Senin, 31 Oktober 2011

Kerja untuk Mendukung Diri Sendiri

Kita harus bekerja dalam rangka mendukung diri kita sendiri dan tidak menjadi beban atas masyarakat. Rasul Paulus menjelaskan itu dengan indah bagi orang Tesalonika bahwa tiap orang wajib bekerja untuk menyediakan kebutuhan dirinya sendiri. Ia menulis demikian:


Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami. Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri. (2Tes. 3:6-8, 10-12)

            Ada beberapa perkecualian terhadap peraturan umum ini dalam gereja. Mereka yang tidak sanggup bekerja, entah karena keterbatasan mental atau jasmani, diberi hak untuk berbagi dalam milik komunitas. Mereka ialah orang-orang miskin yang Alkitab bicarakan, dan kedua Perjanjian jelas bahwa komunitas harus mengurus orang miskin (Ul. 15:1-11; Luk. 3:11; Gal. 2:10; Yak. 2:15-17). Perjanjian Lama membangun suatu jaringan keamanan sosial bagi orang miskin yang bertubuh sehat yang dikenal sebagai “memungut sedikit” (Im. 19:9-10). Di sini hukum taurat melarang petani menuai semua hasil tanah yang tumbuh di ladangnya. Sebagian harus ditinggalkan bagi mereka yang tidak memiliki tanah sendiri untuk ditanami. Namun mereka tetap masih harus berinisiatif. Mereka harus datang ke ladang-ladang sendiri dan memanen sesanggup mereka. Hanya orang yang tidak sanggup bekerja, karena kelemahan jasmani atau mental, yang dibebaskan dari kewajiban bekerja.

Minggu, 30 Oktober 2011

Doa & Firman

“Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Iberani 4.12)

Hari-hari ini, dengan kita mendengarkan radio, memirsa teve, ber-BB / FB, membaca  surat kabar atau mendengar obrolan rekan kerja, kita tidak bisa tidak akan terkejut melihat bagaimana orang menganggap enteng Allah dan Firman-Nya. tetapi syukur bahwa Firman Allah tidak pernah kehilangan kuasanya. Ia masih sangat berkuasa. Sebagai orang beriman, seharusnya lebih dari sebelumnya, kita makin mengasihi Firman bahkan lebih daripada makanan jasmani yang kita butuhkan.


Mari kita doakan kebenaran Alkitab berikut ini dan mempercayai Allah bahwa FirmanNya akan bercahaya secara baru di dalam kehidupan kita dan orang lain.
 

1.      Firman – Sebagai Pelita untuk kaki kita, Terang untuk jalan kita (Mzm.119.105)

Mari kita berseru kepada Allah agar menerangi kita. Mari kita minta Ia memberikan arahan ilahi dari Firman. Daniel mengerti perjalanan zaman dari membaca Firman. Nehemia mengerti zamannya dari membaca Alkitab. Ezra, Simeon, Hanna … semua mendapatkan arahan ilahi dari Firman. Mari kita mohon Allah, yang adalah Bapa segala Terang (Yak. 1.17), untuk memberikan kita fokus, arah dan penerangan, baik untuk pelayanan, keluarga atau bahkan bangsa kita.


2.      Firman – Benih yang Tak Binasa (1Ptr. 1.23)

Mari kita mohon Allah membuat BenihNya, Firman, untuk tumbuh dalam kita dan memenuhi kita. Mari kita minta Ia mengairi benih itu dan memohon agar terjadi pembuahan. Mari kita mohon Allah membuat buah Firman menjadi nyata dalam kita supaya kita boleh berperilaku menyatakan kasih, sukacita, damai sejahtera, panjang sabar, lemah lembut, kebaikan, setia, murah hati, pengendalian diri, sebab tidak ada hukum yang melarang semua itu.

3.      Hasrat kepada Firman (Mzm. 19.1-14)

Mari kita minta Allah memberikan hasrat yang murni akan FirmanNya. Kiranya Firman menyalakan gairah di dalam kita yang tidak akan padam oleh apa pun. Seperti Daud, kiranya ini menjadi teriakan kita “seperti rusa yang haus akan mata air, demikian pun jiwaku rindu akan Engkau.” Kita seharusnya dapat berkata “Aku bergembira ketika mereka mengajakku pergi ke rumah Tuhan.”

4.      Renungkan Firman (Mzm. 119.97)

Mari kita minta Allah memampukan kita mengkhususkan waktu untuk mempelajari dan merenungkan kebaikan Tuhan. Kiranya kita mengatur waktu untuk merenungkan keajaiban-keajaiban Allah kita dan begitu banyak janji-janji yang telah Ia nyatakan dalam Firman-Nya. Kiranya Allah menyanggupkan kita merenungkan Alkitab setiap hari secara teratur (Kis. 17.11).


5.      Pengudusan oleh Firman (Yoh. 15.3).

Mari kita memohon kepada Allah, oleh FirmanNya yang adalah Kebenaran, menguduskan kita. Mari kita minta Allah membersihkan kita, membukakan setiap jalan hidup tidaksaleh dalam kita dan menolong kita untuk menghidupi Kebenaran. Kiranya Firman menjadi cermin sehingga kita dapat melihat siapa kita sesungguhnya dan kita dapat berubah dimana perlu dan menjalani kemurnian serta kebenaran sesuai dengan Firman.


6.      Didiami Firman (Kol. 3.16)

Mari kita minta Allah mengajarkan kita untuk mengizinkan FirmanNya mendiami kita dengan melimpah dalam segala hikmat. Mari kita meminta Ia menyanggupkan kita menyimpan FirmanNya dalam hati kita sehingga kita tidak berdosa terhadap Ia.


7.      Firman – Sebagai Pedang (Ibr. 4.12)

Mari kita doakan bahwa Allah akan memenuhi mulut kita dengan FirmanNya sehingga waktu kita berbicara kepada orang yang kita kasihi, rekan dan sahabat, yang keluar melalui perkataan kita adalah pedang yang tajam. Tentu harus disertai dengan kasih, supaya Firman menembus seperti perkataan Petrus di hari Pentakosta, yang penuh dengan kuasa sampai para pendengarnya tertusuk ke dalam hati. Semoga Allah membrikan kita hal ini demi Nama Yesus yang Mahakuasa. Dalam Nama Yesus yang Setia. Amin.

Sabtu, 29 Oktober 2011

Akal Budi Berdosa

Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Yohanes 8:44


Mudah sekali memiliki batas pandang baik intelektual maupun moral. Alkitab berbicara tentang si iblis sebagai musuh kebenaran juga kesalehan. Ia memimpin orang Kristen ke dalam penyalahan tanpa sadar terhadap kebenaran Allah sekuat semangatnya membawa kita ke dalam pelanggaran tanpa sadar terhadap Hukum Allah.

            Batas pandang intelektual muncul dari asimilasi tidak kritis dari berbagai kecurigaan. Semua ini bertindak dalam akal budi seperti batas pandang, dengan mengurangi secara drastis wilayah penglihatan, atau seperti kaca mata kotor, menghasilkan warna sendiri – dengan memberlakukan standar obyektif keliru kepada segala sesuatu yang terlihat. Kecurigaan tidak lain adalah tradisi dicaplok secara obral: yaitu tradisi dalam arti anggapan dan cara pandang yang mengkonfrontasi kita tanpa bisa ditantang balik dan dimasalahkan, yang mengklaim dirinya otoritatif dan karena itu normatif atas pikiran kita.

            Sekali kita telah mencapai kedewasaan intelektual dan kemandirian yang perlu, kita perlu melangkah surut dari semua tradisi yang telah kita serap dalam rangka menguji dan mengevaluasinya, supaya jika perlu kita boleh mengoreksinya dan menghindari keterbatasannya.

            Dalam teologi, kriteria untuk menguji dan memperbaiki ide-ide tradisional adalah Firman Allah tertulis, dan adalah tugas tetap gereja untuk mereformasi tradisinya berdasarkan norma terinspirasi ini. Tradisi dalam berbagai bentuknya berakibat pada isi dan pandangan iman kita masa kini. Dan setiap bagian dari warisan kita, termasuk tradisi injili, perlu diuji dan direformasi oleh Alkitab.


Apakah aku perlu meluangkan lebih banyak waktu membaca Alkitab untuk diri sendiri dan mengurangi membaca buku-buku tentang Alkitab?

Tuhan, sementara aku membaca Firman-Mu, tunjukkanku jika ada tradisi yang mengikat / membatasiku.

Jumat, 28 Oktober 2011

Hati yang Menipu

Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?
Yeremia 17:9


Batas pandang adalah wilayah berbahaya. Sebagian kecelakaan terjadi karena batas pandang para pengendara. Kekhilafan strategis menyebabkan kekalahan dalam perang. Kekeliruan tersembunyi membuat kecelakaan pesawat terbang. Kesenjangan pengetahuan membuat kegagalan dalam ujian. Keterbatasan pandangan kita adalah hal yang sukar dikenali dan ditiadakan hanya sebab kita tidak tahu apa dan di mana mereka. Sampai kita dibuat sadar tentang keberadaan mereka, kita tidak dapat berbuat apa pun.

            Dalam perang rohani gereja melawan para penguasa dunia gelap ini, kita perlu menyadari bahwa si jahat, seperti semua jenderal hebat, memanfaatkan batas pandang musuh mereka sebanyak-banyaknya.

            Pikirkan bagaimana ia memainkan mereka dalam lingkup moral Kristen. Di sini ia memiliki sekutu penting dalam kapasitas tanpa batas dari hati manusia yang berdosa yang terbuka pada penipuan diri. “Hati penipu adanya melebihi semua yang lain” – bukan karena ia diciptakan sudah demikian tetapi karena manusia telah jatuh ke bawah kuasa dosa; dan salah satu cirinya ialah sifat menipu, yang menciptakan batas pandang pada hati nurani kita (Ibr. 3:13).

            Jadi tidak ada hal lebih mudah daripada menipu diri sendiri tentang keadaan rohani kita, untuk memberikan perhatian kepada dosa-dosa kecil, sepele, sementara yang besar, yang bercokol kuat di hati seperti kemunafikan dan kesombongan, menjadi gemuk melalui pameran perendahan diri dan perhatian berlebihan pada hal sepele. Kristus memperingatkan para murid-Nya tentang batas pandang moral (Mat. 7:3-5). Selalu lebih mudah menemukan dosa kecil daripada dosa besar baik pada orang lain, lebih lagi pada diri sendiri.


Apakah aku memusatkan perhatian pada hal sepele sambil mengabaikan hal besar dan serius dalam wilayah sifat dosaku?

Tuhan, tunjukkanku jika ada sikap atau kebiasaan buruk yang telah menjadi bagian sifatku dan perilakuku yang dengannya aku telah terbiasa.

Kamis, 27 Oktober 2011

Keduniawian

Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
1 Yohanes 2:15


Apakah memiliki, memakai, menikmati hal-hal baik dari dunia ini adalah duniawi? Bukan! Jika demikian, hanya orang papa yang dapat rohani! Memang, Yesus mengatakan kepada seorang muda yang kaya untuk menjual semua miliknya (Mat. 19:16-22), tetapi itu karena Ia melihat bahwa harta adalah hal terpenting dalam hidup orang itu. Salah jika menyimpulkan Yesus meminta semua orang menjual hartanya. Dalam Perjanjian Baru kita diajar cara yang benar menangani kekayaan (1Tim. 6:17-19). Kita harus menjadi penatalayan yang baik, namun tidak boleh menaruh percaya di dalamnya atau mengizinkannya memiliki kita. Memang ada sebagian orang yang masih dipanggil untuk meninggalkan hartanya. Tetapi tidak semua diminta demikian.

            Keduniawian adalah soal hati – yaitu, apa yang kita kasihi dan untuk apa kita hidup. “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya… Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” (1Yoh. 2:15-16). Kita diajar untuk tidak memperlakukan kesenangan, keuntungan, dan gaji seolah sasaran akhir hidup sebagaimana yang sebagian orang lakukan, tetapi untuk mengasihi dan melayani Bapa serta menyukakan Dia.

            Berarti kita harus memutuskan tentang prioritas secara benar. Sebagai anak Allah kita tidak boleh membuat keputusan yang menjadikan kesenangan, keuntungan, posisi, atau apa pun lainnya dari hidup kini, sebagai prioritas yang melebihi kehendak Bapa, kemuliaan, pekerjaan, dan umat-Nya. Paulus menulis, “Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku” (2Tim. 4:10). Ada banyak yang seperti Demas masa kini. Mereka tidak sepenuhnya meninggalkan gereja atau pelayanan Kristen, tetapi mereka meninggalkan orang lain yang memikul seluruh beban dan berkurban, lalu mereka masuk ke hal-hal yang dapat mereka buat sambil mencintai hal-hal dari zaman ini.


Bagaimana Anda mendefinisi keduniawian? Apakah titik terlemah Anda dalam hal ini?

Tuhan, perbarui terus akal budiku supaya aku boleh diubahkan (Rm. 12:1).

Rabu, 26 Oktober 2011

Jalan Hidup Roh

Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Yesaya 55:9


Bersama dengan pemikiran buruk yang telah datang ke zaman ini dari masa empat ratus tahun, terjadi juga kehidupan yang terbelah.

            Apakah Anda tahu orang yang menghidupi kehidupan mereka dalam berbagai rongga yang terpisah satu dari lainnya? Apakah Anda sendiri demikian? Semisal orang yang tiap hari Minggu menyembah Allah, pergi ke gereja dan melakukan kegiatan “religius” mereka, lalu di hari kerja mereka pindah dan mengejar profesi mereka, hobi di akhir minggu, dan semua relasi mereka seolah semua itu terpisah dari komitmen Kristen mereka. Mereka sama sekali tidak berusaha untuk melihat kehidupan mereka sebagai suatu keutuhan dalam kaitan dengan Allah dan Firman-Nya. Sebaliknya, mereka masuk ke rongga religius di hari Minggu dan ke rongga sekular di hari-hari lain dan tidak membuka komunikasi di antara keduanya.

            Hal ini bergabung menghasilkan kejahatan besar lain di zaman kita kini: yaitu mental yang tertidur. Orang Kristen yang tertidur secara mental adalah orang yang merasa bahagia dengan Kekristenan yang tidak menuntut mereka berpikir keras tentang apa pun. Sejauh mereka menyanyikan pujian dan menikmati persekutuan Kristen, mereka sangat bahagia; dan sama sekali tidak tertarik mempelajari karya, jalan, dan kehendak Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam Alkitab – yaitu yang kita sebut teologi. Sebagai anak-anak Allah, kita harus tertarik dengan teologi – yaitu tertarik menemukan dari Alkitab apa yang Bapa surgawi kita rancang dan kerjakan. Jika kita tidak memberikan diri kita melakukan pemikiran, pembacaan, dan belajar serius tentang iman kita, kita akan memiliki ide tentang Allah yang lemah, kerdil, dan tidak memadai, serta penyembahan dan pelayanan kita akan dimiskinkannya.


Apakah aku mengerdilkan Allah dengan kehidupan terbelah dan pemikiran malas? Di manakah ada program pendidikan Krisen yang dapat ku ikuti?

Tuhan, ada begitu banyak yang ingin kupelajari, yang belum kuketahui. Buat aku ingin memberi waktu dan usaha untuk itu.

Selasa, 25 Oktober 2011

Pemikiran Buruk

Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
Yesaya 55:8


Sejak abad ketujuh belas dalam dunia pemikiran barat, para pengerdil Allah sangat bergiat. Dalam abad tujuh belas para deis mengajar bahwa Allah jauh dari dunia-Nya. Ia membuat dunia ini beredar dan Ia tentu mengamatinya, tetapi Ia tidak mengendalikan hal-hal yang terjadi secara langsung. Ia seperti pembuat jam, yang sesudah jamnya berjalan, duduk melipat tangan. Pandangan ini membuat Allah tersingkir keluar dunia-Nya.

            Dalam abad delapan belas, Kant, sang filsuf, mengajarkan bahwa membayangkan Allah berkomunikasi dengan umat-Nya adalah hal yang tak filosofis; maka Alkitab bukan Firman dari Allah yang hidup. Pandangan ini membungkamkan Allah sama sekali.

            Dalam abad sembilan belas banyak teolog dan filsuf beranggapan bahwa Allah tidak lain adalah ide tentang Dia yang ada di pikiran kita. Allah sejatinya adalah pemikiran tertinggi kita tentang Dia; dengan kata lain, manusia membuat dan membentuk Allah dalam pikirannya sendiri.

            Akibat dari tiga abad teologi spekulatif dalam arah demikian adalah banyak dari mereka dalam abad dua puluh yang mewarisi pemikiran buruk tadi dan tidak dapat memercayai Alkitab sebagai Firman Allah serta percaya bahwa Allah hidup, bicara, Tuhan yang aktif yang sungguh mengatur dunia ini. Maka kecenderungannya ialah orang berpikir bahwa manusia besar dan Allah agak kecil – semacam pengaruh samar, dan jauh yang tidak banyak berarti (meski tentu baik juga boleh bersentuhan dengan-Nya dan berpikir tentang Dia sebagai berada di ujung dunia sebagaimana yang kita inginkan).


Bagaimana Anda menantang pemikiran buruk ini jika seseorang mengungkapkannya kepada Anda?

Renungkan beberapa bagian Alkitab yang menekankan kebesaran Allah dan keterlibatan-Nya mendetail dengan pemeliharaan ciptaan-Nya.

Senin, 24 Oktober 2011

Masyarakat Permisif

Setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.
Hakim-hakim 21:25


Hakim-hakim adalah kitab tentang masyarakat permisif. Buku ini mengisahkan kepada kita rincian yang menimbulkan kepedihan menusuk tulang tentang apa yang terjadi ketika orang melakukan apa yang dianggapnya benar sendiri. Buku ini adalah kisah Israel pada waktu hukum taurat Allah telah dilupakan dan ketidaksetiaan serta kemurtadan menjadi gaya hidup kebanyakan umat Israel. Negeri itu telah merosot menjadi suatu negara kekacauan, dan dalam Hakim-hakim kita menyaksikan biaya yang harus ditanggung dalam hidup manusia. Buku itu mencatat kekerasan, perampasan, pemerkosaan, pembunuhan. Dalam buku ini juga para pahlawannya – umat yang Allah pakai – adalah para kurban dalam masyarakat mereka sebagaimana banyak orang masa kini pun kurban masyarakat kita. Para pahlawan ini, lebih atau kurang, memiliki kepribadian yang bermasalah dan bercampur-aduk. Samson mungkin adalah contoh paling jelas. Kita perlu mengerti bahwa ia dan lainnya seperti itu sebab umat Allah secara bersama ada dalam keadaan moral dan spiritual yang campur-aduk, dan hal itu berdampak ke semua orang.

            Kita menyaksikan bagaimana Allah bereaksi kepada masyarakat permisif itu. “Orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Filistin empat puluh tahun lamanya” (Hk. 13:1). Dan kita dapat berharap bahwa Ia akan bereaksi sama lagi menghukum masyarakat permisif zaman kita kini. Allah bukan seperti Sinterklas. Ia memiliki sifat moral; ada hal yang Ia suka melihat dan hal yang Ia benci melihatnya dalam kehidupan manusia yang Ia ciptakan sebagai gambar-Nya; ketika kita melakukan yang Ia benci, cepat atau lambat Ia akan berespons dalam penghukuman.


Apa yang umat Allah secara umum dan gereja khususnya harus buat tentang masyarakat permisif di sekitar kita?

Tuhan, tunjukkan kami jika kami harus menjadi ragi dalam masyarakat di mana kami hidup. Berikan kami anugerah dan kerendahan hati supaya kami tidak menimbulkan pelanggaran yang tak perlu.

Jumat, 21 Oktober 2011

Berpaling & Percaya



Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.
Markus 1:15




Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.
Markus 1:15


Pertobatan dan iman adalah pasangan. Keduanya saling berbagian bagaikan suami dan istri. Keduanya adalah kata-kata kunci untuk respons tepat kepada injil. Dalam Perjanjian Baru, terkadang kata tobat datang lebih dulu dan kata iman menyusul; pada kesempatan lain terbalik. Dalam beberapa bagian Alkitab hanya satu kata yang dipakai, tetapi kata lainnya tersirat (Mat. 4:17; Mrk. 6:12; Luk. 24:47; Kis. 2:38; 11:18).

            Kita harus jelas tentang apa arti kata-kata ini dalam Alkitab. Ketika kita diminta untuk bertobat, kita tidak diminta untuk sesaat merasa buruk tentang sesuatu kemudian melupakannya dan melanjutkan seperti semula. Banyak orang yang memiliki perasaan menyesal tetapi tidak berarti mereka sungguh sudah bertobat sesuai maksud Alkitab. Pertobatan harus meliputi ide perpalingan dan perubahan, terjadinya perbedaan.

            Iman dalam artian alkitabiah pun berarti lebih daripada yang kebanyakan orang terima. “Anda harus percaya,” demikian sering orang berkata – yang artinya ialah Anda harus selalu melihat sisi terang dalam segala sesuatu. Tetapi dalam Alkitab iman lebih dari sikap penuh harap; melainkan iman adalah soal merespons ke seorang pribadi yang tengah menyapa Anda dan kepada kebenaran yang telah Anda terima. Allah menjanjikan pengampunan melalui Yesus Kristus dan iman merespons, “Terima kasih untuk firman tentang pengampunan itu. Aku menerimanya dan menerima Yesus menjadi Juruselamatku dan Engkau sebagai Bapaku. Sejak kini aku ingin hidup sebagai anak-Mu.” Iman berkata, “Ya” kepada kasih Bapa melihat dirinya sebagai ikatan kepada Allah seterusnya dalam ungkapan syukur.


Renungkan: “Suatu pengampunan yang menghindar kebutuhan untuk bertobat tidak berasal dari kasih tetapi dari sentimentalitas” (J. R. W. Stott).

Tuhan, kiranya pertobatan dan iman tetap merupakan realitas hidup keseharianku. Kiranya perpalinganku dari dosa dan ketiadaan iman semakin hari semakin teguh dan kiranya imanku kepada-Mu bertumbuh makin kuat dan dalam.

Kamis, 20 Oktober 2011

Kristus pengganti Kita

Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita.
Galatia 3:13

Martin Luther menafsirkan ayat ini: “Dalam Roh semua nabi telah melihat dari kejauhan bahwa Kristus harus menjadi pelanggar, pembunuh, pezinah, pencuri, pemberontak, penghujat terbesar, dst., yang pernah atau ada dalam seluruh dunia ini. Sebab dengan dibuat menjadi kurban bagi dosa-dosa dunia, Ia bukan lagi seorang tanpa salah dan dosa … tetapi seorang pendosa.” Tentunya, Luther sedang bicara tentang diperhitungkannya kesalahan kita kepada Kristus sebagai pengganti kita.

            Lanjut Luther, “Bapa kita maha murah… telah mengutus Anak-Nya sendiri ke dalam dunia dan menaruh ke atas-Nya… dosa-dosa semua manusia dan berkata” Jadilah Engkau Petrus si penyangkal; Paulus si penganiaya, penghujat dan penindas kejam; Daud si pezinah; si pendosa yang memakan apel di Firdaus itu; si pencuri yang tergantung di salib; dan singkat kata jadilah Engkau seorang yang telah melakukan semua dosa dari semua manusia; jadi pastikan bahwa engkau membayar dan memuaskan untuk mereka. Kini datanglah Hukum Taurat dan berkata: Ia adalah seorang pendosa… karena itu biarlah Ia mati di salib. Lalu Taurat menghukum dan membunuh Dia. Dengan cara itu seluruh dunia dbersihkan dan disucikan dari semua dosa.”

            Presentasi kematian Kristus sebagai pengganti memaparkan kasih salib secara lebih kaya, penuh, mulia, dan bercahaya daripada semua usaha pemaknaan lainnya. Luther melihat itu dan sangat mensyukurinya. Suatu kali ia menulis kepada sahabatnya: “Belajarlah mengenal Kristus dan Ia yang tersalib. Belajarlah menyanyi bagi-Nya, dan katakan: ‘Tuhan Yesus, Engkau kebenaranku, aku adalah dosa-Mu. Engkau telah mengambil ke atas diri-Mu apa yang milik-Ku dan telah memberikanku apa yang milik-Mu. Engkau menjadi yang sebenarnya bukan Engkau, supaya aku boleh menjadi yang sebenarnya bukan aku.’”

            Sungguh suatu pertukaran yang ajaib! Sungguhkah ada kasih seperti itu?

Sungguh mengertikah aku apa artinya bagi Kristus menjadi penggantiku?
Sembah Dia dengan kita dan hidup Anda hari ini.

Rabu, 19 Oktober 2011

Salib



Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.
Kolose 1:19-20


Kebanyakan masalah manusia mengandung dimensi yang berurusan dengan relasi dengan Allah, dan kita tidak dapat membereskan bagian manusia dari masalah itu sebelum relasi dengan Allah beres.

            Kesalahan adalah masalah sangat mendasar, dan orang yang menyangkali Allah masih menggantung masalah itu sampai hari ini. Para psikiater memberitahu kita tentang itu. Paulus tahu bahwa masalah kesalahan rohani menemukan solusinya di Kalvari dalam pengetahuan bahwa Kristus yang membuat “damai dengan darah salib-Nya.” Ini satu-satunya jalan untuk memasuki damai Allah.

            Lalu ada masalah kesepian yang begitu menyebar luas: suatu perasaan bahwa dalam dunia luas yang ramai ini saya harus hidup sendiri dan tersesat. Saya tak memiliki siapa pun untuk mendapatkan pertolongan, dan saya tidak tahu sedang menuju kemana. Boleh mengetahui bahwa Allah mengasihi saya secara pribadi, memberikan penyembuhan dan pengharapan untuk mereka yang mengalami kesepian itu.

            Orang seperti itu perlu menangkap apa maksud salib. “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm. 5:8). Mereka perlu ditolong dengan satu atau lain cara bahwa Allah mengasihi mereka dan telah melakukan semua itu untuk mereka. Ia ingin mereka menjadi anak-anak-Nya. Ia mengangkat mereka ke dalam keluarga-Nya berdasarkan dampak hal yang telah Kristus lakukan untuk mereka. Ia akan beserta mereka dan mengasihi mereka selamanya. Kini mereka tidak lagi terhilang – mereka telah ditemukan.

Orang yang sepi, bersalah, perlu mengalami kasih Allah dalam Kristus. Tetapi bagaimana kasih ini dapat mencapai mereka? Bukankah biasanya melalui seseorang yang cukup peduli yang membawa mereka keluar dari diri dan dosa dan membimbing kepada Allah?

Berdoalah untuk orang yang dalam rasa bersalah dan sepi, dan tanyakan Allah apa yang Anda harus buat untuk mereka.

Selasa, 18 Oktober 2011

Inilah Keselamatan

Kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.
Titus 2:11
 

Ketika saya masih studi S1, saya biasa  berdayung di sungai. Suatu hari tiba-tiba saya terjungkal di air dengan rangkaian ganggang mengitari kepala saya dan cahaya lampu di kaki saya.

            Bayangkan situasi berikut. Seorang jatuh ke dalam air. Ia tidak dapat berenang. Ganggang menjeratnya; ia meronta-ronta tetapi tidak dapat membebaskan diri dan ia putus asa. Lalu datang tiga orang ke tepi sungai.

            Salah seorang melihat dan berkata, “Ia tak apa-apa; jika ia berjuang ia akan lepas. Bahkan ini baik untuk sifatnya bahwa ia harus berjuang seperti ini. Saya akan tinggalkan dia.” Orang kedua melihat ke orang yang malang itu dan berkata, ‘saya ingin menolongmu. Saya tahu apa yang kau perlu. Anda perlu petunjuk cara berenang. Mari saya beritahu.” Lalu orang ketiga. Ia melihat situasi itu lalu terjun, mengatasi rontaan orang tersebut, melepaskannya dari lilitan ganggang, membawanya ke tepi sungai, memberinya nafas bantuan, dan membangunkannya.

            Yang mana dari contoh tadi yang benar-benar menggambarkan apa yang Allah buat untuk menyelamatkan kita? Yang pertama menunjuk ke pesan pertolongan diri sendiri: sebentuk tiruan yang kasar dan rendahan dari Kekristenan. Yang kedua menggambarkan seseorang yang memberitahu cara untuk selamat dengan jalan pasrah. Yang ketiga adalah gambaran Allah mengambil inisiatif. Kristus turun langsung ke mana kita berada, memasuki kesusahan kita, dan melakukan apa yang harus dilakukan. Ia menghancurkan belenggu dosa dan kesalahan yang mengikat kita, membawa kita ke daratan (yaitu ke Allah), memperbarui hidup, dan menjadikan kita orang percaya – semua ini oleh anugerah-Nya yang berdaulat yang menyelamatkan secara ajaib dan mutlak dari mula sampai akhir.


Apakah aku telah menilai rendah keselamatan ajaib ini?

Tuhan, terima kasih untuk semua yang Engkau lakukan untuk menyelamatkanku dan untuk semua yang Engkau lakukan untuk membebaskanku menjadi seorang pribadi sesuai maksud-Mu.

Senin, 17 Oktober 2011

Intisari Kabar Baik

Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.
Yohanes 10:10


Dalam penebusan Allah menemukan kita dalam keberdosaan kita: kepribadian kita yang sedikit banyak telah hancur, sebagian besar lepas kendali dan juga tidak sungguh mengenal sebagian besar unsur dalam diri kita, termasuk apa yang utama dari diri kita. Maksud anugerah-Nya ialah membawa kita ke dalam suatu relasi yang telah dipulihkan dengan diri-Nya melalui Kristus dan untuk mengintegrasikan kita kembali dan membuat kita pribadi yang utuh melalui perampungan relasi itu.

            Relasi itu sendiri dipulihkan sekali untuk selamanya melalui Kristus dijadikan dosa untuk kita supaya konsekuensinya kita dapat dijadikan kebenaran Allah dalam Dia. Dengan dibenarkan dan diangkat ke dalam keluarga Allah melalui iman dalam Kristus, orang Kristen menerima jaminan langsung dan kekal.

            Tetapi karya mencipta ulang kita sebagai keberadaan psikologis, yang ke atas kita harus diterakan gambaran Kristus, adalah suatu proses pertumbuhan dan perubahan yang panjang. Bahkan, ia merentang melampaui hidup ini sebab disintegrasi dasar – yaitu antara hidup psikis (diri sadar pribadi manusia) dan fisik – belum akan sembuh total sampai penebusan tubuh kita. Apa yang kini masih diselubungi oleh realitas misteri bawah sadar atau dimensi diri terpecah dalam pengalaman Kristen di mana hati menyukai Hukum Allah namun juga mendapatkan adanya semacam alergi dalam diri, baru nanti akan kita ketahui dan berakhir. Meski begitu, Roh Kudus yang diam dan bekerja dalam kita untuk memimpin ke sasaran yang ditetapkan, mengurus tiap keadaan pecah serta ketergangguan kemanusiaan yang Ia temukan.



Usahakan untuk menyimpulkan dalam perkataan Anda sendiri, menuliskan atau menyebut kuat kepada seorang penanya, apakah intisari Kabar Baik.

Puji Allah untuk setiap aspek injil yang kini Anda alami.

Minggu, 16 Oktober 2011

History = His Story

Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran."
Mazmur 96:10


Dari Kejadian sampai Wahyu, keyakinan Alkitab yang dominan tentang Allah ialah bahwa di balik dan di dasar semua yang terlihat membingungkan dalam dunia ini terletak rencana-Nya. Rencana ini menyangkut penyempurnaan suatu umat dan pemulihan dunia melalui tindakan pengantaraan Kristus. Allah mengatur peristiwa hidup manusia dengan maksud mencapai sasaran itu, dan sejarah manusia adalah pengupayaan dari sejarah yang Ia inginkan yaitu kisah-Nya sendiri.

            Alkitab memerinci tahap-tahap dalam rencana Allah. Allah melawat Abraham, memimpinnya ke Kanaan, dan masuk ke dalam suatu relasi perjanjian dengannya dan keturunannya (Kej. 17:7-8). Ia memberi Abraham seorang putra dan mengubah keluarga Abraham menjadi suatu bangsa yang Ia pimpin keluar dari Mesir ke tanah mereka sendiri. Selama berabad-abad Ia menyiapkan mereka dan dunia kafir untuk kedatangan sang Raja-Juruselamat. (1Ptr. 1:20). “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak” (Gal. 4:4-5). Perjanjian kepada anak-anak Abraham kini digenapi kepada semua orang yang menaruh percaya dalam Kristus (Gal. 3:29).

Rencana untuk zaman ini ialah bahwa injil harus diberitakan ke seluruh dunia dan “suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa” (Why. 7:9) dibawa kepada iman dalam Kristus; sesudah itu, pada kedatangan Kristus kembali, langit dan bumi akan dicipta ulang dengan cara yang tak terbayangkan; dan di mana “takhta Allah dan Anak Domba” ada, di sana “hamba-hamba-Nya akan menyembah Dia, mereka akan melihat wajah-Nya… mereka akan memerintah selama-lamanya” (Why. 22:3-5).


Perlukah aku mengambil waktu untuk membaca Alkitab secara menyeluruh sebagai satu kisah dan menyimpulkan plot-plot utamanya?

Tuhan, Engkau sungguh memiliki rencana bagi dunia dan bagi hidupku.

Sabtu, 15 Oktober 2011

Wahyu

Dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya.
Ibrani 1:1-2


Hal mendasar dalam Perjanjian Baru adalah klaim bahwa Kekristenan suatu agama wahyu. Istilah Yunani untuk “wahyu” berarti membuka sesuatu yang semula tersembunyi atau membawa sesuatu yang tadinya di luar penglihatan menjadi terlihat. Kekristenan bertumpu atas pemaparan sang Pencipta sendiri yang tadinya tersembunyi. Orang Kristen menikmati “terang pengetahuan akan kemuliaan Allah dalam wajah Kristus” (2Kor. 4:6). Proses yang melaluinya Allah menyatakan diri kepada manusia melalui perlakuan-Nya dengan suatu keluarga nasional – Israel – mencapai puncaknya dalam pribadi, perkataan, dan karya Yesus dari Nazaret, Anak Allah yang sudah berinkarnasi. Demikianlah klaim wahyu Kristen menemukan pernyataan akhirnya dalam pembukaan agung Surat Ibrani.

            Wahyu adalah suatu tindakan ilahi, bukan pencapaian manusia. Wahyu bukan penemuan atau fajar wawasan atau terbitnya ide cemerlang. Wahyu tidak berarti manusia mendapatkan Allah, tetapi Allah mendapatkan kita. Allah berbagi rahasia-Nya dengan kita. Allah menyatakan diri-Nya sendiri. Dalam wahyu, Allah sekaligus adalah agen dan obyek. Bukan saja kita bicara tentang Allah atau untuk Allah; Allah berbicara sendiri untuk diri-Nya dan berbicara dengan kita secara pribadi. Pesan Perjanjian Baru ialah bahwa dalam Kristus Allah telah berbicara kepada dunia ini, Firman yang harus didengar dan direspons oleh setiap orang.



Mengapa penting menegaskan bahwa Kekristenan adalah sebuah agama wahyu? Tidak adakah ruang untuk penemuan, wawasan, dan ide cemerlang?

Tuhan, lanjutkan penyataan diri-Mu kepadaku dan gerejaku.

Jumat, 14 Oktober 2011

Menantikan Hari Tuhan

Betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah.
2 Petrus 3:11-12

Dalam 2 Petrus 3:11-18, ada empat hal amat penting yang Petrus sampaikan, yaitu kita harus berpikir dan bertindak apa dalam kaitan dengan kedatangan Kristus kembali.
            Pegang erat kepastian kedatangan Kristus. Skala waktu Allah tidak sama dengan skala kita. Allah memiliki alasan kemurahan untuk penundaan; kedatangan Kristus akan tidak terduga, tetapi pasti sebab Allah telah menjanjikannya; dan orang Kristen harus hidup dalam terang pengetahuan ini.
            Hidup dalam kesiagaan untuk kedatangan Kristus. Mereka yang menantikannya harus bersiap diri untuknya, mengejar kekudusan, menghindari jerat dunia ini dan semua hal yang mengganggu dari manusia dan tercela di hadapan Allah. Seperti halnya dalam menumbuhkan keserupaan dengan Kristus dan mencari jaminan, dalam hal berjaga-jaga ini pun perlu kesungguhan dan usaha, sementara apatisme dan ketidaksungguhan hati tidak boleh ada.
            Mengerti penundaan kedatangan Kristus. Petrus menjajarkan dua pemikiran yang mengagetkan. Pertama, Allah menunda kedatangan Kristus sebab kesabaran kemurahan-Nya supaya lebih banyak orang boleh diselamatkan. Kedua, orang Kristen mempercepat Hari kedatangan itu dengan kualitas hidupnya. Doa dengan “kekudusan dan kesalehan” termasuk di dalamnya; keduanya berkontribusi dalam kedatangan hari itu.
            Bertumbuhlah secara rohani sambil menantikan kedatangan Kristus. Pengenalan tentang Kristus dan pengalaman pribadi langsung akan anugerah-Nya harus bertumbuh tiap hari. Orang Kristen tidak boleh pasif.
Buatlah daftar hal-hal yang perlu Anda buat hari ini. Dalam terang kemungkinan kedatangan Kristus, tata / tulis ulang daftar prioritas Anda itu.
Tuhan, aku berdoa untuk damai-Mu juga kesungguhan sementara aku memasuki hari ini dengan segala kemungkinannya, termasuk kemungkinan kedatangan-Mu kembali.

Kamis, 13 Oktober 2011

Terbuka pada Pimpinan

Sekiranya mereka bijaksana, tentulah mereka mengerti hal ini, dan memperhatikan kesudahan mereka.
Ulangan 32:29

Siapa mendengarkan nasihat, ia bijak.
Amsal 12:15


Jika kita ingin Allah memimpin kita, sikap kita harus benar.

            Pertama, kita harus mau berpikir. Adalah suatu kesalehan yang keliru, super-supernaturalisme dalam bentuk yang tak bermanfaat dan tak sehat, yang menuntut impresi hati tanpa dasar rasional, dan enggan memerhatikan peringatan tetap alkitabiah untuk mempertimbangkan fakta Allah menciptakan kita sebagai makhluk berpikir, dan Ia memimpin kita sementara kita berpikir dalam hadirat-Nya.

            Kedua, kita harus bersedia berpikir ke muka dan menimbang konsekuensi jangka panjang dari berbagai pilihan tindakan. Seringkali kita hanya dapat melihat apa yang bijak dan benar dari apa yang bodoh dan salah.

            Ketiga, kita perlu bersedia menerima nasihat. Mengabaikan mencari nasihat untuk perkara penting adalah kesombongan dan ketidakdewasaan. Selalu ada orang yang tahu Alkitab, sifat manusia, dan karunia serta keterbatasan manusia lebih daripada yang kita tahu, dan meski akhirnya kita tidak setuju dengan nasihat mereka, mempertimbangkan apa yang mereka katakan selalu akan memberi dampak baik.

            Keempat, kita harus dengan kejam bersikap jujur terhadap diri sendiri. Kita harus mencurigai diri kita: tanyakan mengapa kita merasa pilihan tindakan tertentu benar dan membuat kita memberikan alasan untuk itu.

            Kelima, kita harus bersedia menanti.”Nantikanlah Tuhan” adalah refrain yang diulang-ulang dalam banyak Mazmur dan itu peringatan yang penting, sebab Tuhan sering membuat kita menanti. Ketika kita ragu, jangan lakukan apa pun, tetapi teruslah nantikan Allah.


Apakah Anda pernah mengalami prinsip-prinsip tadi? Dapatkah menjelaskannya dalam kalimat sendiri kepada orang yang memerlukannya?

Bapa, tolong ambil rintangan anggapan “bimbingan Allah sangat sulit” dari diriku.

Rabu, 12 Oktober 2011

Milik Siapakah Anda?

Kamu bukan milik kamu sendiri. Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:
1 Korintus 6:19-20

Semua kita punya masalah dengan kemauan diri yang polos, terus terang, dan keras kepala: kecenderungan untuk melakukan apa yang saya rasa suka untuk lakukan, entah benar atau salah. Kembali, Paulus membawa masalah itu ke salib Kristus dan membereskannya di sana.
            C. T. Studd misionaris besar dua generasi lalu berkata: “Jika Yesus Kristus adalah Allah dan mati bagiku, tidak ada kurban terlalu besar bagiku yang dapat kubuat untuk-Nya.” Logis sekali: kurban harus membalas kurban, kasih harus menjawab kasih.
            Tetapi jelas pula bahwa tak seorang pun kita dapat menghindari masalah kehendak diri yang selalu ada. Selesaikan ia di satu-satunya tempat di mana ia dapat dibereskan – di kaki salib Kristus.
            Paulus tahu bahwa pesan tentang Kristus dan Ia tersalib memiliki kuasa: kuasa untuk menyentuh hati manusia di kebutuhannya terdalam; kuasa untuk menciptakan dinamika baru bagi suatu jenis kehidupan yang baru; kuasa untuk membangkitkan kesetiaan dan komitmen; kuasa untuk membuat manusia menjadi baru.
            Paulus ingin melihat hidup diubah oleh kuasa itu. Ia tahu bahwa itulah maksud Allah. Maka, dengan mengerti hal ini, ia membentuk kebijakan untuk hanya mengkhotbahkan Kristus dan Dia tersalib, menyaksikan daripada mendebat, dan tidak pernah menyimpang dari tema penebusan.

Kepenuhan sejati yang tak seorang pun kita mengalaminya penuh dalam hidup ini, hanya datang ketika kita menyukakan Allah dan menyukakan diri sebagai akibatnya.
Tuhan, hanya Engkau dapat membebaskanku dari keinginan menyukakan sifat dosa diriku dan memberiku hasrat serta kuasa untuk menyukakan-Mu.

Selasa, 11 Oktober 2011

Kepuasan dalam Allah

Kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
Roma 5:1


Tidak ada damai seperti yang dialami oleh mereka yang pikirannya dipenuhi oleh jaminan penuh bahwa mereka kenal Allah dan Allah kenal mereka, dan bahwa relasi itu menjamin perkenan Allah untuk mereka dalam hidup, melalui kematian, dan kekal seterusnya. Inilah kedamaian yang Paulus analisis secara penuh dalam Roma pasal 8.

            Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus… Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris… Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia… mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya… Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?… Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?... Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?… Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?... Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa… ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm 8:1, 16-17, 28, 30, 31,33, 35, 38-39).

Itulah damai yang dikenal oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego; karenanya dengan kepuasan yang tenang mereka berdiri mempertahankan sikap mereka di hadapan ultimatum Nebukadnezar: “jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?” (Dan. 3:15). Jawab mereka klasik: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku… Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku" (Dan. 3:16-19).


Apakah aku perlu menata ulang hari-hariku, agar tidak tergesa di hadapan Allah?

Tuhan, berapa aku rindu mengalami kedamaian adikodrati dari-Mu.

Senin, 10 Oktober 2011

Tidak Kalah, tetapi Berharap

Jiwaku tertekan dalam diriku… Berharaplah kepada Allah.
Mazmur 42:6, 11


Pernahkah Anda mendengar tentang penyakit rohani yang oleh orang abad pertengahan disebut accidie? Hal itu adalah sesuatu yang ditakuti oleh semua para pekerja Kristen sesudah gebrakan pertama entusiasme pudar. Ia adalah sebentuk kemalasan tetapi bukan di tingkat jasmani. Ia adalah apatisme jiwa. Ia menampilkan diri dalam berbagai bentuk pikiran yang keras dan roh yang lelah yang sering disebabkan oleh keterlukaan dan kekecewaan.

            Orang dengan accidie telah menjadi sinis tentang ideal, entusiasme, dan pengharapan yang kuat. Kepada orang muda mereka melihat dengan rasa kasihan dan berkata, “Nanti lihat mereka pasti belajar,” maksudnya bahwa orang muda itu pun kelak akan belajar menjadi berpikiran keras di hati juga. Sekali waktu orang-orang tadi terlihat bersemangat, dan penuh harap. Tetapi tidak terjadi apa-apa, atau mereka terluka, dan kini mereka melindungi diri dari kepedihan lebih lanjut dengan membangun sikap sinis dan letih itu.

            Jika mereka adalah para pekerja gereja, mereka bekerja secara mekanis, mereka sekadar maju melalui kegiatan rutin sebab sesungguhnya terang mereka telah hilang dan mereka tidak lagi berharap akan terjadi sesuatu yang mengasyikkan. Mereka merasa bahwa mereka tahu dari pengalaman hal-hal menarik tidak terjadi, dan selesai sampai di situ. Jadi mereka hanya maju tertatih-tatih, tanpa berharap apa pun dan tidak menerima apa-apa.

            Tetapi Tuhan tidak mengutus kita ke pekerjaan-Nya agar tidak terjadi apa pun. Firman-Nya dimaksud untuk berdampak; firman diutus agar menghasilkan sesuatu. Kita tidak boleh menerima sikap tak berpengharapan, dan mental kalah. Sebaliknya kita harus meminta dan mengharapkan perkara-perkara besar dari Allah.


Allah telah memberikan masing-masing kita suatu pelayanan. Apa pelayanan Anda? Apa pengharapan dan permohonan Anda dalam kaitan dengan pelayanan Anda?

Berdoalah untuk orang Kristen yang kalah (barangkali termasuk Anda) dan cari jalan keluarnya.

Minggu, 09 Oktober 2011

Lapar Rohani

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Matius 5:6


Hanya orang yang dilahirkan oleh Roh Allah yang lapar dan haus akan kebenaran. Manusia alami dalam keadaan kejatuhannya tidak memiliki gairah untuk menyukakan Allah. Boleh jadi ia tahu bahwa Allah menginginkan kebenaran tetapi ia lebih cenderung menyesali dan menolaknya, dan moralitas saleh yang mungkin diusahakannya, sesungguhnya ia lakukan dengan enggan atau setengah hati.

            Tetapi untuk orang yang telah dilahirkan kembali oleh Roh ke dalam kerajaan, kebenaran menjadi kecenderungan alaminya: dengan tulus dan spontan ia ingin untuk menyukakan, menghormati dan memperlihatkan rasa syukurnya kepada Allah yang telah menciptakan dan menebusnya. Ia benar-benar rindu untuk kudus dan dapat dengan jujur berkata, “dalam batinku, aku suka mengerjakan hukum Allah” (Rm., 7:22).

            Hasrat orang tersebut akan makin dipuaskan. Allah akan memberikannya apa yang ia cari, memimpinnya ke jalan kekudusan dalam dunia ini dan menyempurnakan kekudusannya dalam dunia yang akan datang. Kekudusan adalah jalan raya untuk kebahagiaan orang Kristen.


Apakah hal-hal yang Anda cari dalam hidup Anda? Selidiki hati Anda di hadapan Allah dan izinkan Ia bicara kepada Anda. Jika Anda tidak lapar dan haus akan kebenaran, apakah itu disebabkan Anda mengacaukan antara kebenaran sejati dan kebenaran diri? Untuk mengerti kebenaran dalam bentuk terindah dan tertepat, lihatlah ke kehidupan Yesus.

            Aku lapar dan haus;

            Kiranya Yesus jadi manaku;

            O air hidup, memancarlah;

            Dari batu karang untukku.

                        (J. S. B. Monsell, 1808)

Sabtu, 08 Oktober 2011

Meratapi Dosa

Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.        
Matius 5:4

Tanpa perlu mempersempit uraian tentang “orang yang berdukacita” ini, kita dapat menyimpulkan bahwa hal iu berkaitan dengan sikap terhadap dosa-dosa. Ayat ini bicara tentang bedukacita tentang dosa-dosa yang melaluinya kita telah mengacaukan kehidupan kita (atau juga kehidupan orang lain) karena kebodohan kita sendiri, dan pasti mengganggu terwujudnya maksud Allah untuk kita. Hidup kita terpelintir, pertimbangan kita terdistorsi. Kita terus menerus kehilangan fokus dan daya baik secara moral maupun spiritual; ada banyak sekali hal harus kita ratapi.
            Dengan gambaran lain kita dapat dilukiskan seperti sebuah bangunan yang rusak. Allah harus menghancurkan dan membangun kita kembali. Ratapan kita tentang keadaan rusak itu mengakui bahwa kita memerlukan suatu rekonstruksi hidup. Tetapi, Yesus berkata, berbahagialah orang yang berdukacita karena mereka akan dihibur.
            Penghiburan dan penguatan itu datang dari kesediaan Allah untuk melakukan pembaruan atas kita dan meneruskannya sampai hal itu selesai. “Aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Fil. 1:6).
            Betapa menghibur dan menguatkan untuk kita mengetahui bahwa kita sepenuhnya diampuni (ketika Allah mengampuni, Ia melupakan) dan pembaruan hidup kita yang sudah berlangsung tidak akan berhenti sampai kita menggambarkan Juruselamat dengan sempurna dan sepenuhnya serta sebenarnya manusia seperti yang Allah maksudkan!

Pikirkan tentang karya Allah dalam hidup Anda atau orang lain sebagai suatu pekerjaan rekonstruksi masif. Terkadang kita perlu berkata kepada diri sendiri atau orang lain, “Sabar, Allah belum selesai menggarapku/dia.”
Tuhan, aku butuh kesabaran-Mu.

Jumat, 07 Oktober 2011

Doa Bapa Kami (4)



Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.
Matius 6:11-13


Tiga permohonan pertama menyangkut kebesaran Allah; kini tiga permohonan berikutnya menyoroti kelemahan dan kebergantungan kita.

            Berikan kami hari ini makanan kami yang secukupnya. Pertama kita memohon penyediaan, sambil mengingatkan diri kita bahwa tak ada apa pun yang kita butuh, termasuk yang paling rutin dan mendasar, pernah datang kepada kita tanpa Allah.

            Ampunilah kami kesalahan kami. Lalu kita minta Allah mengampuni kesalahan kita. Dalam Alkitab dosa digambarkan sebagai hal najis, pemberontakan, tidak mencapai sasaran, menyimpang dari jalan. Mengapa di sini disebut sebagai utang (arti harfiah)? Sebab inilah doa yang dapat dipakai oleh anak-anak Allah. Dosa adalah utang kasih dan ketaatan tanpa batas kepada Bapa, dan kita perlu terus menerus memohon agar diampuni dari kegagalan kita membayarnya: yaitu, membayar kasih dan ketaatan kepada Allah. Mengapa orang beriman yang sudah dibenarkan dalam Kristus masih perlu berdoa seperti ini? Jawabnya ialah dosa yang selalu kita buat baik berbentuk pengabaian maupun pelanggaran mengganggu dan merusak relasi kita dengan Bapa. Seperti anak yang hilang tidak dapat menikmati hubungan dengan bapanya kecuali pulang dan minta ampun, demikian juga kita. Pengampunan dalam pengadilan Allah berlaku sekali untuk seterusnya, tetapi dalam keluarga Allah pengampunan harus dialami berulang kali. Dan orang yang sadar bahwa ia hidup dalam kemurahan Allah yang berkesinambungan akan secara sadar mengampuni orang lain.

            Jangan bawa kami ke dalam pencobaan. Doa ini bukan meminta agar kita diluputkan dari pencobaan yang terlalu berat, tetapi dari si Jahat dan kejahatan (Yunaninya dapat diterjemahkan dengan kedua pilihan itu).sadar tentang kelemahan kita kita mohon Allah menjaga kita dari kemalangan dan keruntuhan rohani.


Bagaimana kita dapat dibebaskan dari si Jahat dan keadaan jahat? (1Ptr. 5:8-10; 1Kor. 10:13).

Tuhan, tunjukkan aku bagaimana menolak dalam iman atau luput dari situasi ini…

Kamis, 06 Oktober 2011

Doa Bapa Kami (3)

Dikuduskanlah NamaMu, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu, di bumi seperti di surga.
Matius 6:9-10


Dikuduskanlah NamaMu: ini menguji motif-motif kita. Ketika Tuhan menyatakan Nama-Nya kepada Musa, “Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya…” (Kel. 34:6-7). Nama Allah adalah paparan sifat-Nya. Jadi waktu kita berdoa agar Nama-Nya dikuduskan, kita berdoa bahwa kebenaran tentang hakikat, sifat, dan jalan-Nya boleh dikenal dan bahwa Ia akan disembah, dimuliakan, dan dipuji atas semua yang merupakan keberadaan-Nya dan yang Ia lakukan. Itu yang Yesus maksud ketika Ia berdoa, “Bapa, dimuliakanlah Nama-Mu” (Yoh. 12:28). Kehormatan dan kepujian Nama Allah harus menjadi motif dalam semua doa kita. Jika kita meminta untuk yang tepat dan perlu hanya demi kepentingan dan kenyamanan kita seperti yang dilakukan umat Israel di gurun, Allah boleh jadi mengirimkan hukuman datang bersama hal yang kita minta seperti yang terjadi pada Israel (Bil. 11).

            Datanglah kerajaan-Mu. Ini menguji ketundukan kita kepada Allah. Ketika Yesus berdoa agar kehendak Allah jadi, Ia sedang di Getsemani. Sebagai manusia sejati Ia surut dari ide tentang salib dan mulai berdoa, “Bapaku, jika mungkin lalukanlah cawan ini dari-Ku.” Kemudian ia menambahkan, “Namun demikian, bukan kehendakKu tetapi kehendakmulah yang jadi” (Mat. 26:39).


Seberapa jelas Anda mengenal sifat Allah? Tuliskan kata-kata yang memaparkan sifat Allah dengan bantuan konkordansi atau tafsiran.

Bapa, kiranya orang memuliakan, menghormati Engkau karena …-Mu (isi dengan sifat yang ada dalam daftar Anda tadi).

Rabu, 05 Oktober 2011

Doa Bapa Kami (2)

Bapa kami yang ada di dalam surga.
Matius 6:9
 

Fakta bahwa kita memanggil Allah sebagai Bapa patut mengingatkan kita tentang tiga kebenaran berikut. Pertama, kita harus datang kepada Allah melalui Kristus, sebab hanya melalui Dia kita menjadi anak-anak Allah dan dapat memanggil-Nya Bapa (Yoh. 1:12). Kedua, kita harus datang kepada Allah dalam spirit ketaatan. Sepanjang isi Alkitab, kebapaan baik manusia atau ilahi menyiratkan otoritas – otoritas yang menuntut ketaatan dan ketundukan. Ketiga, kita dapat datang kepada Allah dengan keyakinan. “Jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Mat. 7:11). Allah adalah Bapa yang sempurna yang kebaikan-Nya dapat kita percayai penuh karena itu kita dapat datang kepada-Nya dengan jaminan penuh bahwa Ia akan mendengar, memerhatikan, dan memberikan yang terbaik.

            Bapa kami yang ada di dalam surga: Yesus menyuruh kita memanggil Allah sebagai Bapa kami dalam surga sebab Ia tidak ingin kita berpikir bahwa Allah jauh (padahal faktanya ialah Allahselalu dekat di segala waktu), tetapi karena Ia ingin kita menyadari bahwa Allah eksis di tingkat lebih tinggi daripada kita. Mengatakan bahwa Allah di surga berarti mengingatkan diri kita bahwa Ia bukan seperti kita – lemah dan dapat berubah. Sebaliknya Ia kuat dan tetap. Kasih-Nya tetap dan kuasa-Nya kekal. Anak-anak harus menyesuaikan diri terkadang dengan susah payah, kepada fakta bahwa orangtua manusia mereka bukan Allah dan tidak dapat melakukan segala sesuatu, tetapi Bapa surgawi sungguh mahakuasa adanya. Tidak ada batas bagi kebaikan yang sanggup Ia lakukan untuk kita.

Bapa kami yang di surga: Mengatakan kami mengingatkan kita bahwa kita tidak berdoa sendiri. Kita adalah anggota sebuah keluarga, dan kita bicara kepada Bapa kita bersama dengan anggota keluarga-Nya lainnya, yang memohon Ia melakukan hal-hal baik untuk mereka juga untuk kita.
 

Adakah sesuatu dalam relasiku dengan ayahku yang mengganjal relasiku dengan Bapa di surga?

Bapa, tunjukkan bagaimana aku membereskan ganjalan ini… terima kasih untuk tiap cara di mana ayah manusiaku telah memperlihatkan sebagian dari kebapaan-Mu.

Selasa, 04 Oktober 2011

Doa yang Tuhan Ajarkan

Berdoalah demikian. Matius 6:9


Ada orang yang meragukan apakah kita harus berdoa Doa Bapa kami kata lepas kata sebagaimana yang Tuhan ajarkan, sebab ia berkata: “berdoalah demikian.” Menurut mereka doa ini harus menjadi model doa, bukan didoakan tepat seperti itu. Kesimpulan tadi jelas berlebihan. Bukankah para murid berkata, “Tuhan, ajar kami bagaimana berdoa.” Yesus berkata, “Waktu kamu berdoa katakan: ‘Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah NamaMu…” (Luk. 11:1-4). Jadi jelas bahwa Yesus bermaksud agar umat-Nya memakai Doa Bapa kami sebagai doa mereka sendiri.

            “Berdoalah demikian” berarti kita harus memolakan doa-doa kita seperti itu. Doa ini menjadi semacam peta tentang doa yang bagaimana yang selalu ingin Allah dengar dari anak-anak-Nya. Setiap doa kita, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, harus mencerminkan pola, tujuan, dan perhatian yang terdapat dalam Doa Bapa kami.

            Mari lihat dulu polanya. Pertama sapaan, yang membawa kita ke pribadi-Nya (“Bapa kami yang di surga”) yang kepada-Nya kita berdoa dan menolong mendapatkan jatidiri dan martabat kita jelas di pikiran.

            Lalu datang pasangan doa dalam trio – pertama sebagai pusat doa ialah Bapa (nama, kerajaan, dan kehendak-Nya) dan kedua diri kita sendiri (kebutuhan kita akan persediaan, pengampunan, dan perlindungan). Bayangkan kedua trio ini sebagai lingkaran konsentris – yang lebih besar mewakili permohonan pertama dan yang lebih kecil yang kedua. Kedua lingkaran memiliki satu fokus yang sama – Allah yang memberi apa yang kita minta – tetapi lingkar yang kedua harus dilihat dalam rangka lingkar yang pertama. Kita perlu memohon agar Allah akan memenuhi kebutuhan kita bukan kebutuhan egois kita, tetapi sebagai bagian dari kita memuliakan diri-Nya.


Periksa sebagian dari doa-doa Anda dalam terang Doa Bapa kami. Apakah Anda memiliki sikap iman yang sama? Juga prioritas yang serasi dengan doa itu?

Tuhan, ajar aku berdoa doa yang membawa kesukaan kepada-Mu,. Diriku dan orang lain.

Senin, 03 Oktober 2011

Model Doa

Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus?
Mazmur 13:1


Alkitab mengandung banyak catatan model doa – 150 mazmur, Doa Bapa kami, dan doa-doa para orang kudus dari Abraham sampai Paulus. Mereka seumpama pakaian kebesaran yang dibelikan orangtua untuk anak-anaknya agar bertumbuh menjadi sesuai kelak.

            Khususnya Doa Bapa kami memperlihatkan pola tentang tujuan dan hasrat yang harus membentuk semua doa Kristen sejati, dan saya merasa sangat bermanfaat untuk menanyakan diri saya: “Apakah doa-doaku telah mengeja apa yang tertampung dalam Doa Bapa kami?” Juga dengan memperluas dan membuat spesifik setiap ungkapan dalam Doa Bapa kami adalah cara yang tidak mungkin salah untuk mengatasi kemandekan saya dalam doa atau ketika semua yang saya katakan kepada Allah terasa hampa dan tak bermakna.

            Tentang Mazmur, saya selalu merasa tergelitik untuk menemukan bagaimana orang Kristen mengalami Mazmur menjadi berarti bagi mereka; sebab saya sendiri perlu waktu lama untuk akrab dengannya. Mengapa? Sebagiannya karena perlu lebih banyak waktu untuk saya mengendapkan gambaran tentang hidup sebagai medan perang di hati daripada di kepala; sebagian karena salah anggapan bahwa keteraturan, keseimbangan diri, pengekangan adalah hakikat dari kesalehan – salah anggapan yang membuat kebanyakan Mazmur terkesan biadab – hal ini menguasai hati dan pikiran saya cukup lama. Kemudian hari semakin saya alami, teriakan minta tolong, keluhan, pengakuan dosa, depresi, perayaan akan Allah, teriak kasih kepada-Nya, tantangan dan komitmen kepada-Nya, dan pengharapan yang disauhkan hanya di dalam Dia, menjadi dunia emosi doa-doa saya dan memang demikianlah seharusnya.


Bacalah Mazmur dan gunakan sebagai model doa Anda – satu tiap hari sepanjang hari-hari ke depan!

Tuhan, tolongku untuk terus bicara kepada-Mu sepanjang hari, seolah Engkau sahabat yang selalu siap menolong dan yang menakjubkan.

Minggu, 02 Oktober 2011

Teriakan Hati

Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!
Mazmur 51:1

Mudah untuk saya menerima tradisi bahwa Mazmur 51 ditulis oleh Daud sesudah nabi Natan menegurnya tentang dosanya dengan Batsyeba.
            Mazmur ini mulai dengan mengemukakan permohonan Daud: tangisannya untuk mendapat rahmat yang merupakan tema dasar dari lagu doa ini (1-2). Lalu keluar pengakuan Daud: pengakuannya tentang kejahatannya (3-6); permohonan ampun (7-9); permohonan pemulihan (10-12); penyerahan diri Daud: sesudah mengalami perendahan dan menerima pengampunan, niatnya untuk memakai sisa hidupnya untuk menyembah Allah karena, dan untuk menceritakan kepada dunia tentang, anugerah Allah yang menakjubkan (13-17); dan akhirnya syafaat Daud: doa untuk berkat bagi seluruh gereja (18-19).
            Mazmur ini merupakan pola doa untuk siapa saja yang disadarkan tentang dosanya dan keperluannya akan pengampunan, entah ia seorang belum percaya yang datang untuk bertobat dan beriman kepada Allah untuk pertama kali, atau seorang anak Allah yang datang kepada Bapanya untuk pengampunan hari lepas hari. Doa ini boleh menjadi bagian dari pertobatan seseorang atau ungkapan tentang kebertobatannya. Yang mana pun, permohonan ini adalah untuk kemurahan atas dasar kasih setia Allah. Allah telah menjanjikan untuk mengampuni dan memulihkan mereka yang datang kepada-Nya sambil membenci dosa-dosanya dan ingin untuk diselamatkan darinya. Ia beri itu untuk Daud; Ia akan buat itu juga untuk kita.

Apa yang Anda pelajari dari Mazmur ini tentang doa, pertobatan, iman, dan dosa?
Tuhan, tolong aku untuk mengingat terus bahwa aku aku tidak pernah dapat datang kepadaMu atas dasar jasaku sendiri.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Lebih Baik dari Permintaan Kita

Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah.
Filipi 4:6


Ketika saya usia tujuh tahun saya masuk ke kolong truk pengangkut roti, dan ini membuat orangtua saya yakin bahwa saya tidak bisa dipercaya di jalan. Ketika saya hampir sebelas tahun, teman-teman saya telah diberikan sepeda, dan saya dengan memberanikan diri meminta sepeda untuk ulang tahun saya berikutnya.

            Di pagi hari ulang tahun itu saya makan pagi sambil bertanya-tanya seperti apa sepeda saya itu; ternyata yang ada adalah sebuah mesin tik. Anak usia sebelas yang meminta sepeda malah diberikan mesin tik? Kasihan! Tidak! Orangtua saya lebih tahu dari saya. Bahwa mesin tik merupakan hadiah terbaik yang boleh saya miliki. Tidak ada barang lain yang telah memberikan saya kesukaan daripada mesin tik dan alat penerusnya. Dan saya belajar menghormati orangtua saya karena hikmat memberikan sesuatu yang lebih baik daripada sepeda waktu itu.

            Bapa surgawi kita pun orangtua yang baik dan bijak. Dalam kebodohan dan ketidaktahuan kita, meski kita merasa tulus dan bermotif baik, kita meminta hal yang salah. Ia tidak menolak kita. Sebaliknya Ia mempersilakan kita memberitahu mengapa kita menginginkan itu. Ia menanti untuk melihat apakah kita akan memikirkan dan menemukan hal yang seharusnya kita minta, dan andai itu tidak terjadi, Ia memberi kita hal yang lebih baik – hal yang akan kita minta andai kita memiliki hikmat yang sempurna dan hati yang sepenuhnya benar. Jika kita yakin akan kebaikan kebapaan-Nya dan dengan demikian memercayai apa yang Ia lakukan, kita akan belajar sesuatu dari setiap peristiwa yang terjadi. Kita tidak boleh mengandaikan bahwa Allah tidak mendengar kita atau tidak ingin kita memiliki yang terbaik. Ia baik!

Renungkan hidup Anda dan temukan saat-saat di mana Anda mengalami sesuatu yang lebih baik dari Allah daripada yang Anda sendiri minta. Apakah ada sesuatu “yang lebih baik” yang kini perlu Anda terima dari Allah?

Ucapkan syukur untuk “hal lebih baik” yang telah Allah berikan kepada Anda.