall, dlsb. Dengan pemberian ruang bagi Allah itu makin terbentuk, kita bisa mengambil pengisian diri Allah itu ke dalam hidup kita dalam bentuk doa yang lebih terkonsentrasi dan berarti, membaca dan merenungkan Alkitab yang sungguh mengendapkan firman, dlsb. Puasa yang membuat kita lapar jasmani, mendorong bangkitnya lapar rohani yang membimbing kita ke pesta rohani. Indah sekali!
Masa lenten pun menjadi suatu kesempatan indah bagi bekerjanya Roh mengangkat ke permukaan dosa-dosa kebiasaan atau dosa-dosa yang telah menjadi terbiasa sehingga tidak lagi disadari sebagai dosa, atau dosa-dosa yang sedemikian melekat dan halus yang lebih menyangkut pikiran, perasaan, fantasi, sikap hati ketimbang perbuatan nyata. Maka di balik kesedihan dan penyesalan, pertobatan ini justru membawa dan melahirkan kemerdekaan sejati dan kesukaan besar bahwa kita boleh mengalami akibat nyata karya salib Yesus dalam sifat dan sikap hidup kita.
Ketika hal-hal tadi kita hayati semakin riil – bahwa kita hanya debu yang akan kembali kepada debu, dan kita menyadari bahwa hidup bukan karena roti tetapi karena tiap-tiap firman yang keluar dari mulut Allah, dan mengalami lebih kental arti topangan darah dan tubuh Yesus bagi hidup kita, maka kita akan merasakan dorongan syukur untuk berbagi hidup Yesus di dalam hidup kita ini kepada sesama kita. Hal inilah yang menyebabkan kebiasaan beramal menjadi suatu manifestasi wajar dalam puasa Kristen (lihat juga Yesaya 58:6-8).
Tiga hari terakhir masa lenten sebelum hari Minggu Paskah disebut Triduum, yaitu Kamis Kelabu, Jumat Agung, dan Sabtu Teduh. Pada gereja-gereja tertentu kebaktian hari Minggu mulai Rabu Abu dilakukan dengan menyalakan tujuh lilin, lalu satu per satu setiap hari Minggu lilin itu dipadamkan. Di Kamis Kelabu dan Sabtu Teduh diadakan ibadah yang kurang lebih sama, yaitu memperingati bagaimana Terang dimatikan oleh dunia yang menolak. Di ibadah Kamis Kelabu, ibadah sederhana dengan membacakan ayat-ayat nubuat tentang kesengsaraan Mesias dibacakan dan kerap dengan menyanyikan lagu-lagu setara dengan itu. Tiap kali pembacaan dan nyanyian itu selesai, satu lilin dipadamkan, sampai akhirnya seluruh lilin padam. Di ibadah Sabtu Teduh yang disebut juga Tenebrae (Gelap), hal yang sama dilakukan hanya ayat-ayat yang dibacakan adalah tujuh ucapan Yesus dari salib. Setiap kali satu bacaan Alkitab dan nyanyian setara selesai, satu lilin dipadamkan, sampai puncaknya seluruh tujuh lilin itu padam dan ruang ibadah menjadi gelap gulita (dalam ibadah ini tidak dinyalakan lampu). Hal ini melambangkan puncak penderitaan Yesus di salib yang diiringi dengan peristiwa penguburan. Lalu mengantisipasi minggu pagi Kebangkitan, sebuah lilin besar dinyalakan untuk kembali menerangi ruang ibadah.
Semua tindakan spiritualitas pribadi dan liturgis gerejani itu dimaksudkan agar kita menghayati makna penderitaan Yesus lebih dalam. Pengungkapan penghayatan itu secara simbolis, semisal pembubuhan tanda salib di dahi atau menyemat kain hitam berbentuk salib kecil di baju (mirip pada masa perkabungan di kalangan orang Tionghoa tradisional), bisa menjadi cara-cara kreatif bukan saja untuk mengingatkan kita tentang harga mahal darah Kristus untuk hidup kita yang fana dan hina ini, tetapi juga mungkin bisa membuka kesempatan percakapan menyaksikan tindakan penyelamatan Yesus kepada orang yang melihat dan bertanya.

Rabu, 09 Maret 2011

Renungan dalam Masa Sengsara Yesus

Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya. 2 Korintus 8:9
Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. Sebab TUHAN mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan. 1 Samuel 2:8

Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu. Yesaya 58:6-8

Senin, 07 Maret 2011

Dikenal Allah

                                                                                                           
…sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah,
                                                                                                            Galatia 4:9

Akhirnya hal yang terpenting bukanlah bahwa kita mengenal Allah, tetapi bahwa Ia mengenal kita. Saya diukir di telapak tangan Allah. Saya tidak pernah luput dari pikiran-Nya. Semua pengenalan kita akan Dia ditopang oleh inisiatif-Nya untuk mengenal kita. Saya kenal Dia sebab Ia lebih dulu kenal saya. Ia mengenal saya sebagai sahabat, sebagai yang mengasihi saya; dan tidak ada saat di mana pengamatan-Nya luput dari saya, atau perhatian-Nya menjauh dari saya, dan karena itu tidak ada saat di mana pemeliharaan-Nya atas saya gagal.
            Pengetahuan ini luar biasa dahsyat. Hal ini memberikan penghiburan tak terkatakan – penghiburan yang memberdayakan dan bukan sekadar menyamankan – karena mengetahui bahwa Allah senantiasa mengenali saya dalam kasih, dan memerhatikan untuk kebaikan saya. Kita merasa luar biasa lega karena mengetahui bahwa kasih-Nya kepada saya sangat realistis, didasari sepenuhnya atas kemahatahuan-Nya akan hal terburuk dalam diri saya, sehingga Ia tidak pernah akan dikagetkan oleh kenyataan saya seperti yang seringkali saya alami tentang diri saya sendiri, sampai Ia harus memadamkan ketetapan-Nya untuk memberkati saya.
            Hal ini merupakan suatu alasan besar untuk kerendahan hati karena menyadari bahwa Ia tahu semua hal tidak beres dalam diri saya yang tidak diketahui oleh sesama saya dan Ia melihat segala kecemaran dalam saya lebih dari saya sendiri melihatnya. Hal lain yang sama dahsyatnya yang menjadi insentif untuk kita menyembah dan mengasihi Allah ialah, atas alasan yang tak terselami, Ia menginginkan kita menjadi sahabat-Nya dan ingin menjadi sahabat kita serta memberi Anak-Nya untuk mati bagi kita supaya maksud-Nya ini terwujud.

Renungkan pemikiran yang menghibur ini: “Allah mengenalku seutuhnya, selengkapnya.”
Ubahlah pemikiran Anda tadi menjadi pengakuan atau pujian atau keduanya.

Dikutip dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu karangan James I. Packer. Info Pemesanan: Email ke waskitapublishing@gmail.com atau sms / call ke 0812-270-24-870

Sabtu, 05 Maret 2011

Jangan Takut

... Apakah Anda tahu apakah perintah yang paling sering disebutkan dalam Alkitab? Petunjuk apa, perintah apa, yang diberikan, yang berulang-ulang, dinyatakan oleh Allah, oleh para malaikat, oleh Yesus, oleh para nabi dan rasul? Apa menurut Anda? – “Jadilah baik?” “Jadilah kudus, sebab Aku kudus?” Atau secara negatif, “Jangan berdosa?” “Jangan jadi immoral?” Bukan. Perintah tersering dalam Alkitab adalah: “Jangan takut! Jangan kamu takut. Jangan takut. Janganlah takut.
            Ironisnya tentang perintah yang mengherankan ini ialah, meski ini yang benar-benar ingin kita dengar, kita memiliki kesulitan sama besar, jika bukan lebih besar, dalam menaati perintah ini seperti perintah lainnya. Kita semua sangat menyayangi ketakutan sampai merasa tidak dapat meninggalkannya ketika diminta untuk melakukan itu. Orang yang sepanjang masa belajar khawatir tentang ujian, lalu akhirnya selesai ujian, masih juga terjaga di pagi hari dengan adrenalin tinggi, seolah siap untuk masuk ke ruang ujian sekali lagi. Orang yang bertahun-tahun khawatir tentang uang, dan tiba-tiba mewarisi cukup harta untuk belanja, masih merasa panas dingin ketika berjalan melewati bank. Ada cerita tentang seorang pelawak yang mengirimkan telegram ke semua anggota suatu pemerintah, hanya berkata. “Semua sudah ketahuan – larilah segera!; dalam waktu dua puluh empat jam semua mereka meninggalkan negara itu. Semua kita, tulis antropolog Nigel Barley, ada dalam keadaan bagaikan bank moral yang kosong. Semua kita menyembunyikan sesuatu yang tentangnya kita sangat membutuhkan suara mengatakan: ‘Jangan takut. Semuanya akan beres.” Seperti Tuhan berkata kepada Lady Julian: “Semua akan jadi beres, dan semua perkara akan dibereskan.” Mari jangan keliru tafsir tentang itu: sampai Anda belajar untuk hidup tanpa takut Anda tidak akan menemukan mengikut Yesus sebagai hal yang mudah.
            Perintah mengherankan ini memancar dalam dunia yang di dalamnya kita makan, tidur, dan bernafaskan ketakutan. Kita keluar dari kehangatan dalam kandungan ke dalam kedinginan kosmos, dan kita takut ada sendirian, tidak dikasihi, ditolak. Kita bergaul dengan anak-anak, remaja, dewasa muda lain, dan kita takut kelihatan bodoh, dalam keadaan tertinggal dari suatu ras yang secara otomatis kita berbagian di dalamnya. Kita memikirkan pekerjaan, dan kita takut entah kita akan gagal mendapatkannya atau jika kita mendapatkannya kita tidak sanggup mengerjakannya dengan benar; dan ketakutan ganda itu berlangsung lama dalam diri banyak orang. Kita memikirkan tentang pernikahan, dan kita takut bahwa kita tidak akan pernah menemukan orang yang tepat dan bahwa jika kita menikah juga itu akan berbalik menjadi kemalangan. Kita mempertimbangkan perpindahan karir, dan kita takut kita mendaki di anak tangga yang salah dan kehilangan kesempatan emas. Kita menatap ke masa pensiun, dan kita takut pada proses penuaan dan pelemahan serta kematian mendadak.
            Itu tadi baru yang besar-besar. Ada lusinan lagi ketakutan lebih kecil yang saling menguatkan dan menopang satu sama lain. Lebih lagi, jika kita menekan ketakutan tersebut secara semu, mereka akan muncul dalam bentuk lain, seperti fobia. Di balik semua itu menggelantung ketakutan akan kematian, barangkali tidak pada yang muda usia, kecuali entah bagaimana mereka pernah mengalami sentuhan dekat dengan kematian, tetapi jelasnya sedikit waktu lagi pasti orang muda pun akan mengalami ketakutan ini.
            Jadi Anda mengerti alasan perintah ini. “Jangan takut,” adalah salah satu yang tersulit untuk kita pegang. Bahkan menjaga kemurnian seksual masih terasa lebih mudah. Dapatkah Anda bayangkan hidup tanpa takut? Maksud saya bukan “keadaan tanpa takut” secara sekuler yang sering dikaitkan dengan para pahlawan dalam kisah-kisah tegang atau perang. Di dalam yang demikian ada semacam sikap kepongahan, atau sikap agresif, yang tidak lain adalah perbuatan menutup-nutupi kesejatian; bukan itu yang saya maksud. Maksud saya, dapatkah Anda bayangkan menghidupi kehidupan yang normal, bijak, bertanggungjawab tanpa merasakan usikan bahwa segalanya akan menjadi sangat kacau, bahwa Anda mungkin telah berhasil melaluinya kemaren atau minggu lalu, tetapi bahwa itu hanya kebetulan, sebab alam semesta ini pada dasarnya tidak bersahabat dan Hukum Murphy (yang mengatakan apa saja yang bisa kacau akan sungguh menjadi kacau) cepat atau bahkan lebih cepat lagi akan segera membuat pembalasan? Begitulah kebanyakan orang hidup.
            Kepada keadaan itu injil Yesus datang dengan kabar buruk dan kabar baik. Kabar baiknya: hanya ada satu perintah kali ini, bukan sepuluh perintah. Kabar buruknya: perintah yang satu ini memerintahkan Anda untuk tidak takut, dan kita tidak memiliki petunjuk bagaimana menaatinya. Kita tidak suka takut, tetapi ia adalah udara yang kita hirup. Kita tidak tahu cara lain untuk hidup. Sesungguhnya, inilah alasan orang membayangkan Allah sebagai Allah yang selalu memberi perintah dan marah pada manusia. Kita memproyeksikan ketakutan kita, dan ya kebencian kita juga, ke atas ke pencipta alam semesta; kita sebut obyek tesebut, berhala itu, “Allah”; dan kita juga takut menyesali, Allah yang telah kita ciptakan dalam gambar kita sendiri itu... Dst.

Dikutip dari sebagian Pasal 7 Buku Mengikut Yesus Tulisan N. T. Wright. Informasi & Pemesanan: email waskitapublishing@gmail.com atau sms / call 0812-270-24-870.

Kamis, 03 Maret 2011

Matikan Kadal Itu!

Dosa-dosa ciri diri kita sedemikian terbiasa untuk kita sampai kita sering kali memercayai mereka lebih dari kebenaran. Mereka menjadi begitu berharga bagi kita sampai kita bahkan lupa bahwa mereka adalah dosa.
            C. S. Lewis menulis suatu alegori tentang gumulan antara surga dan neraka dalam The Great Divorce (Perceraian Besar). Dalam fantasi Lewis sang narator menumpang bus yang bertamasya ke surga. Di sana ia melihat para penghuni neraka, yaitu manusia yang mirip hantu yang keadaannya tidak sepenuhnya nyata, terlibat dalam percakapan dengan para penghuni surga yang sejati. Perjumpaan semacam itu terjadi ketika suatu keberadaan malaikat dari surga bertemu dengan seorang manusia-hantu dan kawannya, seekor kadal merah yang hidup di bahunya dan selalu mengganggu serta menghiburnya dengan hal-hal jahat yang ia bisikkan di telinganya.
            Si manusia-hantu tahu ia tidak dapat memasuki surga dengan makhluk di bahunya itu. Malaikat menawarkan untuk membunuh kadal itu. Mulanya orang itu menolak. Ia takut bahwa jika kadal itu dibunuh ia akan ikut mati juga. Itulah hakikat dari dosa ciri diri, dosa yang sedemikian melekat ke diri kita. Kita terdorong untuk menganggapnya sebagai bagian dari diri kita sendiri. Kita tidak pasti siapakah kita sesungguhnya tanpa hal itu. Kita selalu percaya bahwa hal itu telah melindungi kita. Bahkan meski kita membenci hal itu, ia pun selalu kita sayangi.
            Saya kenal para pasien yang harus berdukacita tentang kehilangan wilayah-wilayah dosa tertentu dalam hidup mereka. Barangkali alkohol yang adalah sahabat lama mereka telah menolong mereka menghayati kehidupan pesta. Barangkali perselingkuhan telah membangkitkan kenikmatan yang tidak pernah mereka alami sebelumnya. Saya pernah menolong seorang pasien yang bergumul dengan kecanduan pornografi. Sementara kami menyelidiki sejarah kecanduannya itu, ia ingat bahwa ia menemukan pornografi sewaktu masa pemuda ketika ia hidup dalam suatu keluarga asuh yang kasar dan melecehkan secara seksual. Keluarga itu mempermalukan dia sedemikian rupa tentang seksualitas sampai penemuannya akan pornografi memberinya pelarian ke dalam suatu dunia yang memberinya kebebasan lebih besar. Bertahun-tahun kemudian ia takut bahwa jika ia menjanjikan istrinya bahwa ia akan lepas total dari pornografi, ia akan terhisap balik ke dunia legalisme dan aib.
            Manusia-hantu dalam kisah Lewis takut kehilangan kadal yang telah menjadi teman setianya. Ia membuat berbagai macam alasan untuk menghalangi sang malaikat dari membunuh kadal itu. Akhirnya ia mengakui bahwa bahkan jika malaikat membunuh dirinya agar dosanya tersingkir, itu masih lebih baik daripada hidup dengan seekor parasit di bahunya.
            Malaikat itu lalu membunuh kadal itu dan membantingnya ke tanah. Sang narator terkejut ketika manusia-hantu itu tiba-tiba berubah menjadi seorang manusia, riil dan penuh. Ia tambah terkejut ketika kadal itu berubah menjadi seekor kuda jantan. Orang itu dan kuda tadi lalu mencongklang dengan sukacita masuk surga. Pemandu sang narator berkata, “Apalah artinya kadal dibanding kuda jantan? Hawa nafsu bagaikan bisikan yang miskin, lemah, merintih dibanding dengan kekayaan dan energi hasrat yang akan bangkit ketika hawa nafsu telah dibunuh.”

Dikutip dari Pasal 2 Buku Dosa Ciri Diri Karangan Michael Mangis. Info Pemesanan: Email ke waskitapublishing@gmail.com atau sms / call ke 0812-270-24-870