Selasa, 31 Mei 2011

KKR

Apakah Engkau tidak mau menghidupkan kami kembali, sehingga umat-Mu bersukacita karena Engkau?
Mazmur 85:6

Kebangunan rohani adalah lawatan Allah yang menghidupkan orang Kristen yang telah terlelap dan memulihkan kepekaan yang dalam akan hadirat serta kekudusan Allah. Lalu memancar suatu kepekaan jelas akan dosa dan pelaksanaan pertobatan, pujian, dan kasih dalam hati secara menakjubkan, dengan luapan semangat menginjili.

            Setiap kegerakan kebangunan memiliki fitur khasnya, tetapi polanya selalu sama.

            Pertama, Allah datang. Pada petang Tahun Baru 1939, John Wesley, George Whitefield, dan beberapa kawan mereka mengadakan “pesta kasih” dalam bentuk doa semalam suntuk untuk menyambut Tahun Baru. Sekitar jam 3 pagi, Wesley menulis, “kuasa Allah datang dengan dahsyat ke atas kami, sedemikian rupa sampai membuat kami berteriak penuh sukacita, dan banyak yang jatuh ke lantai.” Kebangunan rohani selalu mulai dengan pemulihan kepekaan akan kedekatan Yang Mahakudus.

            Kedua, injil dikasihi seperti belum pernah terjadi sebelumnya. Kepekaan akan kedekatan Allah menciptakan kesadaran melimpah akan dosa dan keberdosaan seseorang, dan dengan demikian kuasa darah Kristus yang menguduskan menjadi sangat dihargai.

            Lalu pertobatan makin mendalam. Dalam kebangunan di Ulster tahun 1920-an para pekerja kapal mengembalikan banyak sekali alat-alat curian sampai harus dibangun gudang baru untuk menampung peralatan yang dikembalikan itu! Pertobatan menghasilkan restitusi.

            Akhirnya Roh bekerja cepat: kesalehan melipatganda, orang Kristen menjadi dewasa, pertobatan terjadi. Paulus ada di Tesalonika kurang dari tiga minggu, tetapi Allah bekerja cepat dan Paulus meninggalkan gereja dalam keadaan perkasa.

Apakah gereja Anda merindukan dan mendoakan terjadinya kebangunan rohani?

Tuhan, kirimlah kebangunan rohani dan kiranya itu mulai dari saya. Bangkitkan hatiku.

Pembaruan Rohani



Pulihkanlah kami, ya Allah penyelamat kami, dan tiadakanlah sakit hati-Mu kepada kami.
Mazmur 85:4

Pembaruan rohani adalah pengalaman pendalaman kehidupan dalam Roh yang merupakan cicipan dan cicilan awal surga sendiri. Keyakinan akan keberdosaan diri dan pengampunan total terhadap dosa; kesukaan yang rendah hati namun mulia dalam kesadaran tentang kasih Allah bagi kita; pengetahuan tentang keakraban Bapa, Anak dalam persekutuan dan kasih sayang; hasrat tanpa habis untuk memuji Allah; dorongan menetap untuk mengasihi, melayani, menghormati Bapa, Anak, Roh, dan kebebasan hati untuk mengungkap semua hasrat ini secara kreatif dan spontan – semua ini adalah hakikat kehidupan surga. Semua hal tadi sudah merupakan tanda dari pembaruan perseorangan dan komunitas dalam dunia sekarang ini.

            Hal itu adalah pembaruan sebab Yesus dan persekutuan dengan-Nya menjadi sangat jelas dan dalam. Tanda  terjelas dapat kita temukan dalam himnologi yang lahir dalam masa berbagai gerakan pembaruan.

            Melalui pembaruan, orang percaya ditarik lebih dalam ke penghidupan baptisan, yaitu mati dan bangkit bersama Kristus, dalam pertobatan, penyangkalan diri, hidup benar melawan dosa dan hidup taat bagi Allah.

            Pembaruan terjadi melalui tindakan Roh Kudus melakukan tugas Perjanjian Baru-Nya, yaitu memuliakan Kristus dalam akal budi para murid-Nya.

            Dalam pembaruan umat Allah mengalami penghentian impotensi, frustrasi, dan kemandulan yang merupakan akibat dari ketidaksukaan ilahi. Kesukaan menggantikan keputusasaan, dan kerajaan Allah diperluas melalui dampak pembaruan hidup tersebut (Mzm. 88:4-6; Zak. 8:23).

Apakah Anda fokus pada suasana dan impian dalam pembaruan yang tidak sesuai uraian di atas?

Tuhan, tolong aku untuk tidak takut kepada pembaruan ohani yang murni.

Jumat, 27 Mei 2011

Para Sahabat Allah

Abraham disebut: "Sahabat Allah."
Yakobus 2:23
  
Allah ingin kita menjadi para sahabat-Nya. Abraham dan Musa adalah sahabat Allah (2Taw. 20:7; Kel. 33:11), dalam Perjanjian Baru Yesus berkata kepada para murid-Nya… “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat” (Yoh. 15:15).

            Karena alasan tertentu kita tidak memandang seperti ini sesering seharusnya. Kita lebih sering berkata bahwa Allah ingin kita menjadi anak-anak atau mempelai kekasih-Nya. Tetapi jika tidak ada persahabatan sejati antara orangtua dan anak serta antara suami dan istri, sesuatu yang vital telah hilang dalam keluarga itu. Persahabatan timbal balik, harus menjadi dasar relasi. Dan Allah memanggil kita untuk menjadi para sahabat-Nya. Tidakkah ini mengherankan Anda? Harusnya demikian!

            Siapakah Allah ini? Ia adalah kejamakan: Ia adalah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, tiga pribadi yang dalam cara tak terbayangkan adalah yang Esa dan Pencipta satu-satunya. Yesus datang ke dunia, menyatakan diri sebagai Anak, dan berdoa kepada Bapa-Nya – itu berarti ada dua pribadi; juga, ia berjanji untuk mengirim Roh yang pelayanan-Nya akan meneruskan persis pelayanan-Nya sendiri, dan itu berarti kini ada tiga pribadi. Dari sejak kekal Bapa, Anak, Roh bersama dalam persekutuan kasih dan persahabatan; persekutuan dan komunikasi mereka sempurna adanya. Tetapi sifat kasih selalu ingin berbagi, maka dibuatlah suatu  rencana untuk membentuk makhluk seperti kita yang dapat berbagi relasi kasih itu. Dengan bahasa sehari-hari: Bapa, Anak, dan Roh Kudus kini berkata kepada kita, “Ayo bergabung! Datang dan berbagian dalam kehidupan kasih kami.” Dan Yesus mati untuk kita supaya rencana yang berasal dari Allah ini, dapat digenapi. Bersahabat dengan Bapa surgawi kita dan Juruselamat ilahi kita adalah arti hidup di dalam dan melalui Yesus, kini dan seterusnya. Sungguh ajaib anugerah!

Apakah ciri persahabatan yang baik dan kaya? Apakah persahabatan Anda dengan Allah memperlihatkan ciri-ciri tersebut?

Bapa, Anak, dan Roh Kudus, betapa mengejutkan bahwa Engkau ingin bersahabat denganku. Terima kasih.

Senin, 23 Mei 2011

Jalan dengan Yesus

Disciples on their way to Emmaus

Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka.
Lukas 24:15

Bacalah kisah kedua murid yang berjalan menuju Emaus (Lukas 24:13-25) dan lihat Yesus sang penyembuh agung dan penasihat sedang bekerja. Inilah dua orang yang sedang sangat tertekan, tidak sanggup lagi berpikir jernih.

            Pertama sekali Yesus bertanya: Ia membuat mereka bicara, menciptakan suatu relasi, dan dengan demikian membuat mereka siap menerima apa yang ingin Ia katakan. Langkah pembuka-Nya meneruskan kekasaran Kleopas (orang yang terluka sering bereaksi demikian) tetapi Ia tetap gigih dan mereka menceritakan masalah mereka. Dengan jalan ini penyembuhan dapat mulai.

            Kedua, ia menjelaskan Alkitab, dengan memperlihatkan kepada mereka bahwa apa yang membingungkan mereka – kematian seorang yang mereka harap akan membebaskan mereka dengan mengakhiri penjajahan Romawi – sebenarnya telah dinubuatkan berabad-abad sebelumnya sebagai jalan Allah membebaskan, dalam arti mengakhiri beban dan belenggu dosa.

            Akhirnya, Ia menyatakan hadirat-Nya. “Tinggallah bersama kami” ujar mereka kepada-Nya setiba mereka di Emaus. Ia memenuhi permintaan itu dalam artian terdalam, bahkan sesudah mereka tidak lagi melihat Dia. Alangkah dahsyat berkat itu bahwa mereka dikaruniai untuk boleh didiami-Nya! Alangkah besar kerugian mereka andai mereka tidak meminta itu dari-Nya!

            Hari ini Yesus masih sang penyembuh dan penasihat agung. Kita akan menerima penyembuhan-Nya ketika kita menceritakan kesusahan kita, mengizinkan Dia melayani kita dari Alkitab, dan meminta Dia untuk menguatkan kita sementara kita menjalani keadaan yang bagaikan api dan air bah. Ia berjalan bersama kita dan akan diam bersama kita sampai di ujung jalan.

Anda percaya Ibrani 4:15?  Maka praktikkanlah Ibrani 4:16!

Tuhan, dengan keyakinan aku datang kepada-Mu untuk beroleh kemurahan dan anugerah dalam situasi ini…

Sabtu, 21 Mei 2011

Anugerah adalah Yesus

Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"
Yohanes 20:19

Anugerah datang melalui Yesus Kristus (Yoh. 1:17), inti terdalamnya Yesus sendirilah anugerah, yang datang ke dalam situasi kebutuhan manusia untuk menyatakan firman kasih, datang dalam pribadi untuk menyelamatkan orang yang dalam kebutuhan dan keputusasaan.

            Para murid telah gagal parah. Mereka berkata akan setia kepada-Nya tetapi begitu para pasukan datang menangkap-Nya, mereka kabur. Simon Petrus dengan gigih menyangkal bahwa ia kenal Gurunya. Kini mereka ketakutan, sebab pasti mereka pun dicari oleh orang Yahudi yang membenci Yesus. Begitulah keadaan mereka, bersalah, panik, bersembunyi di balik pintu terkunci.

            Banyak orang masa kini bersembunyi ketakutan dengan hati nurani buruk. Memang saya tahu banyak orang Kristen masa kini yang bicara bahwa mereka bahagia, namun saya yakin bahwa perasaan mereka tidak sesuai pengakuan mereka. Jauh dalam hati, banyak dari mereka merasa gagal dan tidak mencapai kehidupan yang harusnya mereka tempuh dan takut akan masa depan. Orang Kristen yang telah tergelincir merasakan hal yang sama. Para murid mewakili sebagian besar umat manusia.

            Yesus datang menembusi pintu yang terkunci, berdiri di tengah orang-orang yang susah itu, dan bicara tentang damai, tentang program, dan tentang kuasa yang Ia bawa untuk mereka (20:19-28). Ia masih menerobos rintangan-rintangan yang sengaja atau tidak telah kita dirikan dan menawarkan diri untuk kita dalam keadaan takut, bersalah, tak berdaya sebagai sahabat yang mengasihi yang membawa suatu pengharapan dan kehidupan baru. Itulah hakikat anugerah.

Siapakah yang saya kenal yang sedang melarikan diri dengan nurani buruk, yang dapat saya doakan atau yang kepadanya dapat kubagikan anugerah Yesus?

Tuhan, aku ingin sekali melihat-Mu seperti yang dialami para murid itu, tetapi tolongku untuk puas dengan pengalaman bahwa kini aku tidak melihat namun percaya (Yoh. 20:29).

Jumat, 20 Mei 2011

Ingin Mendapatkan Buku Waskita Publishing Cuma-cuma?

Anda ingin mendapatkan buku-buku terbitan Waskita Publishing dengan cuma-cuma?
Bisa! Silakan Anda tulis sebuah artikel pendek / resensi singkat tentang buku mana saja dari terbitan Waskita Publishing, lalu kirimkan artikel / resensi itu ke media /  berita gereja Anda atau majalah rohani lainnya sampai dimuat. Kirimkan fotocopy artikel / resensi itu disertai data nama majalah, nomor dan tanggal penerbitan, dari gereja / lembaga mana. Lalu Anda berhak meminta 1 (satu) buku mana saja dari terbitan Waskita Publishing.

Siapa saja boleh mengikuti Sayembara ini!

Sabtu, 14 Mei 2011

Bangkit Bersama Kristus

Telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita.
Efesus 2:5

Paulus bicara jelas sekali dalam Efesus 2:1-10 dan dalam bagian lain bahwa kelahiran baru adalah tindakan Allah yang menghidupkan orang yang mati rohani dalam Kristus.

            Ketika ia menyebut bahwa manusia mati secara rohani, ia memaksudkan bahwa mereka tidak merespons Allah (seperti mayat tidak dapat menjawab panggilan Anda); manusia terpisah dari persekutuan dengan Allah dan ada di bawah murka Allah. Orang seperti itu mengikuti kehidupan yang didikte oleh dunia, iblis, dan daging – yaitu suatu kehidupan tidak taat kepada Allah.

            Mengenai tindakan Allah membangkitkan orang yang mati rohani, Paulus menyatakan: Hal itu memancar dari kasih, kemurahan, anugerah, dan kebaikan yang sedemikian sempurna sehingga sepenuhnya berada di luar jangkauan pemikiran kita.

            Hal itu terjadi dalam Kristus. Yesus Kristus adalah pengantara dari semua pemberian Allah untuk kita, termasuk hidup baru.

            Hal yang sama juga menangkap kita ke dalam tindakan Allah yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati. Gereja adalah perpanjangan kebangkitan. Mereka yang dibangkitkan dengan Kristus duduk dalam realitas surga: mereka menikmati kehidupan tersembunyi yang membuat mereka selalu ada “di atas” sebab Ia yang memerintah dunia membuat segala sesuatu bekerja bersama untuk kebaikan mereka.

            Perjalanan hidup ketaatan yang direncanakan Allah adalah sasaran hidup kita.

Bagaimanakah aplikasi Efesus 2:1-10 untuk orang yang telah lama menjadi Kristen – mungkin Anda?
Bapa, aku tidak merasa ada di “atas” hari ini. Berikanku perspektif lebih tepat tentang situasiku berikut ini…

Apa yang Yesus Lakukan Kini

Kristus Yesus,… telah mati… telah bangkit,… duduk di sebelah kanan Allah,… menjadi Pembela… kita.
Roma 8:34

Sesudah kebangkitan datang kenaikan – yaitu Yesus Kristus menarik diri dari ruang penglihatan jasmani manusia untuk memerintah sampai kedatangan-Nya kelak. Kejadian itu terpapar di depan mata para murid sebagai suatu gerakan naik ke awan-awan, suatu tanda bahwa Yesus telah pergi “ke dalam surga” – tempat hadirat Allah langsung – untuk menduduki tempat kuasa sebagai Tuhan yang memerintah (Kis. 1:9-11).

            Yesus adalah pengantara satu-satunya antara Allah dan manusia (1Tim. 2:5), dan dalam surga karya pengantaraan-Nya berlangsung terus – bukan dalam bentuk mempersembahkan diri-Nya terus menerus sebagai tebusan untuk dosa-dosa (karya itu sudah selesai), tetapi dalam bentuk doa syafaat (Rm. 8:34; Ibr. 7:25).

            Doa syafaat Yesus adalah intervensi-Nya yang efektif untuk kepentingan kita, sebagai penjaga dan pendahulu kita, ketika kita dalam kesusahan; doa-Nya memastikan bahwa manfaat Kalvari sungguh diterima dan ketika kita mendekati “takhta anugerah” kita pasti menemukan anugerah untuk menolong kita pada waktu kebutuhan kita (Ibr. 4:16).

            Tetapi Yesus tidak saja berada “di surga” tetapi juga “di dalam kita” melalui Roh Kudus. Perjanjian Baru memberitahu kita bahwa orang beriman yang telah lahir baru kini dan di sini bersatu dengan Kristus dalam relasi vital di mana mereka mati bersama-Nya (tidak lagi menghidupi hidup lamanya) dan bangkit dalam Dia (mulai hidup baru yaitu persekutuan tanpa akhir dengan Tuhan – Rm. 6:1-11; Kol. 2:9-15; 3:1-3).

Karena Yesus hidup, bumi ini hanya sesaat merupakan tempat penderitaan kita, dan surga adalah kemuliaan yang melampaui segalanya (2Kor. 4:17). Apakah demikian halnya untuk Anda?

Tuhan, meski aku tidak dapat mengerti penuh keberadaan-Mu di surga dan dalam diriku pada saat yang sama, tolongku untuk mengalami-Mu sebagai pensyafaat surgawiku dan raja serta sahabat-Ku yang murah hati.

Rabu, 11 Mei 2011

Yesus Naik ke Surga


Terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.
Kisah rasul 1:9

Bapa mengangkat naik Yesus dari penglihatan para murid. Kita mengatakan “naik” untuk orang yang naik pangkat, misalnya. Untuk para murid, Yesus naik ke surga berarti Ia telah ditinggikan ke takhta Allah. Sejak sebelum pelayanan-Nya di bumi Yesus sudah raja, tetapi kenaikan-Nya mengokohkan hal itu secara publik. Ia naik untuk duduk di sebelah kanan Allah, tempat kekuasaan dan otoritas. Lalu, apa artinya itu bagi kita?

            Pertama, kita perlu menyadari bahwa meski Yesus tidak lagi di dunia secara jasmani, pelayanan-Nya berlanjut. Sebelum kenaikan-Nya Ia mencegah Maria menyentuh Dia (Yoh. 20:17) sebab Ia ingin Maria menyadari bahwa ia harus belajar untuk tidak lagi dapat mengulurkan tangan dan menyentuh-Nya secara jasmani; tetapi Ia masih akan terus nyata dan dekat kepadanya dan kepada semua murid-Nya. Kisah para rasul tepat disebut juga Kisah Tuhan yang telah naik, menunjukkan bagaimana Ia terus melanjutkan pelayanan-Nya di bumi ini. Ia yang tidak hadir secara jasmani, hadir oleh Roh, dan akibatnya dunia pun jungkir balik oleh-Nya.

            Kedua, kenaikan berarti Yesus tidak lagi terbatas di Palestina. Ia hadir di mana saja sehingga semua yang mencari hadirat-Nya menemukan-Nya dan semua yang menyeru Dia menerima perhatian yang sama dari-Nya, di mana pun mereka berada.

            Ketiga, kita memiliki prospek gemilang bahwa kelak kita akan ada bersama Dia di mana Dia ada. Tuhan yang duduk di kanan Allah (Kis. 2:34-35) akan berdiri untuk menyambut kita masuk ke rumah-Nya pada akhir zaman kita di bumi (Kis. 7:56)!

Aku tahu bahwa Yesus akan datang kembali, tetapi apakah reaksi jujurku jika aku tahu bahwa Ia akan datang hari ini?

Yesus, tolongku menemukan keseimbangan antara menatap ke atas kepada-Mu dan melakukan pekerjaan-Mu di sini.

Minggu, 08 Mei 2011

Allah Mahakuasa, Namun...

Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.
2 Timotius 2:13

Apakah karena mahakuasa, Allah dapat melakukan apa saja? Bukan, bukan itu maksudnya. Ada banyak hal yang tidak dapat Allah lakukan. Ia tidak dapat melakukan hal yang kontradiktif dalam dirinya atau yang tidak masuk akal, seperti membuat lingkaran yang segi empat. Tidak juga (dan ini sangat penting untuk kita perhatikan) dapat bertindak di luar sifat-Nya. Allah memiliki sifat moral yang sempurna, dan Ia tidak mungkin menyangkali itu. Ia tidak dapat menjadi berubah-ubah, tidak mengasihi, sembarangan, tidak adil, atau tidak konsisten. Sama seperti Ia tidak dapat mengampuni dosa tanpa penyelamatan sebab itu akan tidak benar, demikian juga Ia tidak dapat gagal untuk setia dan adil dalam mengampuni dosa-dosa yang diakui dalam iman dan dalam memelihara semua janji lainnya yang telah Ia buat. Ketidakstabilan moral, keraguan, dan ketidakandalan adalah tanda-tanda kelemahan, bukan kekuatan; tetapi kemahakuasaan Allah adalah kekuatan tertinggi, yang membuat tidak mungkin bahwa Ia mengalami ketidaksempurnaan semacam itu.
            Secara positif hal itu dapat dikatakan seperti ini: meski ada hal-hal tertentu yang tidak dapat dilakukan oleh Allah yang rasional dan yang kudus, semua yang Ia maksudkan untuk lakukan sungguh Ia lakukan. “TUHAN melakukan apa yang dikehendaki-Nya” (Mzm. 135:6). Seperti ketika Ia merencanakan untuk menciptakan dunia, “Dia berfirman, maka semuanya jadi” (Mzm. 33:9), demikianlah dengan semua hal yang Ia inginkan. Dengan manusia “ada banyak hal dapat gagal atau berubah” tetapi tidak dengan Allah.
Hal apa lagi yang tidak dapat Allah lakukan (karena itu akan membuat Ia menyangkali diri-Nya)?
Tuhan, aku bersyukur bahwa Engkau melakukan seturut kesukaan-Mu sebab aku tahu bahwa Engkau sempurna dan demikian juga halnya dengan maksud dan tindakan-Mu.

Sabtu, 07 Mei 2011

Allah sebagai Bapa

God the Father by Andrea Del Castagno

Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah
Yohanes 1:12

Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Roma 8:15-16

Relasi kebapaan Allah dengan Yesus menyiratkan empat hal. Pertama otoritas. Bapa memerintahkan dan mengatur; inisiatif yang Ia minta untuk Anak-Nya lakukan adalah ketaatan penuh kemauan kepada kehendak Bapa. Kedua, kasih; ketiga, persekutuan; keempat, kemuliaan: Allah ingin memuliakan Anak-Nya.

            Semua ini meraih juga ke anak-anak angkat Allah. Dalam, melalui, dan di bawah Yesus Kristus Tuhan mereka, mereka diatur, dikasihi, disertai, dan dihormati oleh Bapa surgawi mereka.

            Sebagaimana Yesus menaati Bapa, mereka juga harus demikian (1Yoh. 5:1-3). Sebagaimana Allah mengasihi Anak tunggal-Nya, demikian juga Ia mengasihi anak-anak angkat-Nya (Yoh. 16:27). Sebagaimana Allah memiliki persekutuan dengan Yesus, demikian juga Ia bersekutu dengan kita (1Yoh. 1:3). Sebagaimana Allah meninggikan Yesus, demikian pun Ia meninggikan para pengikut Yesus, saudara-saudari Yesus dalam satu keluarga (Yoh. 12:32; 17:24).

            Dalam semua ungkapan ini Alkitab mengajarkan kita untuk mengerti bentuk dan substansi hubungan orangtua-anak yang mengikat bersama Bapa dan para hamba Yesus.

Aspek manakah dari relasi kebapaan Allah yang kurang atau gagal Anda hidupi secara penuh? Izinkan bagian Alkitab yang relevan mengendap dalam pikiran Anda dan diam sepanjang hari ini.

Katakan kepada Bapa bagaimana perasaan Anda tentang Dia dan bagaimana arti Dia untuk Anda.

Dikutip dari:



Jumat, 06 Mei 2011

Kebaikan Allah yang Melimpah

TUHAN itu baik kepada semua orang
Mazmur 145:9

Kebenaran dan keandalan Allah, keadilan-Nya yang tak mungkin gagal dan hikmat-Nya, kelembutan, panjang sabar, dan kecukupan-Nya untuk semua orang yang dengan sesal mencari pertolongan-Nya, serta kemurahan-Nya yang mulia dalam menawarkan destini mulia persekutuan dengan-Nya dalam kekudusan dan kasih – semua ini membentuk kebaikan Allah, pengabungan dari semua keistimewaan-Nya yang Ia nyatakan. “Allah, jalan-Nya sempurna; janji TUHAN adalah murni” (Mzm. 18:30).

            Namun demikian, masih banyak dapat dikatakan. Di dalam gugus kesempurnaan moral Allah terdapat satu hal khusus yang dirujuk oleh istilah kebaikan. Yang dimaksud ialah kualitas kemurahan hati. Kemurahan hati ialah suatu sikap ingin memberi kepada yang lain dengan cara bukan karena motif mencari untung dan tidak dibatasi oleh kelayakan penerima, tetapi secara konsisten bertindak melampaui itu. Kemurahan hati mengungkapkan pengharapan sederhana bahwa orang lain memiliki apa yang mereka butuhkan untuk membuat mereka bahagia. Kemurahan hati adalah pusat dari kesempurnaan moral Allah. Ia merupakan kualitas yang menentukan bagaimana semua keistimewaan lainnya diri Allah akan dinyatakan.

            Banyak mazmur-mazmur yang meninggikan kemurahan hati Allah dalam berbagai aspeknya. Allah murah hati dalam memberikan berkat alami: makanan, kenikmatan, milik, matahari, tidur, keamanan, dan segala hal lainnya yang menopang dan mengayakan kehidupan (Mzm. 145). Tetapi kemurahan Allah dalam tingkat alami tadi, betapa pun limpah, tenggelam oleh kemurahan lebih agung dalam penebusan rohani. Perbuatan dahsyat Allah dalam menyelamatkan Israel dari Mesir; kesediaan-Nya untuk menanggung dan mengampuni ketika para hamba-Nya jatuh ke dalam dosa; kesediaan-Nya untuk mengajarkan jalan-Nya pada manusia; kemurahan-Nya yang menempelkan “carang liar” orang asal kafir ke dalam pohon zaitun-Nya (Mzm. 106; 86:5; 119:68; Rm. 11:22).

Bacalah Mazmur 18, tanyakan diri Anda sejauh apa kesaksian Anda sesuai dengan Daud.

Luangkan cukup waktu untuk mensyukuri Tuhan atas kemurahan kebaikan-Nya kepada Anda.

Dikutip dari:

 

Kamis, 05 Mei 2011

Kemurahan Allah

Jesus as the Good Shepherd in a 3rd Century catacomb painting

"Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati."
Roma 9:15

Kekafiran purba memandang masing-masing allah seolah terikat kepada para penyembahnya oleh kepentingan pribadi sebab ia bergantung pada pelayanan dan pemberian mereka demi kesejahteraannya. Kekafiran modern menyimpan pemikiran sama tentang Allah yang dianggapnya berkewajiban untuk mengasihi dan menolong kita, meski kita tidak layak. Itulah perasaan yang diutarakan seorang pemikir bebas Perancis dalam kematiannya: “Allah akan mengampuni – itu tugas-Nya.” Tetapi hal itu tidak beralasan. Allah Alkitab tidak bergantung pada manusia ciptaan-Nya untuk kesejahteraan-Nya (lihat Mzm. 50:8-12; Kis. 17:25). Juga, kini sesudah kita berdosa, Ia tidak wajib menunjukkan kepada kita perkenan-Nya. Kita hanya bisa mengklaim keadilan-Nya – dan untuk kita, keadilan pasti berarti penghukuman.

            Allah tidak berutang kepada siapa pun untuk menghentikan keadilan berlangsung. Ia tidak wajib untuk mengasihani dan mengampuni. Jika hal itu Ia lakukan, itu adalah tindakan yang bersumber “dari kehendak bebas-Nya,” dan tak seorang pun memaksa-Nya. “Hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah” (Rm. 9:16). Anugerah bebas sifatnya sebab ia sepenuhnya datang dari diri Allah dan mengalir dari Ia yang bebas untuk tidak beranugerah. Hanya jika kita menyadari bahwa yang menentukan destini kita adalah entah Allah memutuskan untuk menyelamatkan kita dari dosa atau tidak, dan bahwa keputusan ini tidak merupakan keharusan Allah, barulah kita dapat menangkap pandangan alkitabiah tentang apa sesungguhnya anugerah.

Apakah reaksi Anda ketika sungguh menyadari arti anugerah seperti itu? Mungkinkah untuk bergeming tanpa ketakjuban dan kegentaran?

Tuhan, Engkau dengan bebas memilih, dan dengan biaya besar yang harus Kau tanggung, untuk menunjukkan kemurahan dan anugerah kepada setiap pendosa yang bertobat. Tuhan Yesus Kristus, kasihani aku, seorang berdoa.

Rabu, 04 Mei 2011

Allah Sang Hakim


Allah adalah hakim.
Mazmur 75:7

Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi.
Mazmur 82:8

Mengapa manusia surut dari pemikiran tentang Allah sebagai hakim? Mengapa mereka merasa tidak layak terhadap-Nya? Kebenaran tentang Allah sebagai hakim adalah bagian dari kesempurnaan moral Allah, kesempurnaan-Nya dalam penghakiman. Mungkinkah Allah yang tidak peduli tentang benar dan salah dapat merupakan Allah yang baik dan mengagumkan? Akankah Allah yang tidak membedakan antara binatang buas sejarah seperti Hitler dan Pol Pot (jika kita berani menyebut nama-nama itu), dan para kudus-Nya, tetap Allah yang secara moral layak dipuji dan sempurna? Ketidakpedulian adalah ketidaksempurnaan moral. Tidak menghakimi dunia menunjukkan ketidakpedulian moral. Bukti akhir bahwa Allah adalah keberadaan moral sempurna, bukan ketidakpedulian atas masalah benar dan salah, tetapi fakta bahwa Ia komit untuk menghakimi dunia.

            Jelas bahwa realitas penghakiman ilahi harus berdampak langsung pada pandangan hidup kita. Jika kita tahu bahwa pembalasan adil menjumpai kita di ujung jalan, kita tidak akan hidup sembarangan. Tetapi harus ditekankan bahwa doktrin penghakiman, jangan dianggap sebagai semacam hantu bengis, yang bertugas menakut-nakuti orang agar secara lahiriah menunjukkan perbuatan benar sesuai kesepakatan. Di samping menimbulkan ketakutan pada orang fasik, hakikat doktrin ini adalah penyataan tentang sifat moral Allah, dan penanaman makna moral kepada kehidupan manusia.

“Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” (Kej. 18:25). Jawaban iman terhadap pertanyaan itu beda dari jawaban penglihatan (dalam pengadilan manusia). Pikirkan hal itu dalam kaitan dengan diri Anda.

Allah, hakim, terima kasih Engkau adalah juga Juruselamatku.

Selasa, 03 Mei 2011

Allah yang Esa


TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa!
Ulangan 6:4

Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah
Yesaya 45:5

Tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa."
1 Korintus 8:4

Situasi zaman Alkitab mirip dengan situasi di Timur kini, yaitu antara iman akan satu Allah (monoteisme) dan percaya kepada banyak allah (politeisme). Alkitab berapi-api melawan politeisme, sebab orang yang percaya akan banyak allah tidak dapat menganggap satu pun dari mereka sebagai yang memiliki kuasa mutlak atau klaim menyeluruh atas hidupnya, atau berani melayani salah satu secara eksklusif sehingga mengabaikan yang lain. Tetapi seluruh Alkitab menegaskan bahwa hanya ada satu Allah, Pencipta dan Tuhan atas semua.

            Jadi seperti apakah Allah yang esa ini? Pengakuan Iman Westminster, menjawab pertanyaan keempat, “Apakah Allah?” dengan jawaban berikut: “Allah adalah Roh, tak terbatas, kekal, dan tidak berubah dalam keberadaan, hikmat, kuasa, kekudusan, keadilan, kebaikan, dan kebenaran.” Tidak ada penjelasan pernah diberikan tentang Allah dalam kalimat sesingkat, sejelas, sebaik itu. Ada dua hal penting di dalamnya:

            Pertama, keberadaan Allah kekal adanya. Ia adalah Allah “dari selama-lamanya sampai selama-lamanya” (Mzm. 90:2), mahakuasa, mahatahu, menopang diri-Nya sendiri, dan tidak membutuhkan apa pun (Kis. 17:25). “Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan” (Mzm. 102:27).

            Kedua, Sifat Allah tidak berubah. Demikian Ia menyatakan diri-Nya kepada Musa. "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman” (Kel. 34:6-7). Inilah sifat Allah sampai kini sebab “Dia tidak dapat menyangkali diri-Nya” (2Tim. 2:13).

Apakah Allah untuk Anda? Nama apakah yang dapat Anda sebutkan tentang Dia, dan sifat apakah yang ada pada-Nya dari pengalaman Anda?

Ubah jawab Anda menjadi ucapan syukur dan penyembahan.

Dikutip dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu. Info tentang buku ini silakan email ke: waskitapublishing@gmail.com atau sms / call ke: 0812-270-24-870

Senin, 02 Mei 2011

Tiga Pribadi

Dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus
Matius 28:29

Hanya ada “satu” nama (tunggal), dan bukan “tiga nama” (jamak) – demikian ucapan Yesus yang mengacu kepada Allah tritunggal ini. Kebenaran menakjubkan namun tak terelakkan bahwa Allah yang esa itu berpribadi tiga tersebar dalam seluruh Perjanjian Baru. Yesus menyebut Allah Bapa-Nya, sambil mengklaim sebagai Anak-Nya dan setara dengan-Nya, serta membiarkan Tomas menyembah Dia sebagai “Tuhanku dan Allahku” (Yoh. 5:18-23; 10:30; 20:28). Juga, Ia berjanji mengutus Roh Kudus – “Penolong yang lain (yaitu, yang kedua setara diri-Nya) – untuk menggantikan Dia dan melanjutkan pelayanan-Nya kepada para murid (Yoh. 14:26; 15:26; 16:7-15). Demikian Ia membuat jelas bahwa dalam keesaan Keallahan terdapat tiga pribadi ilahi yang bekerja bersama.

            Pada saat pembaptisan Yesus Roh Kudus turun ke atas-Nya dan Bapa menyatakan dari surga: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi” (Mat. 3:16-17). Kepada Nikodemus Yesus menjelaskan perlunya dilahirkan dari Roh dan percaya akan Anak yang telah diberikan untuk dunia oleh Bapa (Yoh. 3:1-16). Paulus menyampaikan berkat yang berasal dari masing-masing tiga pribadi itu (2Kor. 13:14), yang melalui kerja sama-Nya kita diselamatkan; ini ia jelaskan di bagian lain (Rm. 8; Efs. 1:3-14; 2:13-22; 2Tes. 2:14-15; 1Ptr. 1:2).

            Roh bukan sekadar pengaruh aktif dari Bapa dan Anak, tetapi Perjanjian Baru mengatakan bahwa Ia bicara, bersaksi, menolong, menyelidik, didustai, didukakan, dan ditolak – hal-hal yang hanya dapat disebut tentang pribadi.

            Kebenaran tentang Tritunggal dibenarkan dalam pengalaman Kristen. Roh diam di dalam kita (Rm. 8:9) dan Tuhan yang telah ditakhtakan menyertai di sisi kita (2Tim. 4:17) untuk menguatkan kita bagi penyembahan dan pelayanan Bapa surgawi kita yang di atas kita.

Bagaimanakah pengalaman Anda membenarkan kebenaran tentang Tritunggal?

Berdoalah dengan kesadaran baru tentang tiga pribadi Tritunggal: berdoa kepada Bapa surgawi Anda dalam nama Yesus melalui pertolongan Roh Kudus.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu karangan J. I. Packer.
Info Pemesanan Email ke waskitapublishing@gmail.com atau sms / call: 0812-270-24-870.