Rabu, 30 November 2011

Hukum Kristus

Penuhilah hukum Kristus.
Galatia 6:2

Memang tiap situasi unik dan hanya dengan mengenali kekhasan tiap situasi kita dapat menyimpulkan hal terbaik apa dapat kita tarik darinya. Juga benar bahwa kasih membuat orang selalu menginginkan yang terbaik bagi orang yang dikasihi dan yang dimaksud bukan sekadar perbuatan benar secara formal atau menghindari kesalahan melainkan keinginan untuk selalu berbuat hal yang lebih baik. Penekanan bahwa kasih sejati bersifat kreatif, penuh upaya, dan ketidaksediaan untuk puas dengan hal baik yang bukan terbaik dalam relasi adalah sikap yang terdapat dalam pandangan situasionisme.

            Tetapi sikap itu menyimpang dalam penolakan mereka bahwa ada tindakan yang dalam dirinya bersifat immoral, jahat, dan dilarang. Anggapan salah itu merusak.

            Perjanjian Baru menegaskan bahwa meski relasi kita dengan Allah tidak lagi ditentukan oleh hukum sebab Kristus telah membebaskan kita dari hukum sebagai sistem keselamatan, kita kini di bawah hukum Kristus sebagai standar pengudusan.

            Dengan menyangkali bahwa ada hal yang Allah larang secara universal, kita memerangkap kasih ke dalam kebingungan. Bagaimana saya harus mengasihi sesama saya? Dengan menyesuaikan diri dengan situasi, demikian kita dianjurkan. Tetapi bagaimana saya mendefinisi situasi? Semua definisi bisa lahir menurut kemauan siapa saja dan terbuka untuk ditantang. Dan sesudah didefinisi, bagaimana saya dapat meyakini apa hal terbaik untuk dikasihi? Kompas moral saya tidak selalu dapat diandalkan, dan saya terhambat oleh dosa dan ketidaktahuan. Saya butuh hukum Allah untuk membimbing; dan tidak ada benturan antara menjalani perintah Allah dan mengasihi sesama saya. Justru keduanya berjalan bersama (1Yoh. 5:2). Hukum adalah matanya kasih; kasih adalah hatinya hukum.


Berpikirlah lebih banyak tentang hukum dan orang Kristen (Untuk awal: Rm. 6:14; 7:1-6; 10:4; 1Kor. 6:21; Gal. 3:23-26).
Tuhan, tolongku untuk kreatif dan penuh usaha dalam mengasihi orang lain – dalam batas yang Engkau tetapkan.

DIkutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer

Selasa, 29 November 2011

MENATA DUNIA PRIBADI MENITI SUKSES SEJATI


KITA MEMILIKI GADGET-GADGET CANGGIH PENATA JADWAL
ALMANAK KOMPUTERISASI DAN BERBAGAI NOTES BERPEREKAT UNTUK MENOLONG KITA MENATA BISNIS DAN HIDUP SOSIAL KITA TIAP HARI. NAMUN BAGAIMANA DENGAN SISI LAIN HIDUP KITA – SISI SPIRITUAL KITA?

Salah satu medan perang abad baru ini ialah dunia pribadi tiap orang. Nilai-nilai kebudayaan modern membuat kita cenderung untuk percaya bahwa pribadi yang sibuk dan aktif secara publik adalah orang paling sukses, paling spiritual.

Karena tergoda memberi perhatian tidak seimbang kepada dunia publik dengan mengorbankan dunia pribadi, kita terlibat dalam lebih banyak program, rapat, dlsb. Tanggung jawab kita yang sangat padat di rumah, kerja, dan gereja mengakibatkan terbentuknya banyak orang yang berada di tepian keruntuhan diri.

Dalam buku Menata Dunia Pribadi Meniti Sukses Sejati ini, tepat pada waktunya Gordon MacDonald memperlengkapi generasi masa kini untuk menghidupi kehidupan dari dalam ke luar, menumbuhkan kemenangan batin yang perlu untuk keefektifan publik.

Dengan antusiasme penuh saya merekomendasi buku ini untuk Anda semua, yang seperti saya, perlu keteraturan dalam dunia pribadi Anda.
Charles Swindoll, Chancellor, Dallas Theological Seminary

Buku ini adalah instrumen utama yang Allah pakai untuk memotivasi saya mengintegrasikan disiplin-disiplin spiritual ke dalam perjalanan keseharian saya bersama Kristus… Saya ngeri membayangkan di mana saya kini andai tak pernah membaca buku ini sebelumnya.
Bill Hybels, Pendeta Senior, Willow Creek Community Church

Gordon MacDonald telah menggembalakan gereja selama lebih dari empat puluh tahun. Kini ia melayani sebagai editor kepala untuk Leadership Journal dan sebagai ketua World Relief. Buku-bukunya antara lain The Life God Blesses, Renewing Your Private Passion, Rebuilding Your Broken World, dan When Men Think Private Thoughts. MacDonald sering dapat dijumpai mendaki gunung di New England atau Swiss dengan istri dan cucu-cucunya.

Pembelian sebelum tgl. 16 Desember 2011:
- Harga khusus per ex dari Rp. 60,000.- menjadi Rp. 50,000.- (diskon 16.66%) bebas ongkos kirim
- Di atas 15 ex menjadi Rp. 45,000.- per ex (diskon 25%) bebas ongkos kirim.

Sesudah tgl. 16 Desember 2011:
- Diskon 15% + ongkos kirim; untuk pembelian di atas 15 ex diskon 25% + ongkos kirim.

Info: Sugeng - 0812-270-24-870, atau waskitapublishing@gmail.com

Kesalehan

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik.
Mazmur 1:1


Mazmur 1 membuka nada dan menfokuskan pemandangan seluruh mazmur-mazmur. Mazmur ini berisi renungan tentang sosok seorang yang saleh, dengan membandingkannya dengan orang fasik. Ketika membaca mazmur-mazmur ingatlah hal ini dalam pikiran Anda.

            Orang yang saleh menjauhi pemikiran dan rencana, perhatian dan sikap mereka yang mengejek kesalehan dan menolak Allah. Sebaliknya mereka bersuka dalam hukum Allah. Mengapa? Sebab mereka bersuka akan Allah sendiri sumber dan isi kesaksian hukum. Inilah jalan orang benar, dalam kontras dengan jalan orang fasik.

            Buah dari kehidupan benar adalah Kesalehan dalam perilaku, pengaruh kebaikan, dan kontribusi positif kepada kesejahteraan orang lain. Dalam artian tadi orang fasik jelas-jelas tidak berbuah; dosa menjadi kekuatan pemecah, yang membuat para pelakunya membawa kesusahan baik bagi dirinya maupun bagi dunia ini. Buah orang saleh bersifat tetap dan teratur, seperti pohon yang berakar di tepi sungai dan disegarkan terus oleh air tanah. Gambaran itu menyatakan bahwa Allah menyediakan kekuatan untuk segala pekerjaan baik melalui perenungan Firman yang dilakukan orang saleh. Kemakmuran yang dialaminya bersifat batiniah; sebab ia berusaha untuk melakukan segala sesuatu untuk kepujian Allah, sesuai Firman-Nya, ia diperkaya oleh kepuasan batin dari hati nurani yang baik, bahkan ketika usahanya terkesan terhalang dan gagal.

            Kemantapannya berasal bukan saja dari keutuhan batinnya tetapi dari fakta bahwa Allah tahu jalannya, menerima, dan memperhatikannya. Kelak ia akan berdiri di pengadilan Allah – diteguhkan dalam perkenan Allah – sementara orang fasik yang jalannya tidak berkenan, akan jatuh. Alkitab secara teratur menilai jalan hidup dengan bagaimana kenyataan orang pada Hari Penghakiman.


Apakah Perjanjian Baru memengaruhi realitas rohani dalam mazmur ini?

Tuhan, jika kelakuan, pengaruh, kontribusiku tidak menyenangkan-Mu, nyatakan kepadaku…

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer

Senin, 28 November 2011

Ketaatan

Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu.
Yesaya 1:29

Memang ada yang disebut sifat manusia, kemanusiaan sejati dan pemenuhan diri, dan bahwa kemanusiaan sejati adalah kebebasan sejati. Tetapi kebebasan menuntut otoritas eksternal yang memadai, jika tidak hidup kita tidak akan terintegrasi. Tanpa prinsip otoritas eksternal semua orang akan menjadi Legion, sebab mereka banyak: seribu macam hasrat berbeda yang menariknya ke segala arah, dan ia akan menjalani hidup dengan perhatian terbagi-bagi. Ia tidak memiliki kriteria untuk menentukan prioritas; ia tidak cukup kenal diri sendiri untuk mengetahui apa yang sesungguhnya ia inginkan, dan terus menerus kecewa sebab kesukaan yang diharapkan berubah jadi debu di tangannya. Ia hidup dalam era nihilisme, suatu penyangkalan akan adanya nilai dalam segala sesuatu.

            Manusia boleh terkesan berani (sebab harus hidup dalam dunia penuh bahaya) tetapi tak pernah merasa berarti dan puas. Yang biasa disebut kebebasan tak lain adalah belenggu kepada diri sendiri dan ia tak pernah mengerti paradoks bahwa kebebasan sejati didapat di bawah ketundukan kepada otoritas. Bahkan hanya ada satu prinsip yang memberikan kebebasan yaitu penerimaan akan aturan sang Pencipta dan melalui Tuhan kita Yesus Kristus, dan aturan itu dilakukan melalui Alkitab.

            Jadi Kekristenan adalah kemanusiaan paling sejati sebab ia membawa kita ke bawah otoritas yang sepenuhnya cocok dengan sifat manusia dan membawa kepada keutuhan, serta kepuasan. Ketika mengusulkan injil kita harus fokus perhatian pada Yesus Kristus yang adalah otoritas Allah, hukum taurat, injil dan keselamatan dalam manusia. Injil memanggil bukan atas dasar Kekristenan sebagai suatu sistem tetapi atas diri Anak, dan otoritas dasar injil ialah pengaturan pribadi atas kehidupan kita melalui Firman, sebagai Juruselamat dan Tuhan kita yang benar.

Apakah aku memiliki sikap taat kepada otoritas Allah?

Tuhan, aku memiliki keinginan untuk taat, namun tampaknya aku tidak sungguh menikmati hidup. Tunjukkanlah jika ada sesuatu yang harus kulakukan agar janji-Mu itu terpenuhi dalam hidupku.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I. Packer

Sabtu, 26 November 2011

Buku untuk Dinikmati

Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta.
Mazmur 119:14


Kenikmatan, yang tidak bercampur dan tanpa akhir, adalah maksud Allah untuk umat-Nya dalam segala aspek dan kegiatan persekutuan mereka dengan-Nya. “Di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa” (Mzm. 16:11). Saya memegang doktrin bahwa tidak ada kenikmatan yang sesering atau sedalam yang dialami oleh orang Kristen yang penuh syukur, berbakti, tak berpikiran bercabang, dan menyangkal diri. Saya meyakini bahwa kesukaan dari kerja dan santai, persahabatan dan keluarga, makan dan persetubuhan, seni dan hobi, bermain dan menonton, petualangan dan pembuatan sesuatu, menolong orang, dan semua kenikmatan dari berbagai aspek kehidupan lainnya berlipat ganda bagi orang Kristen, sebab mereka mencicipi Allah dalam segala kesenangan dan ini menambah kesenangan yang ada; sedangkan pada orang lain justru terasa dangkal dan berkurang.

            Saya juga percaya bahwa tiap perjumpaan antara orang Kristen tulus dan Firman Allah, selalu membawa kesukaan; dan semakin sungguh sikap orang Kristen tersebut semakin besar kesukaannya.

            Kesukaan itu tidak datang melalui Penelaahan Alkitab demi kenikmatan kita sendiri, tetapi dari tujuan yang mengusahakan kemuliaan Allah. Mempelajari Alkitab hanya memberikan kenikmatan jika kita menyesuaikan diri dengan Pencipta kita dalam iman dan kelakuan melalui percaya dan taat. Yang menghasilkan kesukaan ialah menemukan jalan Allah, anugerah Allah, dan persekutuan dengan Allah melalui Alkitab, meskipun apa yang Allah katakan kepada kita seringkali membuat kita terkapar.


Baca Mazmur 119 dan catat seberapa sering penulis bicara tentang hukum (taurat) Allah sebagai kesukaan, atau sesuatu yang ia cintai.

Tuhan, aku ingin makin mengalami arti bersuka di dalam-Mu.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer

Jumat, 25 November 2011

Perkataanku & Firman

Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman.
2 Petrus 1:18-19


Petrus ingin para pembacanya yakin tentang realitas kebenaran, dan keandalan hal-hal yang telah ia ajarkan tentang Yesus Kristus kepada mereka. Inti yang ia katakan ialah: Kami tidak menyampaikan kisah-kisah kosong tanpa dasar fakta ketika kami bicara  tentang kuasa dan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Tidak sebab kami adalah saksi mata kemuliaan-Nya. Kami melihat dan mendengar. Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa: suatu suara datang kepada-Nya dari kemuliaan dahsyat dan berkata: “Inilah Anakku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.” Kami melihat, dan mendengar itu. Terimalah kesaksian kami.

            Tetapi ia melanjutkan: Jangan hanya menerima dari kami. Kami memiliki sumber yang lebih pasti dan kokoh tentang pengetahuan akan Kristus daripada saksi mata; yaitu, Firman nubuatan (seluruh Perjanjian Lama). Secara mengagetkan Petrus pindah dari kesaksiannya ke Alkitab. Ia memberitahu pembacanya bahwa Firman nubuatan jauh lebih pasti: bahwa apa yang Allah katakan meneguhkan pengalamannya, bukan sebaliknya.

            Firman nubuatan juga meliput tulisan rasuli untuk kita: “Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya... Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain” (2Ptr. 3:15-16). Dengan membandingkan tulisan Paulus dengan bagian Alkitab lain, secara tidak langsung Petrus memperlakukan tulisan Paulus sebagai Alkitab juga.

Apakah dalam gerejaku kesaksian pribadi dikawinkan dengan kebenaran Alkitab?

Tuhan, kiranya seperti Petrus, aku sanggup bicara kepada orang lain dengan otoritas, “Terimalah kesaksianku ini, sebab Alkitab menjadi dasar pedukungnya.”

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer

Kamis, 24 November 2011

Firman Allah

Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
Mazmur 119:12


Untuk pemazmur Firman Allah adalah sekumpulan pengajaran ilahi, yang ditulis sebagai rujukan tetapi yang sebagian besarnya diturunkan secara lisan; kumpulan ajaran yang keberadaannya sendiri merupakan tanda perkenan Allah: Israel mendapat hak istimewa untuk menikmati baik anugerah maupun ajaran-Nya. Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam bentuk maksud dan perintah, dan kesalehan berarti hidup sesuai Firman-Nya.

            Pemazmur bicara tentang menyimpan Firman dalam hati dan ingatannya, diam dan bersuka di dalamnya, menatap kepadanya agar ia terpelihara dari dosa dan mengajarnya tentang jalan kehidupan. Ia rindu mempraktikkan itu sepenuhnya.

            Selain fakta Firman Allah, ayat ini bicara juga tentang bentuk-bentuk Firman. Firman berarti pesan; hukum (taurat) berarti ajaran, seperti dari bapa kepada keluarganya; kesaksian, ketetapan, peraturan, peringatan, perintah adalah perintah moral. Ayat ini juga bicara tentang berkat bagi orang yang jalan dalam Taurat dan menunjuk tajam kepada pencarian akan Allah sebagai inti dari memelihara hukum-Nya, adalah peringatan bahwa Firman mengandung janji dan menyingkapkan diri Allah sendiri. Firman adalah pengantara Allah untuk komunikasi dan komuni dengan manusia dalam banyak segi relasi-Nya dengan kita.

            Akhirnya ayat-ayat ini memperlihatkan buah Firman Allah. Ia membangkitkan hasrat untuk taat, doa untuk pengajaran, dan pencarian sepenuh hati akan Allah; ia membersihkan jalan menjauhkan kita dari hal yang mencemarkan; ia menggerakkan kita untuk bicara bagi Allah dan menemukan kesukaan kita dalam Dia. Maka melalui Firman Allah, karya Allah berlanjut dalam kehidupan manusia.


Apakah aku cukup memakai Firman Allah – sebagai cara utama untuk membimbing, bertumbuh, dan beroleh anugerah?

Jadikan bacaan hari ini dasar untuk doa Anda.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer

Rabu, 23 November 2011

Hidup melalui Firman

Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.
Yakobus 1:18


Yakobus menegaskan bahwa Allah membuat orang Kristen lahir melalui Firman. Ia memakai hal ini untuk menggambarkan prinsip dalam ayat sebelumnya yaitu bahwa segala yang baik datang “dari Bapa segala terang” yaitu sang Pencipta yang tak berubah yang telah mencipta matahari, bulan, dan bintang, yang kekuasaan-Nya menata alam semesta menjadi ukuran tentang kuasa-Nya untuk memberkati dan yang melalui Kristus memperlihatkan kasih Bapa kepada orang Kristen. Sebagai anak-anak yang lahir baru, orang Kristen adalah buah sulung ciptaan – hal yang membuatnya menjadi milik tunggal Allah dan partisipan kekudusan-Nya. Semua ini adalah dimensi martabat dan destini baru yang diperkenalkan Firman kepada kita.

            Dalam ayat 21 Yakobus lanjut berkata bahwa Allah membawa manusia ke dalam kemuliaan melalui Firman, supaya Firman tertanam dalam tanah hati-hati kita. Penerimaan kita bergantung pada keadaan moral kita – apakah kita bersedia menundukkan kesombongan kita dan kekacauan alami kita lainnya atau tidak (19-21). Jika kita bersedia, Firman dapat menyelamatkan kita kini dan seterusnya.

            Dalam ayat 25 Allah memberkati para pelaku Firman. Agama yang hanya mendengar tidak melakukan adalah munafik dan menipu diri sendiri. Melupakan kebutuhan yang telah dibongkar oleh Firman Allah adalah sikap sembrono, bodoh, dan tak dapat dimaafkan. Satu-satunya jalan untuk diberkati ialah menyelidik Firman, dan bertekun dalam menaatinya.


Perlukah aku mencatat apa yang Firman katakan kepadaku hari lepas hari dan mempraktikkannya?

Terima kasih untuk hidup dari Firman yang telah ku nikmati; kiranya aku makin mengenal hidup karunia-Mu ini dengan makin mendengarkan dan melakukan Firman-Mu.

Dikutip dari buku Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer

Selasa, 22 November 2011

Roh dan Alkitab

Mereka semua akan diajar oleh Allah.
Yohanes 6:45


Orang Kristen dijanjikan hak untuk mendapat pengajaran Allah, dan hal itu dilakukan oleh Roh Allah. Roh yang mengajar semua perkara kepada para rasul adalah juga urapan yang mengajar semua umat milik Kristus (1Yoh. 2:27) – bukan dalam bentuk penyingkapan kebenaran baru yang tadinya belum diketahui, tetapi dengan menyanggupkan kita mengenali sifat ilahinya dan tunduk ke bawah otoritas realitas ilahi yang disingkapkan kepada kita.

            Tetapi apakah kita  terbuka kepada karya Roh ini? Sejauh kita mendekati Alkitab dengan mengambil jarak, yaitu dengan hanya menghargai kesejarahan atau estetikanya, dan sejauh kita memperlakukannya hanya sebagai tulisan manusia. Kita hanya terbuka kepada pelayanan Roh sejauh kita bersedia melangkah masuk ke dalam Alkitab dan mengambil tempat bersama orang-orang yang menyambut bicara Allah – seperti Abraham yang mendengarkan Allah di Ur, Musa yang mendengarkan Allah di Sinai, umat Israel yang mendengarkan Firman Allah dari bibir Musa dan para nabi, orang Yahudi yang mendengar ucapan Yesus, orang di Roma dan Korintus serta Timotius yang mendengarkan Paulus, dan seterusnya – dan ikut berbagian diajar bersama mereka, memperhatikan apa yang Allah katakan kepada mereka dan berusaha mendengar melalui itu apa yang Allah ingin katakan kepada kita.

            Banyak orang yang tidak begitu suka itu – kita berprasangka, malas, dan tidak siap untuk melatih roh serta hati nurani kita. tetapi kuatnya kesediaan dan penerimaan kita, adalah karunia Roh. Maka kita harus berdoa, “Ajarku ketetapan-ketetapan-Mu” (Mzm. 119:12), sebagai permohonan bukan saja untuk diajar tetapi untuk memiliki kesediaan diajar.

Seberapa jauh aku bersedia berusaha dan berdoa agar mengerti Alkitab?

Tuhan, kiranya RohMu mengarahkan imajinasiku supaya melalui karunia dari-Mu ini aku dapat
mengerti Firman-Mu lebih baik.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - karangan Dr. James I. Packer

Senin, 21 November 2011

Kitab Terpercaya

Hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya.
Mazmur 19:9


Sebagai akibat dari inspirasi Alkitab, kita menerima bahwa Alkitab dapat dipercaya atau diandalkan penuh. Mengatakan bahwa Alkitab dapat diandalkan penuh berarti mengakui bahwa Allah yang menginspirasikannya dapat dipercaya sepenuhnya, maka seluruh hal yang dipaparkan dan diajarkan dalam Alkitab pun tidak mungkin mengandung kesalahan atau hal yang menyesatkan. Hal ini memberikan dasar untuk kita memperlakukan Alkitab secara tepat yaitu membaca, menerima dan melakukannya dalam hidup sebab ia berasal dari Allah yang dapat dipercaya dan yang kata-kata-Nya layak dipercayai dan diterima dengan segenap hidup. Hal ini tidak membuat kita menyangkali, mengabaikan atau merendahkan apa pun yang para penulisnya paparkan dan implikasinya pada penyembahan dan pelayanan. Penerimaan ini juga tidak membuat kita tergesa menyimpulkan secara negatif hal-hal yang sekilas terkesan merupakan masalah entah faktual atau teologis dalam Alkitab.

            Mengaku bahwa Alkitab adalah otoritas andal dan terpercaya berarti membuat kita menerima bahwa seluruh isi Alkitab secara keseluruhan bersifat serasi dan padu; dan semua yang dipaparkan di dalamnya datang dari Allah, dan kita harus menundukkan ajaran, tradisi, perilaku, dan kepercayaan kita ke bawah otoritas Alkitab, lalu berusaha untuk hidup sesuai dengannya.

Kita tidak dapat membuktikan bahwa seluruh isi Alkitab adalah benar, tetapi kita dapat yakin bahwa semua isi Alkitab dapat dipercaya karena datang dari Allah.

Tuhan, ketika beberapa bagian Alkitab terasa sukar dipertemukan, tolongku untuk tidak cepat menghakimi atau takut menghadapi atau berpikir serius tentangnya.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer

Minggu, 20 November 2011

Pelita di Tempat Gelap

Kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.
2 Petrus 1:19


Kata “gelap” biasa dipakai dalam kaitan dengan tempat kotor seperti gudang, kandang sapi, atau tambang. Jadi Petrus membayangkan tempat yang kotor, suram, barangkali penuh dengan rintangan. Kita perlu terang untuk menghindari rintangan dan melihat jalan dan mungkin juga sambil membersihkan tempat itu.

            Mengapa ia menyebut tentang tempat di mana kita hidup kini sebagai tempat yang gelap? Karena memang demikianlah kenyataan dunia ini. Dunia gelap karena kelonggaran moral di dalamnya (lihat contoh yang Petrus tunjukkan dalam 2Ptr. 2). Dan gereja terkena dampaknya juga.

            Kita perlu melakukan yang Petrus usulkan: beri perhatian pada Alkitab, sebab ia bagaikan pelita yang bercahaya dalam tempat gelap. Pemazmur memberikan gambaran serupa. “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm. 119:105). Ketika kita berjalan sendiri dalam kegelapan sambil memegang pelita di depan kita, ia tidak akan melenyapkan semua kegelapan tetapi ia melenyapkan bagian di depan kita sehingga kita dapat melihat harus berjalan ke mana. Dan dengan cara itu kita bisa melanjutkan perjalanan sampai fajar terbit dan matahari menyingsing.

Adakah tempat-tempat gelap dalam hidupku atau dalam hidup orang lain yang ku kasihi yang perlu dibuka kepada terang kebenaran Allah? Bagaimana dan kapan hal itu baiknya terjadi?

Tuhan, aku perlu lebih banyak terang dalam situasi ini… Tunjukkanku jika aku telah merespons terang yang Kau nyatakan kepadaku sejauh ini. Aku butuh lebih banyak terang.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer

Sabtu, 19 November 2011

Ketaatan Kreatif

Karena ia tahu, bahwa sebagian dari mereka itu termasuk golongan orang Saduki dan sebagian termasuk golongan orang Farisi, ia berseru dalam Mahkamah Agama itu, katanya: "Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharap akan kebangkitan orang mati."
Kisah rasul 23:6


Alkitab memberi kita petunjuk untuk perilaku yang benar, namun masih ada ruang luas untuk imajinasi dan kreativitas, bahkan untuk mengembangkan usaha dan kesempatan kita dalam melayani Allah – seperti yang kita lihat dalam diri Paulus (Kis. 16:35-39; 17:22-31; 23:6-10). Di dalam batas-batas perintah spesifik dari Allah, aplikasinya dapat beragam dan bisa lebih baik atau buruk, seperti dalam permainan catur di mana langkah-langkah yang diambil bisa beragam dan membuat ruang cukup luas untuk gerak selanjutnya.

            Langkah terbaik, seperti dalam permainan catur, selalu adalah yang paling memberikan janji dalam situasi keseluruhan. Entah orang memainkan putih atau hitam; masing-masing dengan berusaha mengenali kekuatan dan kelemahan lawan, berusaha untuk membuat langkah-langkah yang disesuaikan dengan posisi yang ingin ia kejar, menang atau draw.

            Ketaatan Kristen lebih dari sekadar menjalani kehidupan negatif yang hanya menjauhi perbuatan salah dan melihat seluruh kehidupan Kristen sebagai usaha menjauh dari hal-hal buruk. Yang jelas, hati nurani yang lembut yang gemetar terhadap Firman Allah (Yes. 66:2; Ez.10:3) dan takut melukai hati-Nya (Yud. 23) adalah anugerah dam tidak boleh disamakan dengan pemeriksaan diri berlebihan. Maka kehidupan Kristen yang penuh dan sehat ialah yang menaati Allah bukan semata untuk menghindari yang buruk melainkan untuk sepenuhnya memuliakan Allah.


Apakah aku cenderung menghindari kejahatan daripada mengembangkan sikap bertualang dalam kebaikan dan ketaatan yang positif?

Tuhan, tolongku untuk memiliki hidup yang bermoral dan benar secara imajinatif dan kreatif (dan karenanya juga atraktif).

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer

Jumat, 18 November 2011

Hikmat


Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian,
Amsal 3:13


Langkah apa harus Anda ambil bila ingin mendapat karunia hikmat? Menurut Alkitab ada dua prasyarat.

            Pertama, kita harus belajar menghormati Allah. Takut akan TUHAN adalah permulaan segala hikmat (Mzm. 111:10). Sebelum kita rendah hati dan terbuka untuk diajar, berdiri takjub di hadapan kekudusan dan kedaulatan Allah, sambil mengakui kekecilan kita, tidak memercayai pemikiran sendiri, serta bersedia untuk mengalami penjungkirbalikan pemikiran kita, hikmat ilahi tidak dapat menjadi milik kita. Perlu ditakuti bahwa banyak orang Kristen menghidupi kehidupan yang tidak rendah hati dan yang sombong yang akhirnya sama sekali tidak memiliki hikmat dari Allah. Alkitab berkata, “hikmat ada pada orang yang rendah hati” (Ams. 11:2).

            Lalu, orang harus belajar menerima Firman Allah. Hikmat hanya ditempa ke dalam mereka, ya hanya mereka, yang mengaitkan diri dengan penyataan Allah. “Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku,” – mengapa? – “sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan” (Mzm. 119:99). Paulus menasihati orang Kolose, “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat…” (Kol. 3:16).

            Bagaimana kita melakukannya? Dengan jalan membenamkan diri dalam Alkitab, seperti nasihat Paulus kepada Timotius (dan waktu itu ia berpikir tentang Perjanjian Lama!), sebab Alkitab “sanggup menuntun engkau kepada keselamatan” dalam iman kepada Kristus, dan untuk menyempurnakan manusia Allah “bagi setiap perbuatan baik” (2Tim. 3:15-17).


Kapankah terakhir Anda membaca seluruh isi Alkitab? Apakah Anda memakai waktu untuk membaca Alkitab sama lamanya untuk membaca surat kabar?

Tuhan, aku butuh hikmat-Mu untuk situasi ini… Tolongku mengambil langkah-langkah yang perlu untuk menerima hikmat.

Dikutip dari buku Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer

Kamis, 17 November 2011

Sakit?

Tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah.
1 Timotius 5:23

Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!
Yakobus 5:13


Benar keselamatan mencakup tubuh dan jiwa. Dan benar juga seperti yang dikatakan oleh sementara orang bahwa kesembuhan untuk tubuh tertampung juga dalam penyelamatan. Tetapi kesehatan jasmani yang sempurna tidak dijanjikan untuk kehidupan ini tetapi untuk surga, sebagai bagian dari kemuliaan kebangkitan yang menantikan kita. Kesejahteraan tubuh secara sempurna adalah bagian dari berkat keselamatan masa depan, namun yang boleh kita cicipi sekarang adalah pengalaman awal dari keselamatan masa depan itu.

            Benar juga bahwa kita kehilangan berkat ketika kurang iman. Tetapi bahkan dalam masa Perjanjian Baru, di antara para pemimpin yang tidak mungkin kita simpulkan mengalami kekurangan iman, kesembuhan tidak selalu universal.

            Jadi apa yang harus kita buat ketika kita sakit? Kita harus pergi ke dokter dan menggunakan obat-obatan serta bersyukur kepada Allah atas pertolongan itu. Tetapi setara dengan itu kita harus pergi ke Tuhan (Dokter Yesus, sebagaimana dipanggil oleh sebagian orang) dan menerima pesan atau tantangan, atau teguran, atau hiburan yang ia berikan menyangkut penyakit kita. Mungkin saja kita menerima kesembuhan dalam bentuk yang Paulus minta; mungkin juga kita menerimanya dalam bentuk yang diberikan kepada Paulus (2Kor. 12:7-10). Kita harus terbuka kepada salah satu dari kedua kemungkinan itu.

Bagaimana Anda menjawab orang yang berpendapat bahwa pergi ke dokter adalah kurang iman?

Doakan para dokter, khususnya yang Anda kenal – agar mereka memakai keahlian mereka dengan baik dan ketika mereka tidak tahu harus bagaimana, mereka boleh mendapatkan pertolongan terbaik dari pihak yang benar.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer

Selasa, 15 November 2011

Saat Pengujian

Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah
Kejadian 45:7-8

Yusuf belia dijual ke perbudakan di Mesir di mana karena fitnah berbisa istri Potifar, ia dipenjarakan – meski kemudian ia bangkit menjadi orang terkemuka. Untuk maksud apakah Allah dalam hikmat-Nya merancang semua itu?

            Sejauh menyangkut pribadi Yusuf sendiri, jawabnya diberikan dalam mazmur, firman Tuhan menguji (membenarkan) (Mzm. 105:19). Yusuf diuji, dimurnikan, dan didewasakan; semasa ia dijadikan budak dan dipenjara itu Yusuf diajar untuk fokus pada Allah, untuk tetap gembira dan penuh kemurahan dalam keadaan yang membuat frustrasi, dan untuk bersabar menantikan Tuhan.

            Seringkali Allah memakai kesukaran untuk mengajarkan hal-hal tadi. Sejauh menyangkut kehidupan umat Allah, Yusuf sendiri memberikan jawaban untuk pertanyaan kita ketika ia menyingkapkan jatidirinya kepada para saudaranya yang bingung (Kej. 45:4-15). Teologi Yusuf sama sehat dan dalamnya seperti kasihnya. Sekali lagi kita diperhadapkan dengan hikmat Allah yang mengatur peristiwa-peristiwa kehidupan manusia untuk maksud rangkap: pengudusan pribadi orang bersangkutan, dan pemenuhan pelayanan yang Ia tetapkan serta pelayanan dalam hidup umat Allah.

Doakan seseorang yang sedang memikul masalah berkepanjangan – agar hasilnya baik dan secepat mungkin.

Buat daftar saat-saat ketika Allah dan firman-Nya menguji Anda. Apa yang telah Anda pelajari? Bagaimana Anda mensyukuri Allah atas kebaikan yang keluar darinya?

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I. Packer

Senin, 14 November 2011

Berbeda tetapi Tetap Bersaudara

Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus; tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka.  
Kisah rasul 15:37-38


Jika kita harus memilih salah satu kejahatan terkecil dari banyak kejahatan, kita harus menghitung akibat-akibatnya. Tetapi karena kemampuan kita untuk meramal akibat sangat terbatas, kita tidak dapat menghindari timbulnya banyak perbedaan pendapat.

            Sebagai contoh, Paulus dan Barnabas berbeda pendapat tentang pelayanan misi berikutnya dari keponakan Barnabas, Yohanes Markus. Barnabas tahu catatan pelayanannya kurang baik tetapi percaya bahwa ia dapat menolong mereka di perjalanan misi berikut. Paulus berpikir lebih baik tidak mengajak orang yang pernah meninggalkan mereka di Pamfilia. Masing-masing mereka punya pertimbangan yang mereka anggap terbaik, tetapi mereka tidak bisa sepakat keputusan mana yang terbaik. Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa keputusan terbaik ialah berpisah. Maka Barnabas mengajak Markus ke Siprus sedangkan Paulus pergi dengan Silas ke Eropa.

            Sebagian dari kita menyayangkan bahwa Paulus dan Barnabas tidak bisa mencapai kesepakatan, teteapi tidak ada alasan untuk menganggap peristiwa itu sebagai kegagalan moral, atau sebagai kemalangan strategis. Kita dapat memastikan bahwa karena sifat-Nya Allah tidak menahankan berkat untuk pihak-pihak yang berpisah bila keduanya menginginkan yang terbaik, dan hanya berbeda dalam cara mempertimbangkan dan konsekuensinya,

Karena orang lain membuat pilihan berbeda dari yang aku buat, apakah aku cenderung menganggap orang lain memiliki motif lebih rendah?

Tuhan, tolong aku untuk terus mengingat bahwa orang Kristen yang dengannya aku tidak setuju tetap adalah saudara seimanku dan bahwa kami memiliki sasaran kekal yang sama.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I. Packer

Sabtu, 12 November 2011

Hidup Rohani

Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.
Yohanes 15:4


Gaya hidup sekuler, kolektif, mekanis, urban dari masyarakat modern yang makin hari makin cepat dan makin terserap ke dalam berbagai perhatian, telah membuat pemupukan hidup kerohanian menjadi makin sukar untuk dilakukan. Untuk memprioritaskan doa, seperti yang dilakukan oleh tak terbilang banyaknya orang Kristen masa lampau di dalam maupun di luar biara, semakin sukar dilakukan dalam dunia yang menuntut kaki-kaki Anda bergerak cepat dan tidak boleh diam. Dan jika Anda berusaha melakukannya, orang lain akan menganggap Anda eksentrik, sebab masa kini yang “in” adalah gaya hidup aktif, sedangkan gaya hidup tenang dianggap “out.”

            Bahwa masa kini terjadi kelaparan meluas akan keintiman, kehangatan, dan afeksi dalam persekutuan dengan Allah, terlihat jelas dari pembaruan perhatian pada tulisan-tulisan segi pengalaman kaum Puritan dan dari tradisi doa kontemplatif yang diperkenalkan oleh orang semacam Thomas Merton. Tetapi konsep bahwa kehidupan Kristen adalah hiruk-pikuk yang dikuduskan masih mendominasi. Akibatnya, aspek pengalaman kekudusan Kristen masih bagaikan buku tertutup.

            Mengapa? Sebagian karena sikap tak peduli terhadap doktrin, yang terkadang dalam bentuk ekstrim membuka diri kepada sikap fanatik dan antinomian; sebagian lagi karena dianggap bahwa devosi injili sangat berorientasi pada mendengarkan Allah bicara dalam Alkitab dan di luar itu selalu dicurigai. Faktanya jelas kebanyakan orang Kristen alkitabiah masa kini, meski kuat di hal-hal lain tetapi dalam kehidupan batiniah cenderung lemah.

Ambil cukup waktu untuk memikirkan arti dan implikasi teks hari ini.

Tuhan, tunjukkan sikap keliruku dalam hal ini dan tolongku meninggalkannya.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I. Packer

Jumat, 11 November 2011

Kekuatan dalam Kelemahan

Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
Roma 8:26


Mudah sekali kita merasa takut bahwa keadaan sekitar kita akan menjadi terlalu berat untuk kita – sampai kita mungkin akan gagal mengatasinya sebagai orang Kristen. Jawab Paulus ialah bahwa Roh menolong kita dalam kelemahan kita. Dalam doa berulang kali kita mengalami pengetahuan dan perasaan butuh dan ingin memberitahukan Allah tentang hal itu, tetapi kita mendapatkan entah perkataan itu sama sekali tidak keluar atau perkataan yang kita ucapkan sama sekali tidak menampung apa yang sesungguhnya ada dalam hati kita. Pengalaman seperti itu dapat sangat menekan dan membuat frustrasi.

            Pada saat-saat seperti itu kita perlu mengingat bahwa “Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (26) – secara harfiah, “keluh kesah yang tak dapat diungkapkan.” Dia yang awalnya membangkitkan di dalam kita hasrat untuk berdoa tentang semua kebutuhan itu, dan ketika kita kehabisan kata-kata, Ia bersyafaat untuk orang-orang kudus sesuai kehendak Allah” (27). Jadi kita tak perlu berpikir: Karena saya tidak sanggup berdoa tentang hal ini sebagaimana seharusnya dan yang diinginkan, saya harus menghadapi masalah. Sebaliknya kita harus merasa yakin bahwa Tuhan akan mendengar perkataan Roh Kudus yang Ia doakan dalam hati kita. Jadi kita boleh mengharapkan untuk menerima semua pertolongan yang kita butuhkan untuk mengatasi setiap situasi, walaupun kita lemah. Doa telah dipanjatkan demi kita, dan doa itu akan dijawab.


Pelajari Roma 8:26-27 dan ingat perkataan ini tiap kali Anda dibanjiri oleh kebutuhan dan tekanan dan kecewa oleh fakta kelemahan serta ketidakpadanan doa-doa Anda sendiri.

Bapa, tuliskan kebenaran ini di hatiku dan tolongku tiap hari berdoa sampai batasku dan lebih darinya melalui kuasa Roh Kudus-Mu.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I. Packer

Kamis, 10 November 2011

Senjata Allah (3)

Terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah.
Efesus 6:17


Ketopong melindungi kepala dari pukulan atau benturan. Untuk prajurit Kristen, Allah menyediakan ketopong keselamatan, yang saya percaya berarti keyakinan keselamatan, sekarang dan akan datang. Kita tidak dapat dipukul oleh Iblis jika kita yakin bahwa kini, dan untuk selamanya kita aman dalam tangan Allah yang memegang kita dengan aman dan akan memelihara kita selamanya oleh kuasa-Nya.

            Ketopong dan senjata lainnya yang telah Paulus sebutkan sejauh ini (ikat pinggang, baju zirah, sepatu, perisai – Efs. 6:4-16) adalah senjata bertahan. Kini Paulus menyebut nama senjata untuk menyerang: “pedang Roh, yaitu Firman Allah.” Kita harus mengambilnya dan menggunakannya sebagaimana Yesus memakainya ketika Ia dicobai. Iblis membuat usulan dan tiap kali Yesus mengutip Alkitab serta menjwab: “Berdasarkan firman dari Bapa-Ku, dan bukan besrdasarkan kata-kata siapa pun, Aku akan hidup. Maka pergilah kau, hai Iblis.” Demikian Ia menolak Iblis, dengan menggunakan pedang Roh, dan si Iblis undur. Begitu jugalah kita harus menggunakan Firman Allah ketika Iblis datang mencobai kita: kita harus mengayunkan pedang di antara dia dan diri kita.


Ambil keputusan untuk menghafal ayat-ayat dan bagian Alkitab supaya Anda dapat menolak Iblis dengan pedang Roh. Jika Iblis mengatakan sesuatu yang salah tentang apa pun, perintahkan ia untuk undur ke belakang Anda dalam Nama Yesus, sambil mengutip ayat Alkitab (janji) Allah yang tepat.

Tuhan, terima kasih untuk kuasa Nama-Mu dan diri-Mu serta kebenaran Firman-Mu. Aku akan maju dengan memercayai Engkau dan Firman-Mu untuk beroleh kemenangan.

Dari buku Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I. Packer

Rabu, 09 November 2011

Senjata Allah (2)




Berdirilah tegap… pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat.
Efesus 6:14-16


Serdadu infantri Romawi membawa perisai besar di depannya untuk menangkis semua anak panah sementara ia maju ke wilayah perang terbuka. Panah-panah itu seringkali berupa nyala api yang ditempelkan ke mata anak panah untuk menimbulkan kerusakan ganda di sasaran yang terkena. Prajurit Kristen harus menghadapi “anak panah berapi” dari Iblis dan untuk itu ia perlu perisai iman.

            “Iman” di sini memiliki dua aspek. Pertama, kepercayaan kita akan janji-janji Allah. Allah telah berkata Ia tidak akan meninggalkan atau membuang umat-Nya; iman berarti berpegang erat pada janji itu dan memegangnya ke hadapan Iblis ketika ia datang dan berkata (atau mendorong kita berkata kepada diri kita sendiri), “Itu terlalu berat. Kamu tak akan berhasil. Menyerah sajalah.”

            Juga, iman adalah fokus kita pada Anak Allah. Penulis surat Ibrani mendorong kita untuk menatap ke “Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah” (Ibr. 12:2). Yesus memelopori jalan yang harus kita tempuh, dan kini bersama Bapa dalam kemuliaan. Kita pun akhirnya akan tiba di sana jika kita menatap kepada-Nya yang mengetahui apa yang akan kita lalui dan yang selalu mendampingi kita, menolong kita. Kita akan maju, dan Iblis tidak akan bisa menghentikan kita.


Apakah imanku perisai bagiku tiap hari? Apakah aku bergantung pada janji-janji Allah dan menatap kepada Yesus?

Tuhan, tolong aku mempertimbangkan Engkau yang telah yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa (Ibr. 12:3).

Selasa, 08 November 2011

Senjata Allah (1)

Berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera.                          
Efesus 6:14-15


Ikat pinggang yang kuat adalah perlengkapan penting untuk prajurit. Prajurit Kristen pun harus memiliki ikat pinggang yang baik – ikat pinggang kebenaran. Dengan “kebenaran” Paulus maksudkan “kebenaran ilahi yang diketahui sebagai pembimbing untuk hidup.” Orang Kristen yang tidak tahu kebenaran adalah orang yang rentan. Kita harus kenal Alkitab kita dan jelas tentang karya, kehendak, dan jalan-jalan Allah, atau kita akan gagal dalam perang rohani.

            Kedua, kita harus mengenakan baju zirah perbuatan benar. Baju zirah melindungi organ-organ vital paru-paru dan jantung. Kehidupan benar ialah kekudusan praktis dan ketaatan keseharian. Orang dengan integritas sadar yang siap penuh bagi Allah dan kebaikan serta tidak kompromi adalah orang yang mengenakan baju zirah kebenaran. Baju zirah melindunginya dari semua siasat Iblis untuk menimbulkan kekalahan moral, bencana, dan keputusasaan.

            Lalu sepatu. Paulus meminta agar kaki kita mengenakan perlengkapan kesediaan manuver yang disediakan oleh injil damai sejahtera. Kesanggupan untuk menghadapi rongrongan Iblis dan seringkali juga usulnya yang melemahkan datang dari mengenal kedamaian Kristus – yaitu pengampunan, penerimaan diri, kepuasan, dan ketenangan hati yang mengalir kepada kita melalui injil. Jika kita tidak tahu bahwa kita ada dalam damai dengan Allah, Iblis akan sanggup berkata, “Lihat betapa kacaunya hidupmu. Allah tak akan menerimamu.” Atau “Lihat kesusahan yang datang menimpamu. Kamu tidak akan bertahan,” dan kita tidak memiliki jawaban. Tetapi jika kita telah datang sebagai orang berdosa ke Yesus dan menerima karunia damai-Nya, kita dapat bertahan terhadap Iblis dan melempar tuduhan dan sindirannya balik ke mukanya.



Pikirkan lebih jauh apa arti diperlengkapi dengan kebenaran, kehidupan benar, dan injil damai sejahtera.

Tuhan, aku datang kepadamu karena adanya kekurangan dalam wilayah hidupku ini…

Senin, 07 November 2011

Diperlengkapi untuk Perang


Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.
Efesus 6:11


Serdadu Roma diberikan persenjataan lengkap untuk masuk ke medan perang dan Paulus teringat hal itu ketika menulis tentang perlengkapan senjata yang Allah berikan kepada kita para prajurit-Nya dalam perang melawan Iblis. Ketika kita menjadi orang Kristen, kita berperang melawan Iblis, sebab Iblis kini berperang melawan kita. Sebelum perubahan hidup kita ada di bawah kuasanya dan karena itu ia tidak perlu langkah khusus melawan kita. Tetapi begitu kita menerima pengampunan Allah dan diangkat menjadi anak dalam keluarga-Nya, Iblis mengintai untuk menawan kita kembali.

“Satan” adalah istilah Ibrani untuk musuh, dan Iblis adalah musuh, pertama terhadap Allah dan kemudian umat Allah. Dalam bahasa Yunani, diabolos, mengandung arti penuduh, yaitu pihak yang bicara jahat sebab ia berpikir jahat, dan Iblis berpikir jahat melawan Allah dan orang Kristen. Ia juga penuh dengan tipu daya. Jadi kita memiliki lawan yang luar biasa jahat, cerdas, licik, keji, dan pribadi yang intelektual.
              
Harus bagaimana kita? Panik? Tidak. Kita dapat dan harus mengenakan selengkap senjata Allah, memanfaatkan semua sumber yang Ia sediakan, dan melawan Iblis ketika ia menyerang. Lalu kita boleh berharap mengalami kemenangan di medanperang dan musuh kita melarikan diri. “Ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu” (Efs. 6: 13). “Lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yak. 4:7).


Apakah aku sadar aku terlibat dalam peperangan? Seberapa baik perlengkapanku?

Tuhan, buka mataku untuk melihat musuh agar aku dapat berperang dengan benar dan bukan membabi buta.

Sabtu, 05 November 2011

Suara Mereka Didengar TUHAN

Suara mereka didengar TUHAN dan doa mereka sampai ke tempat kediaman-Nya yang kudus di sorga.
2 Tawarikh 30:27

Doa adalah tempat perhentian orang Kristen dalam segala macam keadaan, dan dalam setiap kebutuhan. Ketika Anda tidak berhasil memakai pedang Anda, Anda boleh membawanya ke senjata “segala doa.” Bubuk mesiu Anda mungkin melembab, busur panah Anda mungkin telah lemah, tetapi senjata segala-doa tidak boleh terganggu. Lewiatan menertawakan lembing, tetapi ia gentar terhadap doa. Pedang dan tombak selalu perlu perbaikan, tetapi doa tidak mengenal berkarat, dan ketika kita menganggap doa kita sangat kurang polesan justru itu lebih berkhasiat. Doa adalah pintu terbuka yang tak dapat ditutup oleh siapa pun. Roh-roh jahat boleh mengurung Anda di semua sisi, tetapi jalan ke atas selalu terbuka, dan selama jalan itu tidak terhalangi, Anda tidak akan jatuh ke tangan si musuh. Kita tidak mungkin kedapatan terblokir, terjebak, terkuras, atau terterpa, selama pertolongan surgawi dapat turun melalui tangga Yakub untuk membebaskan kita dalam saat-saat kebutuhan.

Doa tidak pernah ketinggalan zaman: baik di musim kemarau atau musim hujan dagangannya selalu berharga. Doa beroleh perhatian surga baik dalam kegelapan malam, dalam teriknya siang, dalam bayang-bayang senja. Dalam setiap keadaan, entah kemiskinan, atau sakit penyakit, atau kesuraman, atau difitnah, atau ragu, Allah perjanjian Anda akan menyambut doa Anda dan menjawabnya dari ruang kudusNya. Doa juga tidak pernah akan sia-sia. Doa sejati selalu adalah kuasa sejati. Anda mungkin tidak akan selalu mendapatkan apa yang Anda minta, tetapi Anda akan selalu menemukan kebutuhan riil Anda tercukupi. Apabila Allah tidak menjawab anak-anakNya sesuai yang tertulis, Ia menjawab secara roh. Jika Anda meminta makanan yang mengenyangkan, akan marahkah Anda karena Ia menyediakan untuk Anda tepung terbaik? Jika Anda mencari kesehatan jasmani, mengeluhkah Anda jika sebaliknya Ia membuat sakit penyakit menjadi penyembuhan sakit penyakit rohani Anda? Bukankah lebih baik memikul salib yang dikuduskan daripada ditiadakan? Saat ini teman, jangan lupa panjatkan permohonan dan permintaan Anda, sebab Tuhan sungguh siap mengabulkan hasrat-hasrat Anda.

Jumat, 04 November 2011

Nilai Intrinsik Pekerjaan

Namun demikian, ada banyak lagi hal untuk pekerjaan ketimbang sekadar memerhatikan kebutuhan finansial dan kewajiban kita. Pekerjaan kita dapat melayani sebagai sebuah mezbah – yaitu sebuah arena penting di mana kita membawa karunia, ketrampilan dan talenta kita untuk dipersembahkan dalam pelayanan bagi Allah. Ketika orang Kristen bekerja, kita dapat berkontribusi bagi karya Allah dalam dunia ini. Tentu saja, ada beberapa batasan yang akan kami paparkan dalam pasal dua. Namun termasuk perkecualian tersebut, Allah memanggil orang untuk bekerja dalam arena seperti bisnis sebab hal itu menolong pencapaian karya-Nya dalam dunia ini. Tentu, ada batas yang akan kami paparkan dalam pasal dua. Tetapi dengan menyingkirkan batas-batas itu, Allah memanggil orang untuk bekerja dalam berbagai arena seperti bisnis sebab itu menolong penggenapan karya-Nya dalam dunia ini. Bisnis dapat menjadi karya Allah dalam dunia sama seperti seorang pendeta dapat menjadi karya Allah dalam gereja dan seperti misionaris melayani karya Allah dalam ladang misi. Semua itu bernilai bagi Allah sebab nilai dari pekerjaan yang selesai, dan pekerjaan adalah hal yang baik bila diselesaikan secara istimewa. Akuntan, menejer, buruh pabrik, tukang kebun, pesuruh dan koki restoran dapat dipanggil oleh Allah ke dalam pekerjaan mereka sama seperti halnya pendeta atau misionaris dipanggil ke pekerjaan mereka juga. Semua mereka sanggup ,mengerjakan karya Allah dalam tempat kerja mereka, baik melalui sifat pekerjaan yang mereka lakukan dan cara mereka menghidupi iman mereka. Selangkah lebih jauh, Allah dalam pemeliharaan-Nya, bekerja melalui berbagai pekerjaan untuk mencapai karya-Nya dalam dunia ini. Ini adalah pokok lain yang akan kami kembangkan secara lebih mendalam di pasal dua.

            Pekerjaan Anda dapat menjadi sebuah mezbah sebab pekerjaan Anda mengandung nilai yang tertanam dalam bagi Allah. Alkitab mengajarkan bahwa pekerjaan memiliki nilai berarti bagi tiga alasan uama: (1) Allah menciptakan pekerjaan sebelum masuknya dosa dan kejahatan ke dalam dunia ini, (2) Allah merancang pekerjaan bagi kita untuk memenuhi mandat untuk “menaklukkan” (menjalankan penatalayanan atas) bumi ini, dan (3) pekerjaan adalah bagian penting dari apa artinya kita dicipta dalam gambar Allah.

Kamis, 03 November 2011

Kerja adalah Arena untuk Menyatakan Iman

Allah memanggil orang untuk bekerja dalam rangka mencapai kesempatan untuk mewartakan dan memodel realitas iman kita. Melalui pekerjaan kita memiliki kesempatan untuk membangun hubungan dan mendemonstrasikan perhatian dan kepedulian untuk orang yang dengannya kita mungkin tidak memiliki hubungan. Hubungan ini menyediakan cara-cara berarti yang melaluinya Allah memberi kita arena untuk menghidupi iman kita. Perjanjian Baru menasihati gereja mula-mula untuk selalu rajin bekerja untuk menjaga kehormatan mereka dalam komunitas. Pertama Tesalonika 4:11-12 mengatakan itu demikian: “Anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka.” Pekerjaan adalah suatu peluang untuk memenangkan respek dari komunitas. Tanpa ragu Paulus mengandaikan bahwa alasan untuk seorang memiliki respek adalah memastikan bahwa tidak ada rintangan bagi penyataan yang menarik dari imannya. Kebanyakan pendeta atau misionaris tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai spiritual yang terpercaya dalam lingkungan kerja. Mereka tidak mengenal orang atau bisnis, tidak dapat terhubung dengan gumulan hari lepas hari yang kita hadapi di pekerjaan, dan kemungkinan besar akan dipandang sebagai orang luar yang tidak sanggup mengatakan banyak hal ke lingkungan bisnis. Kita, di pihak lain, mengenal mereka, bekerja di samping mereka hari lepas hari, menjalani kesukaran-kesukaran bersama mereka dan memberi mereka kesempatan untuk melihat iman kita dalam praktik nyata (asal kita menghidupinya dengan baik) hari lepas hari.

Rabu, 02 November 2011

Kerja untuk Mendukung Gereja dan Pelayanannya

Tidak saja wajib menolong mereka dalam kebutuhan, orang Kristen juga bekerja dalam rangka menolong mendukung gereja dan pelayanannya. Alkitab mengakui bahwa Allah memanggil sebagian orang untuk mendapatkan kebutuhan hidup mereka dari pekerjaan dalam gereja setempat atau ladang misi. Sebagai contoh, dalam Perjanjian Lama Allah memanggil para imam dan orang Lewi melakukan berbagai pelayanan imamat sepenuh waktu, mendapatkan keperluan hidup mereka dari persepuluhan komunitas. Mereka bergantung pada komunitas yang mereka layani untuk berbagai kebutuhan finansial mereka. Serupa dengan itu, dalam era Perjanjian Baru Allah memanggil para rasul untuk memakai kehidupan mereka menanam gereja-gereja di seluruh dunia. Sebagian terbesar dari para pemimpin gereja mula-mula bekerja untuk mendukung hidup mereka sendiri, dan terkadang para rasul bekerja juga, untuk menghindari dari menjadi beban atas gereja-gereja yang mereka layani (1Tes. 2:9). Namun demikian mereka mengakui pentingnya peran mereka sebagai rasul dan menyatakan jelas bahwa mereka behak untuk menerima dukungan dari komunitas yang mereka layani, meskipun mereka secara sukarela menyerahkan hak itu agar mengurangi pertentangan (1Kor. 9:1-15). Pekerjaan meerka bagi gereja membuat mereka berhak atas dukungan materiil. Sepanjang Alkitab kesediaan komunitas untuk mendukung mereka yang dalam pekerjaan gereja penuh waktu dianggap sebagai barometer dari kesehatan spiritualnya (Mal. 3:10). Ingat bahwa mereka yang berhak mendapat nafkah mereka dalam pelayanan gereja penuh waktu adalah perkecualian, bukan peraturan. Kebanyakan orang melayani Allah dalam perjalanan hidup keseharian mereka, dengan menaati Dia dalam rutinitas pekerjaan tiap hari, keluarga dan waktu senggang.

Selasa, 01 November 2011

Kita Bekerja Untuk Dapat Mendukung Yang Butuh

PERINTAH Allah untuk bekerja tidak saja demi kebutuhan kita dan keluarga kita. kita bekerja supaya mempunyai uang untuk bermurah hati bagi mereka yang dalam kebutuhan. Tidak sering kita berpikir demikian tentang kerja, namun Alkitab jelas bahwa salah satu alasan kita bekerja ialah untuk menolong orang yang secara ekonomi miskin. Tentu saja, ini mengandaikan bahwa kita hidup dalam batas-batas kemampuan kita dan memiliki uang utuk menolong mereka yang butuh. Paulus dengan tegas berkata: “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan” (Efs. 4:28). Anda akan memerhatikan bahwa bagian Alkitab itu tidak berkata bahwa orang harus berhenti mencuri dan bekerja supaya mereka dapat mencukupi diri mereka sendiri. Itu termasuk hal yang diandaikan. Tekanan bagian ini ialah bahwa mereka akan memiliki kelebihan agar dapat menolong orang yang tidak memiliki cukup.

            Komunitas Kristen mula-mula cukup miskin. Memang ada sebagian yang kaya, tetapi kebanyakannya adalah petani atau pedagang yang tidak jauh dari kemiskinan, khususnya jika kemalangan menyerang. Gereja mula-mula penuh dengan orang yang membutuhkan pertolongan finansial, dan secara mengejutkan Paulus mengimbau gereja tidak saja bekerja keras melakukan sesuatu yang produktif tetapi berbagi penghasilan mereka secara murah hati dengan orang miskin. Penerima dukungan tidak saja yang miskin dari kesrabat dekat tetapi juga ang lain dengan kebutuhan finansial di seluruh dunia kuno. Sebagai contoh, Paulus mendorong orang Korintus untuk memberi dengan murah hati dari kelimpahan mereka untuk menolong mereka di Yerusalem yang menjadi korban kelaparan berat (2Kor. 8:13-15).

            Yesus menjelaskan mengapa penting bermurah hati kepada mereka dalam kebutuhan. Ia menyatakan itu dalam bentuk perumpamaan:



Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar. (Luk. 14:12-14)



            Bagian yang dicetak miring mewakili ajaran Yesus. Kita sering melakukan sesuatu karena kepentingan diri sendiri – untuk mendapat sesuatu bagi diri kita sendiri. Tetapi Yesus menekankah bahwa kita melakukan hal benar bagi orang miskin meskipun mereka tidak dapat melakukan apa pun untuk membalas kita. (Yesus mengandaikan bahwa mereka tidak dapat membalas apa pun secara finansial kepada kita.) Sesungguhnya, alasan Ia menegaskan sikap murah hati kepada orang miskin justru karena mreka tidak dapat membalas kita. Pikirkan  tentang mengapa Yesus menekankan itu. Ia meminta kita untuk memerhatikan orang miskin tanpa persyaratan, tanpa pengharapan untuk mendapat balik apa pun. Bila kita bermurah hati kepada mereka yang tidak dapat membayar kita balik, itu menjadi model dari kepedulian Allah yang tanpa syarat bagi kita. Jadi, kemurahhatian kita kepada orang miskin dan mereka yang berkebutuhan adalah sebuah cermin tentang kasih Allah kepada semua manusia. Inilah sebab Alkitab, dari awal sampai akhir, menempatkan tekanan tentang memershatikan orang dalam kebutuhan. Kita bekerja agar memenuhi mandat penting ini dan mencerminkan kasih Allah yang tanpa syarat, yang merupakan inti dari sifat-Nya.

Kerja untuk Mendukung Keluarga

KITA BEKERJA DALAM RANGKA MEMELIHARA

KELUARGA / KERABAT KITA

Alkitab sama jelasnya tentang kewajiban bagi orang dewasa untuk menyediakan bagi kebutuhan keluarga mereka. Bahkan, Perjanjian Baru menegaskan itu dengan blak-blakan. Dalam tulisan kepada Timotius tentang bagaimana memerhatikan orang yang berkebutuhan, Paulus berkata, “jika ada seorang yang tidak memelihara sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman” (1Tim. 5:8). Sukar membuat kalimat itu lebih keras lagi. Jika seorang sanggup bekerja, ia wajib bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

Diandaikan bahwa orang akan terus bekerja sampai mereka tidak lagi sanggup melakukan itu. Ketika itu, menurut 1 Timotius 5:4, 8 anak-anak mereka mengambil kewajiban tersebut, menyediakan bagi orangtua dan kerabat mereka segala kebutuhan mereka.Para penulis Alkitab mengandaikan orang harus bekerja sampai mereka tidak sanggup lagi bekerja, sebab kebutuhan mereka harus dipenuhi.
Dari buku : BISNIS UNTUK KEBAIKAN UMUM