Jumat, 30 September 2011

Komunitas Surgawi Internasional

Aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.  Dan dengan suara nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!"
Wahyu 7:9-10


Wahyu 7:9-17 sering dibaca pada upacara penguburan, memberikan kita paparan tentang surga yang menghangatkan hati.

            Siapakah komunitas internasional yang disebutkan ini? Merekalah umat Tuhan yang telah tiba di rumah kekal. Mereka telah dikumpulkan dan dipersatukan menjadi satu komunitas melalui pengenalan keselamatan yang kini membuat mereka memuji Allah. Dalam kasih kepada Bapa dan Anak, mereka saling juga mengasihi.

            Dari mana saja mereka? “Dari kesusahan yang besar” (14). Saya pikir mereka bukan dari aniaya besar yang kelak terjadi di akhir zaman; melainkan, ini menyatakan sejarah dunia di mana umat Allah selalu mengalami banyak kesusahan sebab perlawanan dunia kepada mereka.

            Bagaimana mereka dapat masuk ke sana? Pertama, melalui pembenaran, yang berasal dari salib Kristus (“mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba” – 14). Kedua, melalui pemeliharaan Roh Kudus yang mempertahankan mereka. Meterai di dahi para hamba Allah (3) pasti adalah rujukan kepada Roh Kudus yang dikaruniakan kepada umat Allah sebagai tanda kemilikan, cara perlindungan, dan tanda otentikasi.

            Di mana mereka ada sekarang? Mereka bersama Bapa dan Anak dalam kedamaian tanpa kesusahan (9, 15, 17). Apa yang mereka buat? Mereka menyanyikan puji-pujian Kristus dan melayani Dia siang dan malam sebab mereka mengasihi Dia. Bagaimana perasaan mereka? Mereka mengalami yang C. S. Lewis katakan sebagai kesukaan yang bila dibandingkan dengan semua kesukaan dan penggenapan di antara para kekasih di dunia bagaikan susu dibandingkan dengan air. Mereka mengalami nyata kesukaan dan makna dari berada dalam hadirat Juruselamat tanpa gangguan atau tekanan atau hal lainnya yang mengurangi kesempurnaan persekutuan mereka.


Perlukah aku menengadah ke arah surga lebih dari yang biasa ku lakukan?

Tuhan, aku memohon kesabaran, kestabilan, dan kesigapan sambil aku menatap ke atas dan ke depan.

Kamis, 29 September 2011

Keadaan Akhir

Mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.
Matius 25:46


Dalam perumpamaan domba dan kambing (Mat. 25:31-46) kita diberitahu bahwa orang yang ditolak oleh sang Hakim akan dibuang ke kolasis (hukuman) aionios (keadaan akhir). Ungkapan itu diimbangi oleh rujukan ke zoe aionios (hidup kekal) yang juga merupakan keadaan yang tetap dan akhir. Bahkan bila aionios ini dianggap sebagaiterhisab ke dalam aion yang akan datang,” dan tidak berarti kedaan tanpa akhir, ide ketidak-berakhiran ini ditampung dalam ungkapan satunya, “hidup kekal” dan karena itu tidak bisa diabaikan juga ungkapan lainnya yang mengimbangi yaitu “hukuman kekal.” Jadi ide bahwa dalam teks ini aionios dalam kaitan dengan kolasis pasti berarti kekekalan tidak terbantahkan.

            Perjanjian Baru senantiasa melihat hukuman kekal ini sebagai pengetahuan yang penuh derita tentang penolakan terhadap seseorang, tentang ketidaksenangan Allah mengenai kerugian yang orang alami, dan tentang keadaan tak terpulihkan di mana orang masuk ke dalamnya. Doktrin hukuman kekal diajarkan dalam sinagog bahkan sebelum Tuhan mengambilnya dan menekankannya dalam Injil-injil. Semua bahasa yang menimbulkan kegentaran dalam hati kita – tangisan dan kertak giri, kegelapan, cacing, api, gehena, lubang besar – semua ini diambil dari ajaran Tuhan sendiri. Kita menerima doktrin ini dari Yesus Kristus.



Pelajari ayat-ayat berikut dan sambil berdoa buatlah kesimpulan Anda (Luk. 16:26; Yoh. 3:18-19, 36; 5:29; 12:32; Ki. 2:21-23; Rm. 1:16;  5:18-21; 1Kor. 15 :25-28; 2Kor. 5:10, 19; 6:2; Gal. 1:4; Efs. 5:25; Fil. 2:9-11; 1Tim. 2:4; Tit. 2:11; Ibr. 2:9m 9:27; 1Ptr. 3:19; 2Ptr. 3:9; 1Yoh. 1:5; 2:2; 4:8).

Mintalah Allah menaruh dalam hati Anda beberapa orang yang Anda tahu perlu didoakan secara teratur agar mereka boleh masuk ke dalam hidup kekal.

Rabu, 28 September 2011

Kini Bayangan - Kelak Terang Penuh

Perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan orang yang berkuasa di antara orang bodoh.  
Pengkhotbah 9:17

Tangan Allah sangat besar dan ketika terulur kepada Anda, bahkan meski ditujukan untuk melindungi, tangan-Nya akan terlihat dan terasa bagaikan awan gelap besar, menutupi matahari. Lalu suasana hati Anda pun bisa ikut menggelap. Bagian awal kitab Pengkhotbah memaparkan suasana suram yang sama. Dalam suasana suram, ada baiknya bertanya: “Apakah sesungguhnya suasana gelapku ini, adalah bayangan uluran tangan-Nya yang mengelus aku?” – sebab seringkali memang begitu adanya! Terkadang Allah mengizinkan suasana suram mendatangi kita untuk kebaikan kita supaya kita dibuat sadar, dipimpin untuk meninjau ulang kehidupan kita, dan membuat perubahan-perubahan yang perlu. Perhatian kepada diri sendiri selalu menghasilkan kesuraman, dan pencarian kesenangan berakhir dalam aib. Mungkin kita perlu mulai hidup atas dasar yang berbeda. Dengan mengasihi Pencipta dan sesama secara tidak egois, kita boleh menemukan kesukaan keseharian kita.
            Kata akhir penuh hikmat yang menunjuk ke kesukaan dalam dunia ini adalah kesadaran bahwa di sini Allah sedang menyiapkan kita untuk suatu dunia lain ketika terang-Nya akan menerangi kita seperti yang tak pernah terjadi di dunia ini. Kita perlu ingat hal itu ketika kita melihat ada tugas yang belum kita selesaikan dan ada potensi diri yang kita sia-siakan.

Apakah tempat ku kini dipenuhi bayangan untuk mengajarku sesuatu, atau itu sekadar sebuah tempat perlindungan?
Tuhan, aku merasa telanjang dan tanpa perlindungan. Lindungilah aku.

Selasa, 27 September 2011

Destini Kekal

Kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.
2 Korintus 5:10


Maksud saya dengan destini kekal ialah keadaan kesukaan atau kesedihan sesudah kematian yang saya belajar dari Yesus Kristus, Anak Allah yang berinkarnasi yang bangkit dari kematian, dan yang para penulis Perjanjian Baru menyetujuinya. Saya bukan bicara tentang kelangsungan hidup tetapi tentang suatu keadaan di mana secara sadar kita menuai apa yang telah kita tabur.

            Perjanjian Baru menjelaskan bahwa hidup ini, di mana tubuh menjadi tua dan lisut sementara sifat menjadi tetap, adalah semacam ruang penghubung, ruang ganti pakaian, dan gimnasium moral di mana, entah kita tahu atau tidak, kita semua mempersiapkan diri untuk kehidupan masa depan yang akan serasi dengan apa yang telah kita pilih kini, dan di dalamnya kelak akan lebih mengandung kesukaan atau kedukaan melebihi yng dikenal di dunia ini.

            Ketika dunia yang akan datang menjadi realitas, konsekuensi tetap dari pilihan dan komitmen yang dibuat di sini akan dinyatakan dan diterima. “Ia (Allah) akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan” (Rm. 2:6-8). Orang yang bijak akan menyimpan kebenaran ini yang akan diakui oleh hati nuraninya jika ia mengizinkan untuk bicara, dan tidak membiarkan dirinya menjadi kurban dari skeptisisme reaksioner, meski jika orang lain sekitarnya melakukan itu.


Apakah aku sungguh menyadari tentang konsekuensi kekal dari perbuatanku kini?

Tuhan, tolongku senantiasa menabur dalam Roh.

Senin, 26 September 2011

Allah Memberi Pahala

Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Matius 6:4


Kita tidak perlu menganggap bahwa ajaran Yesus tentang pahala membuat Kekristenan mengajarkan sikap mata duitan. Sebaliknya ajaran tentang pahala ini memberi motif kuat bila diterapkan dalam konteks relasi orang Kristen dengan Bapa surgawi mereka.

            Orangtua senang memberi pahala kepada anak-anak bukan? Pahala itu tetap merupakan pemberian dan bukan perolehan jasa. Pahala yang orangtua berikan seringkali tidak layak diterima oleh anak-anak tetapi tetap diberikan untuk mendorong anak terus mengerjakan sesuatu atau mulai melakukan yang harus ia lakukan. Pahala Allah untuk kita pun sebenarnya tak layak kita terima, tetapi dengan senang hati Allah memberinya untuk mendorong kita maju.

            C. S. Lewis membedakan antara pahala yang mendorong terjadinya kegiatan dari pahala yang merupakan akibat sempurna dari suatu tindakan. Jika seorang pria menikahi seorang perempuan karena uang, ia mencari pahala jenis pertama dan kita menyebut ia mata duitan. Tetapi dalam suatu pernikahan yang baik, pahala yang dicari dan ditemukan oleh orang ialah boleh memiliki sisa hidup bersama perempuan yang ia kasihi.

            Kegiatan yang dimaksud dalam Matius 6 ialah melayani Allah, melihat kepada-Nya, menjangkau Dia, memuji, berdoa, menyembah, memuja, mengasihi, dan menaati Dia, dengan kata lain menikmati Dia. Pahalanya adalah relasi makin dekat dengan Allah sendiri. Gambaran tentang orang yang menerima gelang penuh mutiara, adalah pelukisan ke sesuatu yang lain. Maksudnya, pahala kita ialah sambutan Allah, dengan ucapan “hai hamba yang setia” dan komunikasi-Nya dengan kita tentang kasih-Nya secara langsung.

            Yesus bicara tentang pahala dalam arti berkat akhir dan juga kebaikan serta dorongan yang Bapa kita beri kepada anak-anak-Nya yang mencari ia tiap hari (Ibr. 11:6).


Apakah sikapku terhadap pahala? Pahala apakah yang secara terbuka atau diam-diam kini saya cari?

Bersyukurlah kepada Yesus “yang karena kesukaan yang menantikan-Nya telah menanggung salib” (Ibr. 12:2).

Sabtu, 24 September 2011

Penghakiman Orang Kristen?

Barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.
Yohanes 5:24

Kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus
2 Korintus 5:10


Bagaimana mencocokkan kedua pernyataan ini? Bagaimana mempertemukan pengampunan dan pembenaran karena iman dengan penghakiman menurut pekerjaan?

            Pertama, karunia pembenaran melindungi orang percaya dari harus dihukum dan dibinasakan sebagai orang berdosa dari hadirat Allah. Hal ini jelas dalam penglihatan tentang penghakiman di mana bersama “buku-buku” yang mencatat perbuatan setiap orang, “buku hayat” dibuka, dan yang namanya tertulis tidak “dibuang ke lautan api” (Why. 20:11-15).

            Kedua, karunia pembenaran sama sekali tidak melindungi orang percaya dari pemeriksaan apakah benar ia seorang Kristen, dan dari menerima ganjaran kehilangan yang baik yang seharusnya mereka nikmati jika ternyata sebagai orang Kristen mereka telah menimbulkan gangguan pada orang lain atau malas atau destruktif. Hal ini dijelaskan dalam peringatan Paulus agar orang Korintus berhati-hati tentang gaya hidup yang mereka bangun di atas Kristus, sang fondasi tunggal. “Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.  Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api” (1Kor. 3:12-15). “Pahala” dan “kerugian” menandai relasi akrab atau renggang dengan Allah, meski bagaimana persisnya masih di luar kemampuan kita mengetahui.



Pelajari pengajaran Alkitab tentang penghakiman menyangkut perbuatan (Mat. 12:33-37; 16:27; Why. 20:11-15; Rm. 2:6-11; 2Kor. 5:10; Luk. 12:48).

Renungkan kebenaran bahwa perkataan dan perbuatan adalah indeks hati seseorang. Berdoalah tentang wilayah kelemahan Anda sendiri.

Jumat, 23 September 2011

Sepasti Fajar



Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.
Markus 13:12


Perjanjian Baru meneguhkan kita bahwa Yesus datang untuk semua orang Kristen di saat kematian mereka, untuk menyambut mereka kepada diri-Nya (Yoh. 14:3; Kis. 7;55-60). Tetapi ketika penulis bagian Alkitab ini menatap ke depan, mereka bukan menatap ke hal tersebut, melainkan ke kedatangan pribadi Yesus secara umum untuk menghakimi dunia ini, menghancurkan kematian, dan menjadikan segala sesuatu baru. Sungguh suatu fakta mengejutkan bahwa peristiwa itu (disebut parousia yang berarti “lawatan kerajaan”) dirujuk sekitar setiap tiga belas ayat sekali dalam Perjanjian Baru dan setiap sepuluh ayat dalam surat-surat kiriman. “Ia akan datang kembali” demikian ikrar dalam kredo, “untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.” Peristiwa itu jelas tidak terbayangkan tetapi imajinasi manusia bukan ukuran untuk kuasa ilahi.

            Saat kedatangan Yesus tersembunyi dan kejadian-kejadian di sekelilingnya dibiarkan samar, tetapi hal yang pasti ialah bahwa kita akan bertemu Yesus muka dengan muka dan jika iman kita riil, kita akan menemukan bahwa kita kenal Dia dan Ia kenal kita.

            Sementara ini kita harus “berjaga-jaga: - yaitu siaga dan siap (Mrk. 13:33-37) – dan mengizinkan prospek bahwa suatu hari kita akan berdiri di hadapan Juruselamat, yang kita kasihi meski belum kita lihat (1Ptr. 1:8), mendorong kita ke kehidupan yang kudus dan pelayanan yang setia. “Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci” (1Yoh. 3:3).

Jika tiap kali bangun pagi, pikiran Anda pertama ialah “Yesus mungkin datang hari ini,” akan berdampak apakah ke jalan hidup Anda? Cobalah dan lakukan.

Kamis, 22 September 2011

SENAM JASMANI & ROHANI


 
Train yourself for godliness; for while bodily training is of some value, godliness is of value in every way, as it holds promise for the present life and also for the life to come.

Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. - 1 Tim. 4:7-8

Beberapa waktu lalu, karena kesibukan meningkat dan kesehatan menurun, kebiasaan saya senam pagi saya hentikan. Excuse saya ialah, rasa nyeri di sendi-sendi pinggul kiri dan kanan karena pengapuran makin meningkat. Pikir saya, bila senam saya hentikan beberapa saat, rasa nyeri itu akan berkurang. Dan, sesudah terasa lebih baik, baru akan saya lanjutkan.

            Ternyata, rasa nyeri itu tidak berkurang. Selewat tiga minggu, saya putuskan untuk mulai senam lagi. Tiap pagi saya senam berbagai gerak peregangan, dan latihan lain yang berkait dengan kelenturan, dan ketahanan tubuh. Aneh! Malah rasa sakit dan nyeri yang terasa begitu menghalangi waktu sebelum mulai senam, berangsur meringan sewaktu senam dilakukan. Kesimpulan: tubuh ini tidak boleh berhenti dilatih. Begitu kita memanjakannya, berbagai problema kemerosotan tubuh malah makin terasa dan tidak ada yang menghambat.

            Juga ada masalah “penuaan” rohani yang harus diterapi dengan senam rohani. Apa saja itu? Mari kita lihat saja teguran oleh Yesus, khususnya dalam kitab Wahyu. Hal pertama yang dikecam oleh Tuhan ialah orang Kristen mapan yang telah “meninggalkan kasih yang mula-mula”(Why. 2:4). Hal terakhir yang Kristus kecam ialah berpuas diri dan memperkaya diri sampai merasa kaya, cukup dan tidak kekurangan apa-apa – yang justru adalah gejala orang / gereja yang "melarat, malang, miskin, buta, telanjang di hadapan Tuhan" (3:17).

            Harus kita akui bahwa makin lama jadi orang percaya belum tentu membuat kita makin energetik secara rohani. Melainkan, bisa jadi gejala pengapuran atau penyumbatan aliran rohani, seperti kasih menjadi suam, kekakuan, puas diri, lingkup kepedulian menyempit, menyerang juga sebagian atau kebanyakan orang Kristen lama.

            Senam rohani yang menterapi masalah-masalah tadi adalah: kembali ke kasih mula-mula; dan rela membeli dari Tuhan (baca:membayar biaya) hal yang sejati bernilai kekal. Sederhana saja bukan? Kasih yang mula-mula harus dikobarkan lagi. Dalam bentuk, sedia berkorban, semangat melayani, tekad memerhatikan kebaikan dan pertumbuhan pihak yang Kristus kasihi. Karena, kasih yang mula-mula kepada Kristus tidak abstrak. Pasti kita akan terlihat dalam kepedulian nyata kita kepada tubuh Kristus, yaitu kepada sesama orang Kristen, kehidupan gereja, pelaksanaan misi, dan berbagai bentuk pelayanan lain.

            Dalam email saya beberapa waktu lalu, saya memakai istilah untuk memberi sebagai “sharing generosity” dan “kesempatan membuat investasi rohani.” Kini oleh firman ini kita diberikan lagi satu wawasan lain bagi keterlibatan dalam kepedulian: yaitu, sikap dan tindakan itu sebagai senam rohani yang menjadi terapi melawan pengapuran dan penyumbatan rohani. Sebab latihan ibadah itu bukan saja pemupukan devosi privat tetapi juga melatih otot-otot pengorbanan dan pelayanan yang dialiri oleh tenaga kasih. Itu adalah terapi kembali ke kasih yang mula-mula, berani membayar harga untuk pengembangan nilai-nilai rohani dengan menyisihkan milik materiil kita demi pengayaan pelayanan tubuh Kristus. Berbagi kemurahan hati membuat kita menjadi makin serupa Allah Bapa yang murah hati telah memberi Kristus menjadi miskin supaya memperkaya kita secara rohani.

            Tadi pagi saya menerima email dari ketua sinode salah satu sinode yang kami dukung di salah satu propinsi di In-Tim. Beliau menyempatkan diri membaca semua buku itu dan mengakui bahwa buku-buku itu “sangat bagus”(kata-kata beliau sendiri). Karena kalangan sinode itu sendiri ada 1000 (seribu) orang pendeta yang kebanyakannya melayani di tempat minus, beliau menceritakan bahwa dalam sidang sinode itu baru-baru ini kebanyakan pendeta meminta agar mereka boleh mendapatkan buku-buku tersebut. Sementara itu masih ada lagi permintaan dari Ambon / Maluku, daerah-daerah lain di luar Merauke dan Jayapura di Papua, Mentawai, Aceh, Kalimantan, Alor, Sumba, Sumbawa, Poso, Palu yang kami targetkan untuk dibantu juga.

            Maka sekali lagi saya mengetuk hati Anda dengan ajakan untuk memedulikan Rintihan In-Tim ini. Ingatlah bahwa dengan Anda memberi (katakanlah 1 juta untuk 10 paket; atau berapa pun sesuai yang telah Anda terima dari kebaikan Allah), Anda tidak saja sedang menginvestasi untuk peningkatan pelayanan sepuluh orang hamba Tuhan di sepuluh daerah, tetapi juga bersamaan dengan itu sedang melatih kelenturan dan ketahanan rohani, dengan memupuk kembali kasih mula-mula Anda yang penuh gairah dan semangat berkorban bagi Kristus. Sambil, kita boleh berharap bahwa di kantong-kantong di mana terjadi kemiskinan dan konsentrasi gereja cukup berarti, umat Tuhan dikuatkan demi dampak berikutnya: ketangguhan umat Tuhan di Indonesia.

Silakan Anda mendoakan dengan serius hal ini di hadapan Tuhan, jika entah bagaimana email ini adalah suara sang Kepala Gereja untuk Anda. Jika ingin berbagian, silakan DAPATKAN INFO dengan mengirim email ke waskitapublishing@gmail.com.

Yesus Pengharapan Kita akan Surga


Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!                                                                  
Kolose 1:27


Manusia diciptakan untuk pengharapan dan tanpa pengharapan ia susut dan luluh. Tetapi tidak ada pengharapan tanpa pengenalan akan Allah melalui Yesus Kristus. Menurut Alkitab, menaruh harap dalam dunia yang sementara ini adalah hal menyedihkan. Supaya bernilai, pengharapan kita harus diarahkan kepada kesukaan yang kekal. Untuk orang Kristen perdana, kedatangan Kristus kedua adalah fokus pengharapan. Untuk kita juga, sebab kedatangan-Nya akan menandai masuknya kita ke persekutuan penuh dengan-Nya – ke surga. Kita hanya tahu sedikit tentang surga, tetapi seorang teolog pernah mengatakan bahwa surga adalah “wilayah tak dikenal dengan penghuni yang dikenal.” Tepat sekali!

            Richard Baxter mengungkapkan itu sebagai berikut: Pengetahuanku tentang hidup itu sedikit sekali,/ Mata imanku buram,/ Tetapi cukuplah bahwa Kristus mengetahui semua,/ Dan aku akan bersama Dia.

            Untuk orang yang sudah belajar mengasihi dan memercayai Yesus, prospek berjumpa Dia muka dengan muka dan hidup bersama-Nya selamanya adalah pengharapan yang membuat kita maju, entah bagaimana pun kenyataan hidup yang kita alami.

            Banyak orang kini yang dalam derita bertanya: Untuk apa hidup? Apa arti hidup ketika maut menjelang dan menerpa kapan saja? Orang Kristen dapat dan harus menjawabnya: hidup selalu dimaksudkan untuk menjadi suatu perjalanan ke kesukaan, dan kematian hanya suatu tahap dalam perjalanan itu. Iman kepada Yesus membawa kita ke dalam suatu relasi dengan Allah yang memungkinkan kita untuk menatap kematian dengan keyakinan dan hati gembira sebab kita tahu bahwa “beralih dari tubuh berarti menetap dengan Tuhan” (2Kor. 5:8). Menyadari arti kematian berarti menemukan arti hidup dan kuasa pengharapan.


Pikirkan mereka yang Anda kenal yang kerinduan terdalamnya adalah ingin luput dari kehidupan di dunia ini.

Berdoalah khususnya untuk mereka yang tidak beriman dalam Yesus dan karenanya tidak memiliki pengharapan akan surga. Tuhan, hari ini aku berdoa khususnya untuk…

Rabu, 21 September 2011

Pertemuan Keluarga


Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku.
Yohanes 17:24

Pengalaman surga terjadi dalam pertemuan keluarga, ketika kawanan besar orang tertebus bertemu bersama dalam persekutuan muka dengan muka dengan Allah-Bapa dan Yesus saudara mereka. Inilah ide terdalam dan terjelas yang Alkitab berikan tentang surga bagi kita. Banyak bagian Alkitab menunjuk ke hal ini (Mat. 5:8; 1Yoh. 3:2; Why. 22:4; 1Kor. 13:12; 1Tes. 4:15).
Pengalaman itu mirip kejadian ketika anak sakit akhirnya dapat meninggalkan rumah sakit dan menemukan ayahnya dan seluruh keluarganya menanti untuk memberinya salam – bukankah itu suatu suasana kekeluargaan yang indah? “Saya melihat kini saya ada di akhir perjalanan saya,”kata Bung Berdiri Cepat dalam kisah Bunyan, Perjalanan seorang Musafir, sementara ia setengah jalan dalam sungai Yordan.“Pemikiran tentang apa yang akan kualami, dan kenyataan hidup yang menantiku di seberang sana, bagaikan batu bara yang menyala di dalamku… sebelum ini aku hidup hanya dari mendengar dan iman, tetapi kini aku memasuki hidup dengan penglihatan, dan akan berada bersama Dia yang hadirat-Nya akan menjadi kesukaanku.”
Apa yang akan membuat surga adalah surga ialah hadirat Yesus dan Bapa ilahi yang telah berdamai yang mengasihi kita karena Yesus dan yang mengasihi kita tidak kurang dari Ia mengasihi Yesus sendiri. Melihat, mengenal, mengasihi dan dikasihi Bapa dan Anak, dalam kumpulan dengan seluruh keluarga besar Allah, adalah keseluruhan hakikat pengharapan Kristen. Jika Anda seorang percaya, dan karenanya adalah putra atau putri Allah, prospek ini memberikan kepuasan sempurna. Jika hal ini tidak membangkitkan kesukaan dan memuaskan Anda, mungkin itu menunjukkan Anda belum anak-Nya.
Pernahkah Anda berpikir tentang surga dalam artian pertemuan keluarga penuh kesukaan? Bayangkan gambaran itu dan lengkapi dengan ide Anda sementara Anda melakukan tugas hari ini.
Bapa, aku bersyukur bahwa aku adalah anak angkat-Mu. Aku dapat menantikan surga sebagai pertemuan keluarga yang sempurna membahagiakan.

Selasa, 20 September 2011

Merenung & Bertindak

Berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam
Mazmur 4:4

Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
Yohanes 17:3

Perjalanan hidup kita adalah perjalanan ganda. Ada perjalanan luar ke dalam konfrontasi, penemuan, dan relasi eksternal, dan ada perjalanan batin ke dalam pengenalan diri dan penemuan akan unsur-unsur yang membentuk ungkapan diri, pemenuhan diri, kebebasan, dan kepuasan dalam hati. Untuk orang Kristen, perjalanan luar mengambil bentuk belajar untuk berelasi secara positif dan bertujuan dengan dunia dan orang lain (dengan semua makhluk Allah) demi Allah sang Pencipta, dan perjalanan dalam mengambil bentuk pencapaian dan pendalaman keterlibatan kita dengan diri Allah sendiri dan dengan Yesus Anak-Nya.

            Dalam kondisi yang bergerak cepat dan ramai kini, secara radikal hidup telah menjadi sangat tidak seimbang dengan perhatian penuh pada pendidikan, interes bisnis, media, luapan pengetahuan, dan etos komunitas yang makin mementingkan bepergian dan berbelanja, telah membuat kebanyakan orang menjalani sisi perjalanan luar, dan membuat mereka mengabaikan perjalanan batin.

            Masa kini kebanyakan orang Kristen yang tinggal di perkotaan pun demikian, jadi kebanyakan kita (tanpa sadar) telah menjadi aktivis tak seimbang, dan dengan demikian secara menyedihkan telah menyesuaikan diri dengan dunia sekitar kita. Seperti para Farisi yang juga para aktivis (Mat. 23:15) kita kedapatan keras dan legalistik, hidup sibuk mencari kepuasan dengan menyesuaikan diri dengan kesepakatan, dan lebih memerhatikan program daripada sesama.


Apakah perjalanan hidup dalam dan luarku kurang lebih seimbang atau perlu beberapa penyesuaian? Apakah aku perlu lebih gerak ke luar atau ke dalam?

Tuhan, tolongku menata ulang kegiatan dan prioritasku dalam terang apa yang kupelajari hari ini.

Senin, 19 September 2011

Melihat Jarak Jauh

Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.
Wahyu 4:11


Apakah tujuan tertinggi Allah dalam perlakuan-Nya kepada anak-anak-Nya? Tujuan tertinggi-Nya ialah kemuliaan Allah sendiri. Tidak ada yang perlu diragukan secara moral tentang ini: jika kita percaya bahwa manusia tidak mungkin memiliki tujuan lebih tinggi daripada kemuliaan Allah, bagaimana mungkin kita memberi jawab lain menyangkut diri Allah sendiri? Anggapan bahwa tidak layak berpikir Allah menginginkan sasaran kemuliaan untuk diri-Nya, agaknya menunjukkan kegagalan untuk mengingat bahwa Allah dan manusia tidak ada di tingkat yang sama, dan memperlihatkan kurangnya kesadaran bahwa jika manusia menjadikan kebaikan dirinya sendiri sebagai sasaran akhir membuat itu dengan mengorbankan orang lain, Allah memuliakan diri-Nya justru dengan memberkati ciptaan-Nya. Ia ingin menyatakan kekayaan kemurahan-Nya dalam membawa para orang kudus ke kebahagiaan tertinggi mereka dalam penikmatan diri-Nya.

            Bagaimana kaitan hal ini dengan penyelenggaraan ilahi? Hal ini memberi kita wawasan ke dalam cara Allah menyelamatkan kita dan menjelaskan alasan mengapa Ia tidak langsung membawa kita ke surga sesudah kita percaya. Ia menempatkan kita di dunia yang berdosa  untuk dicobai, diuji, ditindih kesulitan yang mengancam akan meremukkan kita – supaya kita boleh memuliakan Dia melalui kesabaran kita di bawah penderitaan, dan agar Ia boleh menyatakan kekayaan anugerah-Nya dan mengundang puji-pujian baru dari kita sementara Ia terus menerus menopang dan meluputkan kita. Mazmur 107 merupakan suatu deklarasi agung tentang kebenaran ini.
 

Adakah orang yang perlu ku ingatkan bahwa cara mereka menangani penderitaan mendatangkan kemuliaan bagi nama Allah.

Tuhan, buat aku peka terhadap siapa pun yang akan kujumpai hari ini yang sedang merasa diuji, dicobai, ditekan, dan mungkin diremukkan.

Sabtu, 17 September 2011

Awas - Nabi Palsu!

Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Matius 7:15


Yesus memperingatkan para murid-Nya bahwa para guru palsu pasti akan datang; mereka terkesan tidak membahayakan atau bahkan atraktif, tetapi hati mereka bagaikan serigala – kejam, buas, merusak.

            Tanda nabi atau guru palsu ialah ketidaksetiaan kepada Allah dan kebenaran-Nya dan melayani diri sendiri. Boleh jadi mereka akan mengatakan apa yang tidak boleh; tetapi lebih mungkin mereka akan salah dengan gagal mengatakan apa yang seharusnya mereka katakan. Mereka akan menghaluskan semua pertanyaan dan isu berat seperti yang dibuat para nabi palsu Perjanjian Lama yang berseru, “Damai, damai,” ketika tidak ada damai (Yer. 6:14). Mereka tidak akan menyampaikan ujaran yang keras yang menyuruh orang untuk bertobat atau mengusulkan bahwa Israel sudah menyimpang secara rohani. Sebaliknya mereka membawa hiburan tak berdasar, meninabobokkan orang ke rasa aman palsu sehingga para pendengar mereka sama sekali tidak siap menghadapi hukuman yang mendatangi mereka.

            Ada guru-guru dalam gereja masa kini yang tidak pernah bicara tentang pertobatan, penyangkalan diri, panggilan untuk menjadi miskin relatif demi Tuhan, atau aspek kemuridan lain yang menuntut. Wajar mereka populer dan disukai, tetapi karena semua itu mereka adalah para nabi palsu. Kita akan mengenali mereka dari buah mereka. Lihat orang-orang yang mereka layani. Apakah mereka sungguh mengenal dan mengasihi Tuhan? Apakah mereka siap menerima risiko bahkan menanggung bahaya atas hidup mereka demi Yesus? Atau mereka nyaman, tidak aktif, dan malas? Jika demikian, mereka telah tertipu, dan penyebab keadaan itu harus memberikan pertanggungjawaban.

            Siapa pun yang di posisi kepemimpinan rohani yang gagal mengajar hal yang kurang menghibur dan banyak menuntut, yaitu sisi “pintu sempit” dan “jalan kasar” dari kemuridan, adalah nabi palsu.


Apakah Anda atau seorang yang Anda kenal ada dalam bahaya menjadi nabi palsu / ditipu oleh nabi palsu?

Berdoalah sungguh-sungguh untuk Anda / orang itu. Apa tindakan yang dapat Anda ambil?

Jumat, 16 September 2011

Bekerjasama dengan Sang Pembangun Utama

Kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik.
Efesus 2:10


Sama seperti Allah bekerja untuk menyempurnakan gereja-Nya (Efs. 5:25-27), Ia juga bekerja dalam kehidupan semua orang Kristen perseorangan.

            Bayangkan suatu situs yang ditempati oleh suatu bisnis yang berjalan baik. Bangunan di mana perusahaan itu bekerja diruntuhkan, satu per satu, dan bangunan baru yang lebih baik dibangun menggantikannya, dengan menggunakan bahan yang sama dari bangunan lama yang diruntuhkan. Sementara proses itu berjalan, bisnis berjalan juga seperti biasa, kecuali beberapa hal yang harus dijalankan dengan kesabaran. Perubahan yang terus terjadi melelahkan mereka yang harus melaksanakan bisnis dan tidak selalu diberitahu lebih dulu tentang gangguan yang susul-menyusul.

            Tetapi sebenarnya sang arsitek memiliki sebuah rencana induk untuk semua tahapan pembangunan ulang itu dan seorang manajer kompeten mengatur dan mengawasi setiap tahapannya. Setiap hari selalu merupakan upaya untuk menjaga agar bisnis tetap berjalan. Maka tiap hari mereka yang terlibat dalam bisnis dapat sungguh merasa bahwa mereka telah memenuhi tanggungjawab mereka untuk melayani publik, meski tidak sesempurna yang mereka inginkan.

            Situs dan binis itu menggambarkan kehidupan kita. Allah terus menerus bekerja di situs, menghancurkan kebiasaan buruk dan membentuk kebiasaan serupa Kristus menggantikannya. Bapa memiliki rencana induk untuk operasi progresif ini. Kristus, melalui Roh, melaksanakan rencana ini hari lepas hari. Meski sering terjadi gangguan pada rutinitas dan sewaktu-waktu terjadi kebingungan tentang apa yang Allah inginkan, dampak keseluruhan dari pekerjaan itu berkelanjutan untuk menambah kapasitas kita melayani Allah dan sesama.


Dapatkah Anda membuat gambaran umum tadi menjadi lebih pribadi; hal apa yang sedang Allah hancurkan dalam diri Anda, dan gangguan serta kebingungan apa yang Anda alami?

Yesus, pencipta semesta, yang pernah menjadi tukang kayu di Nazaret, aku memercayai-Mu dan meletakkan bangunan kehidupanku dan gerejaku ke dalam tangan-Mu yang ahli dan penuh kasih.

Kamis, 15 September 2011

Menyingkirkan Perintang Dinamika Tubuh Kristus

Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.
1 Korintus 12:14

Janganlah padamkan Roh.
1 Tesalonika 5:19



Apa saja yang dapat merintangi kehidupan tubuh Kristus? Hal-hal yang merintangi itu harus kita hadapi dengan serius.

            Pertama, klerikalisme, yaitu persekongkolan para hamba Tuhan yang berkata, “Serahkan soal kerohanian ke tangan kami; itu pekerjaan kami.” Dan anggota jemaat berkata, “Ya, benar sekali, kami setuju begitu.” Atau jemaat akan berkata kepada pelayan, “Kami menggaji kalian untuk melayani kerohanian. Lakukan itu.” Lalu para pelayan menjawab hal yang sama sekali tidak boleh mereka katakan, “Saya terima, memang begitu adanya.” Untuk mereka yang melayani Allah sebagai pekerja atau pendeta, harus menantang persekongkolan itu dan menolak ambil bagian di dalamnya – sebab menegaskan pelayanan semua orang beriman.

            Suatu hari saya menerima surat dengan kop suratnya mencantumkan: pertama, nama gereja; kedua “para pelayan: yaitu gereja keseluruhan,” dan ketiga “asisten para pelayan”: nama pendetanya! Begitulah seharusnya setiap gereja!

            Di gereja lain saya melihat tertera di atas pintu konsistori, “Pelatih kepala.”  Itu juga benar.

            Perintang lain kepada kehidupan tubuh ialah formalisme: yaitu semacam pengandaian bahwa jika Anda berbuat tepat, semua akan beres. Ketepatan formal itu bisa jadi adalah kepompong kosong kehidupan gereja, seolah-olah hidup namun sebenarnya hampa, jika realitas kehidupan tubuh tidak ada untuk mendukungnya.

            Para anggota yang merasa cukup diri, yang menjaga jarak dan tidak bersedia membuka diri kepada sesama saudara seimannya, rasa puas diri dalam gereja – semua ini pun adalah rintangan bagi kehidupan tubuh. Awasilah!


Apakah yang merintangiku / kami dari kehidupan tubuh dalam gereja?

Renungkan konsep menakjubkan bahwa gereja Anda adalah tubuh Kristus -  mulut, tangan, kaki-Nya – kepada anggota-Nya dan kepada dunia yang terhilang dan yang berkebutuhan.

Rabu, 14 September 2011

Keterbukaan

Jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain.
1 Yohanes 1:7


Persekutuan Kristen adalah ungkapan kasih dan kerendahan hati; ia memancar dari keinginan menolong dan ditolong; ia merupakan pencarian bersama oleh orang Kristen untuk mengenal Allah lebih baik melalui berbagi satu dan lain hal yang telah masing-masing pelajari. Tiga hal tambahan tentang persekutuan, ialah:

            Pertama, persekutuan adalah alat anugerah. Melalui dan dalam persekutuan, jiwa kita disegarkan dan dikenyangkan oleh usaha untuk mengkomunikasikan pengetahuan kita akan hal-hal ilahi, menolong dan berdoa bagi orang lain, dan menerima dari Allah melalui mereka.

            Kedua, persekutuan adalah ujian kehidupan. Persekutuan berarti membuka hati kita kepada sesama Kristen. Orang yang membuang kepura-puraan ketika bicara dengan sesama orang beriman adalah orang yang terbuka dan jujur dalam hubungan keseharian-Nya dengan Allah. Ia adalah orang yang berjalan dalam terang.

            Ketiga, persekutuan adalah karunia Allah. “Anugerah Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai engkau” (2Kor. 13:14). Hanya di mana Roh Kudus telah diberikan, kita memiliki kerohanian yang hidup bagi Allah dan berungguh untuk tumbuh dalam anugerah serta menolong orang lain untuk melalui hal yang sama, barulah persekutuan dapat terjadi. Sebagaimana Roh memampukan kita, barulah kita dapat sungguh mempraktikkannya.

            Persekutuan itu dapat terjadi dalam khotbah; sambil kita berdoa bersama; dalam kelompok Penelaahan Alkitab; dalam obrolan di meja makan dengan sahabat; dalam obrolan suami-istri. Tetapi dalam semua hal, hadirat dan kuasa Tuhan akan diwujudkan melalui perkataan, sikap, tindakan, dan kasih seorang Kristen (Mat. 18:20).
 

Tanda macam apakah dimiliki oleh persekutuan gerejaku?

Tuhan, kiranya persekutuan Roh Kudus diwujudkan dalam kehidupan dan relasiku hari ini.

Dikutip dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu oleh Dr. James I. Packer

Selasa, 13 September 2011

Kasih Penggembalaan

Karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia.
1 Tesalonika 3:5


Orang Kristen yang lebih dewasa iman patut merasa dan mengemban tanggungjawab untuk orang Kristen lebih muda. Inilah kasih penggembalaan, salah satu bentuk persekutuan Kristen yang menuntut biaya yang mahal. Kasih penggembalaan dalam Paulus dan biaya yang harus ia pikul terlihat dalam 1 Tesalonika 2:17-3:10. Kasih sedemikian dituntut dari semua kita, tidak saja dari para pelayan Kristen. Kasih ini membawa kepedulian yang dalam dan membuat kita sangat rentan: karena kita tidak sanggup memenuhi kebutuhan mereka yang kita kasihi, tidak tahu bagaimana mereka akan bertahan di bawah tekanan, bahkan tidak tahu apakah kasih kita akan kembali, terluka. Menurut kenyataannya, orang yang mengasihi banyak terluka banyak juga.

            Tentu saja ada sisi lainnya. Kasih penggembalaan mekar ke dalam kesukaan dan kebanggaan ketika orang yang dikasihi bertumbuh, dan semakin mengasihi, semakin kita bersukacita. Paulus tahu bahwa bukan ia tetapi Allah yang harus ia syukuri atas iman dan kesetiaan para petobatnya, tetapi kesukaan yang ia miliki karena mengetahui bahwa di dalam Allah ia tidak bekerja sia-sia, sungguh dan tulus adanya. Mengetahui bahwa Allah telah memakai Anda untuk memberkati orang lain dalam cara menentukan sungguh merupakan kesukaan besar.

            Jauh dari mengeksploitasi orang yang dikasihi dengan interesnya sendiri, kasih penggembalaan mengidentifikasi diri dengan interes mereka. Maka Paulus berdoa dan siap bekerja kembali untuk kesejahteraan rohani para petobatnya. Ia mendorong mereka ketika ia memberitahu mereka bagaimana berita tentang ketekunan mereka telah memberikan penguatan kepadanya.


Apakah aku memiliki perhatian seperti itu untuk mereka yang masuk keluarga Kristen melalui pelayananku / gerejaku?

Tuhan, tolong aku memperhatikan orang lain lebih dari interesku sendiri atau keinginan untuk membuktikan sesuatu tentang diriku atau kepada orang lain.

Senin, 12 September 2011

Kasih dalam Roh

Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Yohanes 15:12-13

Apakah yang dimaksud dengan “kasih dalam Roh”? (Kol. 1:8). Itu pasti adalah ungkapan syukur kepada Allah dan sikap baik kepada sesama yang terjadi karena kita mengenal kasih Bapa, yang telah memberikan Anak-Nya, dan dari Anak yang telah memberikan diri-Nya demi keselamatan kita.
            Dengan menjadikan kasih ilahi ini sebagai model, kasih dalam Roh menjadi suatu kebiasaan melayani yang mengorbankan diri di mana semua unsur kehidupan seseorang terus menerus diserahkan untuk kepentingan orang lain. Paulus menarik profil tersebut dalam suratnya di Korintus (1Kor. 13:4-7). Di hatinya terdalam terdapat sikap altruisme (mengutamakan orang lain) yang terus menerus, hasrat untuk melihat orang lain memiliki hidup yang berhasil, baik, kudus, dan bahagia – suatu hasrat yang di mata dunia yang jatuh ini adalah suatu hal yang tak tersselami dan yang hakikatnya adalah adikodrati. Agape, kata yang biasa dipakai dalam Perjanjian Baru, tidak dipakai dalam arti demikian sebelum Kekristenan muncul, dan tidak heran: kasih itu sendiri hanya dikenal melalui Kristus. Agape adalah tanda jatidiri orang yang mengklaim mengenal Allah secara riil dan murni (1Yoh. 3:14-16; 4:7-11). Agape bukan karunia alami atau hasil pengembangan diri, tetapi adalah buah adikodrati dari Roh (Gal 5:22), yang memancar dari hati yang melihat dan mengenal kasih Allah melalui Roh.
Daftarkan orang-orang yang anda ingin sungguh melihat hidup mereka menjadi berhasil, baik, kudus, dan bahagia.

Bicaralah kepada Allah tentang orang-orang itu dan secara teratur membawa mereka di hadapan Allah dalam doa.

Minggu, 11 September 2011

Kasih Kristus Menguasai Kami

Kasih Kristus menguasai kami.
2 Korintus 5:14


Apa beda orang Kristen dengan sebelum ia menjadi Kristen, atau dengan orang lain? Menurut Paulus, Kristen dikendalikan oleh kasih Kristus. Ia menjabarkan ini dalam 2 Korintus 5:14-6:2.

            Pertama, motivasi kita dalam hidup telah berbeda (5:14-15). Kita telah dikasihi dan diklaim. Kristus mati untuk semua supaya semua harus melihat diri mereka sebagai telah mati – selesai dengan hidup lama selamanya. Jalan dunia tidak dapat lagi menjadi jalan hidup kita. Kristus harus menjadi Tuhan kehidupan kita dari kini seterusnya.

            Kedua, visi kita berubah (5:16-17). Kita melihat orang lain secara baru. Kini kita melihat Yesus, bukan sebagai manusia aneh, atau hanya figur dalam sejarah Palestina, tetapi sebagai Juruselamat ilahi, dan kita melihat orang lain sebagai orang berdosa dan terhilang.

            Ketiga, relasi dengan Allah menjadi berubah (5:18-19). Dulu kita menentang Allah dan Allah melawan kita. Tetapi kini Allah telah memperdamaikan kita dengan diri-Nya dan mengambil kita masuk ke dalam pelayanan-Nya, memberikan kita “pelayanan pendamaian” dan “mempercayakan kita berita pendamaian.”

            Keempat, relasi kita dengan orang lain pun berubah (5:20-21; 6:1-2). Tidak ada orang lain yang mendekati sesamanya seperti kita, sebab kita mendatangi mereka sebagai para duta Kristus, pekerja Allah, pelaku persuasi dari Allah, pewarta dari surga, “Allah meminta melalui kita.” Allah telah mengutus kita kepada orang lain untuk berbicara atas nama-Nya dan mewakili Anak-Nya, dan sebagai jurubicara-Nya kita “mendesak kamu untuk tidak menerima anugerah Allah dengan sia-sia (tanpa iman aktif dan pertobatan yang membawa keselamatan).


Kebanyakan orang bukan Kristen akan kurang mengerti apa yang kita bicarakan bila memakai jargon Kristen, tetapi mereka akan mengamati perbuatan kita.

Tuhan, kiranya kasih-Mu memberi dampak pada motif, visi, dan seluruh relasiku hari ini.

Sabtu, 10 September 2011

Dikasihi Tuhan Selamanya


Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?... Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup… ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Roma 8:35, 38-39


Tidak ada unsur apa pun dalam ciptaan dapat memisahkan kita dari kasih Allah: ini merupakan suatu fakta permanen dan kekal. Apa pun yang boleh kita alami, entah langit runtuh dan bumi hancur, atau bom meledak, atau Tuhan datang kembali, Allah akan senantiasa mengasihi kita dan kita akan masih menikmati kasih-Nya itu.

            Seperti halnya kita tidak akan pernah lebih dibenarkan baik di surga maupun di bumi, sebagai para orang yang memercayai Kristus, demikian pun kita tidak akan lebih terjamin – dijangkau oleh-Nya sebagaimana adanya kita, oleh kasih-Nya yang berdaulat, kini dan selamanya.

            Ketika orang Kristen tergelincir ke dalam dosa, apakah itu membuatnya terpisah dari kasih Allah? Dalam arti mendasar, jawabnya adalah tidak, sebab orang Kristen yang telah dibenarkan oleh iman telah diterima Allah selamanya ke dalam keluarga ilahi. Jadi jika ia berdosa, ia tidak berhenti dari menjadi anak Allah; ia hanya berperilaku sebagai anak Allah yang nakal dan bukan yang baik. Relasinya dengan Bapanya tidak hancur, tetapi rusak sampai dosanya diakui, diampuni dan diperbaiki. Anak-anak nakal kehilangn hal baik yang orangtua mereka rencanakan bagi mereka dan perlu didisiplin supaya mereka belajar menjadi anak-anak baik. Demikian juga dengan anak-anak Allah. Tetapi orang Kristen yang terhilang, yang karena salah sendiri mengalami kemalangan, tidak berhenti dari menjadi anak-anak Allah atau dari dikasihi oleh Dia.


Sudahkah aku mengerti benar dasar keamanan injil yang tak tergoyahkan dan berespons dengan menjadi anak yang mengasihi, penuh syukur dalam keluarga Allah?

Puji Allah dalam kata-kata Anda, bahwa “Yang akan datang atau yang ada kini, yang di atas maupun yang di bawah,” tidak dapat membatalkan janji-Nya atau memisahkan jiwaku dari kasih-Nya.

Jumat, 09 September 2011

Mengasihi Tuhan

Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku!
Mazmur 18:1

Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi!  Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya.
Mazmur 149:2-4

Di dalam diri manusia terdapat unsur emosi yang perlu diungkapkan dalam penghargaan yang murni dan penyambutan kasih pihak lain, entah kasih dari sahabat, teman hidup atau kasih Allah dalam Kristus. Saudara-saudara dari Karismatik mengerti hal ini dan kesediaan mereka untuk luapan penglihatan, suara, dan gerak dalam penyembahan bersama ditujukan untuk hal itu. Karena alasan kesopanan, keteraturan, dan barangkali juga kehormatan sosial, pengekangan ungkapan jasmani telah menjadi ciri dari penyembahan di gereja-gereja arus utama.

            Yang membuat orang karismatik lebih demonstratif bukan kurangnya rasa hormat kepada Allah, melainkan kepenuhan kasih yang gembira kepada Yesus Kristus dan sesama Kristen. Siapa pun yang pernah berbagi dalam rangkulan kudus jemaat karismatik, seperti yang pernah saya alami, melihat para uskup berdansa dalam gereja, tahu yang saya maksudkan ini.

            Bila tidak diarahkan dengan baik, ungkapan emosi bentuk penyembahan karismatik dapat dengan mudah menjadi semacam rutinitas pamer; tetapi kekakuan jasmani yang dingin dengan paras wajah yang serius, pun dapat dengan mudah menjadi ungkapan dari formalisme beku, tanpa keterlibatan hati. Di antara kedua hal ini Anda harus menentukan pilihan, tetapi standar alkitabiah jelas adalah bahwa kegairahan yang kurang teratur, luapan kasih dan sukacita dalam Allah, lebih baik daripada keteraturan yang mati yang tidak mengalami hal-hal indah itu. Seekor anjing yang hidup, jelas lebih baik daripada seekor singa yang mati (Pkh. 9:4).


Apakah beda antara keterlibatan emosi dari emosionalisme dalam penyembahan?

Aku cinta Engkau, Tuhan.

Dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu oleh Dr. James I. Packer

Kamis, 08 September 2011

Tanda Orang Akrab dengan Allah

Umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak.
Daniel 11:32


Tindakan orang yang mengenal Allah adalah reaksi kepada kecenderungan anti Allah yang beroperasi di sekitar mereka. Ketika Allah dihina atau disepelekan, mereka tidak bisa tinggal diam. Mereka merasa harus berbuat sesuatu agar kehormatan Allah dipulihkan.

            Justru itulah yang terjadi dalam narasi Daniel, ketika Daniel dan teman-temannya dieksploitasi. Mereka adalah orang-orang yang mengenal Allah, dan karena itu dari waktu ke waktu merasa terdorong untuk menentang keputusan serta sikap yang tidak agamawi atau yang datang dari agama palsu. Khususnya Daniel tampil sebagai orang yang berani menantang secara terbuka situasi yang tidak benar. Daripada memikul risiko mengalami pencemaran ritual dengan makan makanan istana, ia mendesak agar diberikan sayuran (1:8-16). Ketika Darius melarang kebiasaan berdoa untuk sebulan lamanya, Daniel tidak saja terus berdoa tiga kali sehari, tetapi melakukan itu di depan jendela terbuka, sehingga semua orang dapat melihat apa yang ia lakukan (6:10).

            Daniel bukan orang aneh, yang mencari gara-gara dan merasa bahagia bila ia kedapatan menentang pemerintah. Yang benar hanyalah bahwa orang yang mengenal Allah mereka, peka akan situasi di mana kebenaran dan kehormatan Allah secara langsung atau taktis dibuat berantakan dan daripada membiarkan kejadian berjalan begitu saja, mereka akan berusaha menyoroti masalah itu agar terjadi perubahan hati tentang hal tersebut – meski untuk itu mereka harus memikul risiko.


Adakah sesuatu yang karena Allah, aku harus mengambil sikap dan bertindak?

Tuhan, Engkau tahu apakah aku tipe orang yang terlalu hati-hati atau tergesa-gesa. Bimbing dan bentuklah aku.
Dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer

Rabu, 07 September 2011

Keterlibatan Allah dengan Kita

Anak Allah… telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Galatia 2:20


Kasih Allah kepada orang-orang berdosa melibatkan pengidentifikasian diri-Nya dengan kesejahteraan mereka. Identifikasi diri-Nya itu melibatkan segenap kasih: Sesungguhnya hal itu menjadi ujian apakah kasih itu murni atau tidak. Jika seorang ayah senantiasa gembira dan acuh sementara putranya menuju kesusahan, atau jika seorang suami tetap tenang ketika istrinya tertekan perasaan, kita bertanya-tanya seberapa besar kasih dalam relasi mereka. Sebab kita tahu bahwa orang yang sungguh mengasihi hanya bahagia ketika mereka yang ia kasihi pun sungguh bahagia. Demikianlah dengan kasih Allah kepada manusia.

            Tujuan Allah dalam segala sesuatu ialah kemuliaan-Nya – yaitu agar ia dinyatakan, dikenal, dipuja, disembah. Pernyataan itu benar tetapi belum lengkap. Masih perlu diimbangi dengan pengakuan bahwa dengan mengasihi kita, Allah dengan sukarela telah mengikatkan kebahagiaan akhir diri-Nya sendiri dengan kebahagiaan kita.

            Allah bahagia tanpa adanya manusia. Ia juga akan tetap bahagia andai Ia memutuskan untuk membinasakan manusia yang berdosa. Tetapi Ia menujukan kasih-Nya kepada orang berdosa tertentu, dan karena pilihan bebas itu Ia tidak mengenal kebahagiaan lengkap sebelum Ia membawa setiap dari mereka ke surga. Itu berarti Ia berketetapan bahwa untuk selamanya seluruh kebahagiaan-Nya akan bergantung pada kebahagiaan kita. Jadi Allah menyelamatkan bukan saja untuk kebahagiaan-Nya tetapi juga untuk kegembiraan-Nya. Ini menolong kita mengerti mengapa ada kesukaan besar antara para malaikat ketika seorang berdosa bertobat (Luk. 15;10), dan mengapa ada “kesukaan” ketika Allah menetapkan kita tidak bersalah di hari terakhir dalam hadirat-Nya yang kudus (Yud. 24).


Anda mungkin pernah menyanyi He has made me glad tetapi pernahkah merenung kebenaran dahsyat bahwa Anda dapat membuat-Nya gembira?

Aku tak dapat menyelami mengapa Ia yang disembah oleh para malaikat harus menujukan kasih-Nya kepada anak-anak manusia – termasuk aku – tetapi aku bersyukur bahwa Engkau melakukan itu, Tuhan.

Selasa, 06 September 2011

Hati yang Kuat

" Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!"
(Mazmur 27:14).

Nantikan! Nantikan! Kiranya penantian Anda adalah kepada TUHAN! Ia layak dinanti-nantikan. Ia tidak pernah mengecewakan jiwa yang menantiNya.

Sementara menanti, roh Anda diangkat. Harapkan kelepasan besar, dan bersedialah memuji Allah atas itu.
Janji yang akan mengembirakan Anda terdapat di bagian tengah ayat ini – “Ia akan menguatkan hatimu.” Janji ini muncul di mana Anda memerlukan pertolongan. Jika hati beres, semua sistem lainnya akan beres pula. Hati perlu peneduhan dan penggembiraan, dan kedua hal ini akan terbit jika ia dikuatkan. Hati yang kuat, tenang, bersukacita dan memompa tenaga dahsyat ke dalam keseluruhan manusia.

Tidak ada pihak lain yang memiliki rahasia tentang inti kehidupan yaitu hati itu, sampai sanggup menuangkan kekuatan ke dalamnya. Hanya Ia yang menciptakannya yang dapat membuatnya kuat. Allah penuh dengan kekuatan, karena itu Ia dapat membagikan kekuatan kepada mereka yang memerlukannya. O jadilah berani, sebab TUHAN akan mengimpartasikan kekuatanNya kepada Anda, dan Anda akan tenang dalam gelora hidup dan gembira dalam kesusahan.

Ia yang menulis syair ini dapat menulis seperti Daud – “Nantikanlah TUHAN.” Mari kita katakan yang sama. Dari pengalaman lama dan dalam, saya tahu bahwa adalah baik menanti-natikan TUHAN itu.

Roh Allah Lebih Pribadi dari Kita

Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.
2 Korintus 13:14


Agak bebas dan bahaya mengatakan bahwa Allah adalah pribadi. Yesus mengklaim bahwa Ia adalah Anak Allah dan berdoa kepada Allah yang di surga yang Ia sebut Bapa. Ia berjanji akan mengutus penghibur kedua atau paraklete (penasihat, pembimbing, sahabat, pemberdaya, pendamping, pendukung); yaitu, Roh Kudus yang datang pada Hari Pentakosta.

            Salah jika Anda berpikir bahwa Anda tidak dapat menjadi seorang pribadi kecuali memiliki tubuh. Ada kesan bahwa tubuh saya adalah saya tetapi juga bahwa tubuh saya bukan saya. Misalnya, segala macam imajinasi bisa terjadi dalam imajinasi aktif saya tanpa ada kaitan langsung dengan tubuh. Dan jika saya dapat memiliki kehidupan pribadi tanpa tubuh, Allah pun dapat.

            Kita harus hati-hati terhadap usulan apa pun yang menganggap bahwa hakikat Allah kurang pribadi dibanding kita. C. S.  Lewis mengisahkan tentang seorang gadis yang dibesarkan untuk percaya bahwa gambaran pribadi tentang Allah terkesan kasar dan primitif, lalu diajar untuk berpikir tentang Allah sebagai semacam zat yang lebih mulia. Kemudian hari ia mulai merenungkan hal ini dan menemukan bahwa sesungguhnya ia sedang menganggap Allah segaris dengan puding beras. Celakanya, ia tidak suka puding beras! Jika kita tidak menganggap Allah sebagai sepenuhnya pribadi, kita menganggap Ia lebih rendah dari kita. Sebenarnya justru ia yang lebih pribadi daripada kita, sebab keberadaan pribadi diwujudkan dalam relasi pribadi, dan relasi kasih timbal balik antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus jauh lebih kaya daripada relasi mana pun yang Anda dan saya kenal.



Apa yang ada di pikiran Anda ketika berpikir tentang Allah? Kosong? Lukisan seniman tentang Yesus? Atau apa?

Tuhan, kiranya Roh-Mu memenuhi pikiranku dengan gambaran alkitabiah yang benar tentang-Mu.

Senin, 05 September 2011

Kemurahan Allah


Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."
Yesaya 6:6-7


Kebenaran kelima tentang Allah, dan gugus sifat terakhir dalam totalitas kekudusan-Nya, adalah kemurahan-Nya – kemurah-hatian yang memurnikan, membersihkan Yesaya ketika ia mengaku dosanya. Mezbah adalah tempat pemberian kurban dan bara itu menggambarkan aplikasi kurban. Dalam Perjanjian Baru, hal itu menunjuk ke aplikasi darah Yesus Kristus yang tercurah untuk hati nurani yang bersalah. Aplikasi awal ditujukan ke tempat-tempat di mana nyeri rasa bersalah yang disadari paling terasa. Yesaya sangat merasakan dosa-dosanya dalam berbicara, karena itu bibirnya yang secara khusus disentuh. Tetapi sebagaimana kesadaran sejati akan dosa menyangkut baik keberdosaan secara umum maupun perssbuatan salah khusus, demikian juga ucapan malaikat berarti bahwa dosa Yesaya, yang ia tahu dan yang tidak, ditebus (harfiah berarti disingkirkan dari pemandangan Allah).

            Yang berinisiatif di sini ialah Allah, sebagaimana selalu demikian ketika orang menyadari anugerah-Nya. P. T. Forsyth sering menegaskan bawa bentuk paling sederhana, pasti, agung dari sifat Allah ialah kasih kudus-Nya; kemurahan yang menyelamatkan kita dari dosa kita, bukan dengan mengabaikannya tetapi dengan menghukumnya dalam pribadi Kristus dan melaluinya membenarkan kita secara benar dan adil. Yesaya pasti menyetujui itu. Kemurahan bertindak melalui pengaturan, penerimaan, dan penerapan kurban penyelamatan. Hal menakjubkan itu hampir-hampir tak mungkin dapat dipercaya. Terdengar terlalu baik untuk dapat sungguh terjadi. Tetapi itu sungguh suatu kebenaran terdalam.


Pernahkah Anda mengalami kemurahan Allah yang memurnikan dan membersihkan itu? Dapatkah Anda menjelaskan itu dengan bahasa sehari-hari ke orang lain?

Berdoalah untuk kesempatan berbicara kepada seorang yang memerlukan kemurahan Allah.

Minggu, 04 September 2011

Kemurnian Allah


Kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."
Yesaya 6:5

Aspek keempat tentang kekudusan Allah, yaitu kemurnian-Nya sering kita pikirkan secara terpisah. Yesaya mencerap kemurnian ini, dan kepekaan bahwa dirinya tercela dan tidak layak bersekutu dengan Allah meluapi dirinya. Dosa adalah ketidakmurnian dalam kaitan dengan kemurnian Allah dan seperti Yesaya merasa najis di hadapan Allah ketika teringat akan dosa-dosanya, demikian juga orang yang berpikiran benar.
“Aku seorang yang najis bibir,” ujar Yesaya. Ia terpikir tentang dosa khususnya dalam berbicara. Alkitab banyak bicara tentang dosa itu, sebab dosa tersebut memperlihatkan apa yang ada dalam hati seseorang (Luk. 6:45). Kita memakai karunia bicara dari Allah itu untuk mengungkapkan kebencian dan menjatuhkan orang lain; kita bergosip (“seni” mengakui dosa orang lain); kita menipu dan memanfaatkan orang lain, membodohi dan mengkhianati dengan berbohong kepada mereka; kita memurahkan hidup dan menghancurkan relasi dengan pembicaraan yang memalukan, dan menghina. Barangkali dalam menyampaikan pesan Allah, nabi Yesaya telah lebih mementingkan reputasi menjadi pembicara terkenal daripada menjadi pengkhotbah yang memuliakan Allah. Jika demikian, bibirnya najis sebab hatinya telah bersalah.
“Aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir,” lanjut Yesaya. Dengan perkataan itu, barangkali, ia mengakui bahwa ia telah ikut-ikutan orang banyak, dalam cara bicara mereka, berbicara seenaknya dan mengucapkan hal-hal yang tidak pantas, sampai menyimpang karena teladan buruk di sekitarnya. Barangkali untuk pertama kalinya ia melihat dirinya sebagai seorang yang munafik dan kompromi dengan jalan dunia. Dalam pengakuan ini ia mengutarakan rasa malunya dengan kesadaran penuh.
Apakah tiap hari Anda meminta Allah menjadi Tuhan atas cara bicara Anda? Haruskah? Ada baiknya mempelajari ajaran Alkitab tentang kata, bicara, dan lidah.
Tuhan, apakah aku menolerir hal-hal yang kemurnian-Mu tidak dapat mentolerirnya? Tunjukkan aku Tuhan.
Bapa Surgawi Mengasihimu - James I. Packer

Sabtu, 03 September 2011

Kedekatan Allah

Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!
Yesaya 6:3

Apalagi yang kita pelajari tentang kekudusan Allah dari visi Yesaya. Hal ketiga yang kita lihat di sini ialah manifestasi kemahahadiran Allah.
“Seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya” Kemuliaan berarti hadirat Allah diperlihatkan.Para malaikat dan juga manusia yang kerohaniannya peka melihat Allah bercahaya di semua tempat dan semua proses. Di mana pun tak ada orang dapat menghindar dari hadirat-Nya. Untuk mereka yang suka ada dalam hadirat Allah dan tidak ingin menghindar dari-Nya, itu adalah kabar baik; ini menjadi kabar buruk bagi orang yang lebih ingin agar Allah tidak melihat atau memperhatikan hal yang mereka buat.
Mazmur 139 mulai dengan merayakan kedekatan Allah dan pengetahuan-Nya yang tidak terbatas tentang keberadaan dan keadaan tiap orang percaya dan berakhir dengan permohonan agar Allah, sang penyelidik hati, akan memperlihatkan dosa yang ada dalam pemazmur agar boleh ia buang. “Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi… Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mzm. 139:2-3, 23-24).
Untuk orang yang ingin mendoakan bagian doa tersebut, aspek kekudusan Allah ini merupakan kebenaran yang tidak mengenakkan.

Renungkan Mazmur 139.
Ubah mazmur itu menjadi doa – puji Allah atas pengetahuan rinci-Nya tentang Anda dan ceritakan dengan jujur perasaan Anda mengenai kebenaran dahsyat, berharga, dan merendahkan hati ini.

Dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh J. I. Packer