Senin, 27 Februari 2012

Tujuan Allah tidak Berubah

Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal.                                                
1 Samuel 15:29
 

Bertobat berarti mengganti pertimbangan dan mengubah rencana aksi seseorang. Allah tidak pernah berbuat demikian; Ia tidak perlu berbuat itu, sebab rencana-Nya dibuat atas dasar pengetahuan dan pengendalian lengkap yang mencakup semua hal di masa lalu, kini, kelak, sehingga tak mungkin ada suatu keadaan darurat atau perkembangan tak terduga yang membuat-Nya terkejut. “Rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun” (Mzm. 33:11). Apa yang Ia buat dalam waktu, telah Ia rencanakan dalam kekekalan; Ia mewujudkan rencana kekal-Nya ke dalam waktu. Dan semua yang dalam Firman dinyatakan akan Ia lakukan, pasti tidak akan gagal. Maka tujuan-Nya pun bersifat tidak berubah, sehingga orang beriman dapat menikmati kepastian penuh tentang warisan yang Ia janjikan, dan tentang sumpah-Nya yang tak dapat berubah yang dengannya Ia meneguhkan janji-Nya kepada Abraham, untuk menjamin Abraham dan juga semua yang menerima janji-Nya (Ibr. 6:17-19). Demikian juga dengan semua maksud Allah lainnya yang telah Ia nyatakan dalam Alkitab. Semua itu tidak berubah. Tidak ada satu bagian pun dari rencana-Nya yang kekal yang berubah.

            Memang ada sekelompok teks (Kej. 6:6-8; 1Sam. 15:11; 2Sam. 24:16; Yo. 2:13-14; Yun. 3:10) yang bicara tentang Allah menyesal. Masing-masing rujukan itu bicara tentang perubahan perlakuan Allah terhadap orang tertentu, sebagai konsekuensi dari reaksi mereka terhadap perlakuan Allah sebelumnya. Tetapi tidak ada kesan bahwa reaksi itu tidak diketahui Allah sebelumnya, atau bahwa hal itu membuat Allah terkejut, dan tidak ada persediaan dari-Nya yang Ia siapkan dalam rencana kekal-Nya. Ketika Ia mulai memperlakukan seseorang secara baru, tidak berarti bahwa rencana kekal-Nya berubah.


Pelajari ayat-ayat diatas dan tarik kesimpulan Anda sendiri.

Bapa, aku sangat beryukur kepada-Mu bahwa Engkau selalu memaksudkan yang baik untukku.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Sabtu, 25 Februari 2012

SIfat Allah Tidak Berubah

Aku Tuhan tidak berubah
Maleakhi 3:6
 

Ketegangan, kejutan, atau kerusakan otak dapat mengubah sifat manusia, tetapi tidak ada hal dapat mengubah sifat Allah. Dalam perjalanan hidup manusia, selera, pandangan dan watak dapat berubah secara radikal: seorang yang tadinya baik bisa berubah menjadi pahit dan naik pitam; orang yang baik hati bisa menjadi sinis dan kejam. Tetapi hal seperti itu tidak akan terjadi pada sang Pencipta. Ia tidak akan menjadi kurang benar atau murah hati atau adil atau baik sebagaimana Ia biasa dikenal. Hari ini dan selamanya, sifat Allah akan selalu sama, persis seperti yang dinyatakan dalam masa Alkitab.

            Allah menyatakan Nama-Nya kepada Musa sebagai “Aku ada yang Aku ada” (Kel. 3:14). Nama ini bukan deskripsi tentang Allah tetapi deklarasi tentang keberadaan-Nya yang mandiri dan ketidakberubahan-Nya yang kekal – suatu pengingat bagi manusia bahwa Ia memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri dan sebagaimana Ia ada kini Ia akan tetap demikian kekal selamanya. Dalam pasal bagian belakangan Ia menyatakan “nama TUHAN” kepada Musa dengan mendaftarkan berbagai faset sifat-Nya yang kudus (Kel. 34:5-7). Jadi dari dua rujukan ini kita belajar bahwa Allah, kini dan selamanya sama seperti Ia pernah dikenal Musa tiga ribu tahun lalu. Sifat moral Allah tidak berubah.

            Ketika menulis tentang kebaikan dan kekudusan Allah, kemurahan-Nya kepada manusia, dan kebencian-Nya terhadap dosa, Yakobus bicara tentang Allah sebagai yang di dalam-Nya “tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” (Yak. 1:17).


“Ia tidak dapat berubah menjadi lebih baik, sebab Ia senantiasa sempurna; dan karena sempurna Ia tidak dapat menjadi kurang baik” (A. W. Pink).

Sifat Allah yang tidak berubah pasti tidak mendatangi semua orang sebagai kebenaran yang menghibur. Bagaimana dampak kebenaran ini pada Anda? Ubahlah reaksi Anda jadi doa.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Jumat, 24 Februari 2012

Yesus dan Salib

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Markus 8:34


Apakah yang harus Anda lakukan jika ingin belajar arti menjalani jalan Yesus? Pertama, Anda harus melepas semua hak Anda; yaitu, berhenti memikirkan untuk mempertahankan, membesarkan, dan melindungi diri melawan ejekan, dan tidak menjadikan penegasan diri sebagai jalan hidup Anda. Dengan demikian dunia tersalib bagi saya (Gal. 6:14). Kedua, Anda harus memikul salib: yaitu, menjalani hidup di mana perkenan dan penghargaan dunia tidak mendapat tempat. Zaman itu hanya para penjahat yaitu orang-orang yang darinya perkenan dunia telah ditarik, yang memikul salib menuju hukuman mati. Dengan demikian saya tersalib bagi dunia (Gal. 6:14). Ketiga, calon murid harus mengikut Yesus dengan menerima Ia sebagai pemimpin dan pembimbing, yaitu Ia yang telah menjalani penghukuman mati-Nya dan yang ingin mengikut-sertakan para murid-Nya dalam penderitaan seperti yang Ia alami. Inilah, menurut Yesus, satu-satunya jalan menuju hidup.

            Paulus menulis: “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal. 2:20). Ini mempersatukan kedua aspek jatidiri Kristen, yaitu penerimaan akan salib Kristus sebagai akhir hidup lama kita dan pola hidup yang baru.


Apakah ungkapan tentang menyangkali diri, disalib bersama Kristus, dan mengizinkan Kristus hidup dalam kita mengusulkan bahwa kepribadian manusia kita harus ditiadakan? Jika tidak, lalu menurut Anda apa maksudnya?

Tuhan, aku tidak sepenuhnya mengerti pengajaran ini dan sepertinya aku ingin menghindarinya. Jernihkan pikiranku dan ambil ketakutanku. (Doakan hal ini juga untuk seseorang yang Anda kenal.)

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Kamis, 23 Februari 2012

Keluh Kesah Hati


Kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
Roma 8:23


Apakah yang membuat orang Kristen berkeluh kesah dalam hatinya? Hati kita berkeluh kesah tentang tubuh (maksudnya keseluruhan diri pribadi kita) yang masih mengalami gangguan dosa; insting lama yang anti Allah dan dorongan yang masih menetap, meski tidak lagi dominan. Sebagai makhluk yang telah jatuh, seluruh hasrat jasmani dan mental kita secara alami condong bersifat tidak tepat, tidak teratur, dan tidak terkendali. Kerakusan adalah salah satu bentuk hasrat tidak tepat yang menjadi masalah pada sebagian orang. Orang lain mengalami hasrat egoisnya untuk memanfaatkan sesama demi mengejar kemajuan dan keberhasilannya sendiri. Hasrat kita menjadi berlebihan dalam segala bentuk sebab masing-masing kita memiliki kepribadian khas dalam tubuh yang belum diselamatkan penuh ini. Hasrat tak teratur terus menerus mencari jalan menyesatkan kita dan ini mengakibatkan ketegangan dalam kehidupan Kristen kita.

            Orang beriman yang hatinya menyukai hukum Allah, menemukan adanya prinsip lain bekerja dalam dirinya: yaitu suatu hukum yang melawan hukum akal budi dan mencondongkan dia kepada segala bentuk ketidaktaatan dan pemuasan diri (Rm. 7:22-23). Tiap hari ia mulai dengan berkata, “Tuhan, kiranya semua hal baik adanya hari ini,” dan mengakhiri hari dengan, “Tuhan, ternyata tidak selalu baik hari ini.” Selama ia masih hidup dalam tubuh yang didiami dosa, banyak dari yang ia harapkan yang tidak ia lakukan.

            Tabiat jasmani dan keadaan kita menimbulkan berbagai kesulitan. Sebagian orang memiliki temperamen depresif, atau meledak-ledak, atau pikiran yang terbang ke sana-sini, atau sangat pemalu; ketegangan masa menopause terasa amat berat buat sebagian orang, dan semua kita harus menghadapi kegelisahan menghadapi kematian ketika usia mulai lanjut. Semua faktor ini bisa memicu dosa dan merintangi kebenaran. Semua ini pun menyebabkan keluh kesah kita.


Menghadapi realitas dosa dalam kita dan beban tubuh yang belum selamat sempurna – tidak heran kita berkeluh kesah (terkadang tidak hanya dalam hati!) Tetapi apalagi dapat kita lakukan?

Tuhan, tolongku tetap terbuka, peka akan, dan bersyukur untuk, cicipan awal yang Kau berikan dalam rohku dan dalam tubuhku tentang apa yang kelak akan kualami di surga.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Rabu, 22 Februari 2012

Melalui Mati ke Hidup

Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.
1 Korintus 4:8, 10
 

Baptisan Kristen, entah diselam, disiram, atau dipercik, sama berarti berlalu di bawah air (menandakan kematian), dan kemudian keluar dari bawahnya (menandakan kebangkitan). Kematian dan kebangkitan yang ditandai tadi bersifat jasmani (masa depan) dan spiritual (masa kini). Dan kematian spiritual serta kebangkitan yang dimaksud tidak saja peristiwa sekali untuk selamanya orang menjadi Ksristen, tetapi pengalaman berkelanjutan dari “senantiasa membawa kematian Yesus dalam tubuh, supaya hidup Yesus boleh dinyatakan dalam tubuh kita.”

            Itulah pola kehidupan Kristen. Melalui kasih yang meniadakan pementingan diri, ketaatan, aniaya karena penderitaan dan kehilangan demi Yesus, tiap hari kita masuk ke dalam ribuan kematian kecil, dan melalui pelayanan Roh, kita bangkit dari kematian-kematian kecil itu dan secara tetap masuk ke dalam pengalaman berulang dari hidup kebangkitan denga Kristus.

            Demikian itulah kehidupan iman yang secara tetap dan sadar, penuh pengharapan. Roh mendorong kita untuk menatap kepada Kristus untuk mendapatkan kekuatan moral yang kita perlukan – kelembutan, kemurahan, kesediaan untuk berbagi dan mengampuni; kesabaran, kegigihan, ketekunan, keberanian, keadilan, kesabaran, kebaikan, dan seterusnya. Dan sementara kita berdoa serta berusaha untuk mempraktikkan kebajikan itu, kita mendapatkan bahwa kita disanggupkan untuk melakukannya.
 

Apakah Anda mengalami pola itu?

Tuhan, jangan biarkan gambaran martir yang suram memikul salib membelokkanku dari memasuki pengalaman “mati ke dalam hidup” secara otentik, kaya, yang Kau ingin untuk kualami.

Dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu -oleh Dr James I Packer

Selasa, 21 Februari 2012

Interaksi Kreatif

Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Galatia 6:1
 

Larangan Yesus agar kita tidak menghakimi bukan berarti kita boleh tidak peduli tentang kesalahan kita atau orang lain. Yang Ia tentang ialah sikap mencari-cari kesalahan yang bersumber pada kepribadian bermasalah dan yang sering tidak realistis juga tidak tulus.

            Itu berbeda dari yang Paulus minta di sini: menegur sesama Kristen dengan lembut dan rendah hati agar mereka diperbaiki, dengan demikian menolong mereka untuk selalu waspada tentang kelemahan mereka. Yang tidak boleh kita lakukan ialah menerpa orang dengan kata-kata bahwa kita mencintainya, lalu menunjukkan semua kesalahannya kemudian meninggalkannya begitu saja. Kita tidak boleh menegur orang tanpa kita bersedia berusaha memulihkannya.

            Kita harus kreatif dalam relasi kita.  Itu berarti kita menciptakan situasi yang membuat kita akan didengar oleh orang lain dan yang membuat orang itu merasa bahwa kita sungguh memperhatikannya. Kita harus membuat waktu dan berdoa untuk menyusun strategi agar orang yang ingin kita nasihati akan menerimanya dan merasakan kasih kita kepadanya.

            Yesus luar biasa kreatif dalam relasi-Nya. Ia tidak pernah berbicara melebihi yang sanggup didengar orang; terkadang Ia memberikan jawaban misterius kepada pertanyaan pertama mereka sampai hal itu membuat mereka berpikir lanjut ke apa yang Ia katakan dan dapat bertanya lebih baik sehingga terjadi kemajuan. Kasih memberi-Nya empati luar biasa kepada orang lain. Kita perlu kasih seperti itu.


Kasih dan pemberian diri menandai relasi yang kreatif. Apakah hal-hal itu menandai relasi Anda dengan…? Tinjau relasi Anda di rumah, di gereja, dan dengan para sahabat Anda.

Bapa, mengasihi yang memberi diri membuat diri saya rentan. Tetapi jika Engkau sendiri memikul risiko itu, aku tidak boleh enggan.

Dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Sabtu, 18 Februari 2012

Kasih sebagai Wasit

Berjalanlah dalam kasih.
Efesus 5:2


Seorang wasit harus berusaha mengenal benar permainan olahraga yang harus ia wasiti, juga harus berada dalam posisi terbaik untuk dapat mengambil keputusan yang tepat. Dari pengalaman ia belajar bagaimana harus mengantisipasi situasi yang berkembang. Ia juga perlu dibantu oleh penjaga garis untuk mendapat masukan dari mereka; tetapi ia tidak boleh dipengaruhi oleh sorakan penonton.

            Kasih kepada Allah dan sesama kita menuntut kita bertindak seperti wasit. Pertama, kita perlu memperoleh pengetahuan menyeluruh dari seluruh lingkup kewajiban yang Alkitab minta dari kita. Kedua, kasih mengarahkan kita ke tiap situasi agar masuk ke dalam posisi terbaik untuk mengambil keputusan dengan memastikan sebanyak mungkin informasi relevan yang kita bisa dapatkan tentang sebab aktual dan konsekuensi yang mungkin terjadi.

            Ketiga, ketika kita tidak dalam posisi terbaik untuk pengambilan keputusan, entah dari kekurangan pengetahuan khusus atau melalui keterlibatan pribadi yang membiaskan penilaian kita, kasih mengarahkan kita untuk meminta usulan dari pihak yang lebih arif tentang hal apa yang harus diambil; pada saat sama, ia membuat kita surut dari mendengar orang yang memberi usul dengan suara lantang namun kurang berpemahaman baik. Keempat, kasih mengarahkan kita ke kesempatan untuk menerapkan prinsip pertimbangan yang mengutamakan manfaat poitif dan tidak menyebabkan dampak buruk menghancurkan (1Kor. 10:25-29).


Terapkan kasih dalam empat cara yang diusulkan di atas di dalam situasi sulit yang di dalamnya Anda terlibat.

Tuhan, tolongku bagaimana harus menilai situasi ini/orang ini…
Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Jumat, 17 Februari 2012

Anggota Setara

Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.
Galatia 3:28
 

Kehidupan tubuh adalah ungkapan yang dipakai untuk jejaring relasi timbal balik di mana Kristus memanggil dan menciptakan agar semua anggota tubuh membangunnya. Alkitab menjabarkan etika kehidupan tubuh ini dalam ungkapan penilaian dan pelayanan.

            Perbedaan ras, sosial, ekonomi, budaya, dan seksual yang beroperasi sebagai penghambat penerimaan dan penghargaan kita satu sama lain, tidak dapat ditiadakan. Namun demikian, batas-batas yang mereka timbulkan harus diatasi. Dalam tubuh Kristus semua harus saling menyambut dan menghargai sebagai sesama anggota (Efs. 4:25). Anda tidak mungkin berpikir tentangnya dari mengamati apa yang berlangsung dalam gereja kita, tetapi Allah ingin agar hidup dalam masyarakat baru-Nya menjadi suatu pemberontakan sempurna yang berasal dari kasih, kehendak baik, keterbukaan hati, dan persahabatan. Jadi apa yang kita mainkan di sini? Anda katakan coba!

            Pelayanan adalah kasih dalam aksi. Tubuh Kristus membangun dirinya dalam kasih (Efs. 4:16). Kasih ini lebih dari bicara manis atau senyum manis, ukurannya ialah kejahatan yang Anda hindari dan kebaikan yang Anda lakukan dalam kelakuan Anda, bagaimana gereja dibangun dan dikuatkan dalam kasih? Dengan tiap anggotanya… bekerja secara memadai dalam persekutuan: berbagi apa yang Allah karuniakan menjadi milik dan keberadaan kita. Hal berbagi ini adalah pelayanan yang orang Kristen dipanggil memasukinya. Apakah kita semua maju ke kedewasaan keserupaan dengan Kristus melalui pelayanan timbal balik (awam kepada awam dan juga kepada para pelayan gereja secara timbal balik), atau kita semua macet secara terpisah.
 

Apakah Anda berusaha habis-habisan untuk berbuat baik dan menghindari berbuat jahat kepada orang lain?

Tuhan, uruslah aku sampai aku menghargai dan melayani satu kepada  yang lain seperti yang Kau inginkan kami lakukan demi gereja-Mu dan dunia-Mu.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - Dr James I Packer

Kamis, 16 Februari 2012

Saudara-saudari dalam Kristus

Kamu semua adalah tubuh Kristus.
1 Korintus 12:27


Bersatu dengan Kristus berarti juga bersatu dengan semua lainnya yang milik Kristus. Dalam Kristus, sesama orang yang percaya Kristus adalah saudara saya, sebab keduanya termasuk keluarga yang sama. Lebih dari itu, orang itu juga bagian dari saya. Sebab keduanya terhubung secara vital dengan Juruselamat yang sama, maka kami terhubung secara vital satu kepada lain (Efs. 4:25).

            Ajaran Perjanjian Baru tentang umat perjanjian Allah, gereja, bertumpu atas dasar ini. Paulus menggambarkan kesatuan ganda ini – dengan Kristus dan dalam Kristus dengan satu sama lain – tidak kurang dengan empat metafora organis untuk gereja: tubuh Kristus, mempelai Kristus, manusia baru dalam Kristus, dan Bait Allah. Tiga dari gambaran ini menunjuk langsung kepada penundukan gereja kepada Kristus. Ia adalah kepala tubuh, suami, dan batu penjuru gereja (Efs. 1:22-23; 5:23-24; 2:20-22). Tiga dari gambaran ini menunjuk ke destini gereja dalam Kristus: tubuh, manusia baru, dan Bait tumbuh menuju kesempurnaan yang telah ditentukan (Efs. 4:12-16; 2:21). Dan tiga dari gambaran itu menunjuk ke relasi timbal balik keterlibatan dan kebergantungan secara baru yang mengikat orang yang telah diperbarui bersama dalam Kristus. Dalam tubuh, semua adalah anggota satu kepada lain; dalam manusia baru perbedaan ras, seks, dan sosial pun diatasi (Gal. 3:28; Efs. 2:15-22); dalam Bait Allah batu-batu dipersatukan menjadi integrasi kokoh (Efs. 2:21).

            Dari semua bagian ini kita belajar bahwa dalam dan di bawah Kristus, orang Kristen dipanggil untuk menyatu serasi satu dengan lainnya, saling merasa satu kepada lain, dan bersama hidup dalam kash, kesetiaan, dan kepedulian.


Secara perseorangan dan dalam gereja lokal kita, seberapa serius kita menerima pengajaran tentang kesatuan kita dengan semua orang Kristen lain dalam Kristus ini?

Tuhan, tolongku melakukan kegiatan hari ini, sebisa mungkin menjadi suatu respons sadar kepada kebutuhan orang lain (entah kebutuhan bersama, pribadi, atau pertolongan praktis).

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - karangan Dr James I Packer

Rabu, 15 Februari 2012

Agape

Istilah agape dalam bahasa Yunani untuk kasih, tampaknya adalah temuan Kristen – suatu kata baru untuk hal baru (terlepas dari duapuluh kali penggunaan kata itu dalam terjemahan Yunani Perjanjian Lama, istilah itu hampir tidak pernah muncul sebelum Perjanjian Baru). Agape menarik artinya langsung dari penyataan Allah dalam Kristus. Kasih agape bukan kasih alami, betapa pun kuatnya, tetapi suatu buah Roh secara adikodrati (Gal. 5:22). Kasih itu lebih menyangkut kehendak daripada perasaan (sebab orang Kristen harus mengasihi meski mereka tidak menyukai – Mat. 5:44-48). Kasih itu adalah unsur dasar dalam keserupaan dengan Kristus.

            Bacalah 1 Korintus 13 dan perhatikan apa yang ayat-ayat ini katakan tentang keutamaan (1-3) yang menetap di dalam kasih (8-13); perhatikan juga ciri kasih (4-7).

            Bahasa lidah, nubuatan, keahlian teologis, dan iman yang mengadakan mukjizat begitu digemari orang Kristen di Korintus; demikian juga berkurban dan menjadi martir sewaktu-waktu dituntut dari orang Kristen. Namun kasih lebih penting dari semua itu sebab tanpa kasih semua hal itu menjadi tidak bernilai, dan orang Kristen yang tanpa kasih, meski sangat berbakat dan aktif, tidak memperoleh manfaat apa pun dan tidak memberi manfaat apa-apa.

            Ayat-ayat di bagian tengah memberikan gambaran Yesus dan mengoreksi orang Korintus yang sok, suka berdebat, lancang, sombong, mementingkan diri, kritis, tidak bertanggungjawab yang membuat Paulus menyebut mereka duniawi dan bayi secara rohani.

            Bagian lebih penting dari kasih ialah fakta bahwa ia akan bertahan terus sampai hidup yang akan datang ketika semua hal seperti nubuat, bahasa lidah, dan pengajaran teologis tidak lagi diperlukan.


Apakah aku memiliki pengalaman mengasihi orang yang tidak ku sukai?

Tuhan, perlihatkan kepadaku di mana aku perlu menerima agape sejati dari-Mu dan menyatakannya untuk orang lain     

Dari Bapa Surgawi Mengasihimu- oleh Dr James I Packer

Selasa, 14 Februari 2012

Dikasihi Allah

Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.\
Yohanes 14:21


Sebagian orang bersikap negatif terhadap penekanan aspek pengalaman dalam Kekristenan. Mengapa? Karena mereka menganggap bahasa yang dipakai untuk pengalaman dengan Allah itu sarat suasana hubungan cinta antar seks. Tetapi justru memang tepatlah bahasa yang bersuasana intim demikian, sebab hubungan intim antar manusia adalah analogi terdekat dari relasi dengan Allah dan kasih surgawi-Nya kepada kita.

            Kasih manusia memang selalu dimaksudkan untuk menarik orang yang saling mengasihi untuk lebih dekat ke relasi surgawi ini. Dalam pengalaman kasih, baik manusiawi maupun ilahi, orang menjadi sangat peka akan dirinya. Tetapi puncak kesadaran diri dalam kasih seksual adalah melihat diri Anda sendiri sebagai bagian dari pribadi yang Anda kasihi sampai ke titik di mana keduanya menjadi satu entitas.

            Orang Kristen di masa lampau dan masa kini yang telah berusaha untuk membagikan kepekaan mereka akan pengalaman dikasihi dan mengasihi Allah, terkadang telah dituduh masuk ke gelombang pemahaman Hindu. Itu tentu tidak masuk akal. Dalam kepercayaan Hindu tidak ada Allah yang berpribadi, tidak ada pembedaan pribadi antara Allah dan diri saya, dan tidak ada persekutuan yang dapat kita nikmati dengan yang ilahi. Para kudus Kristen mengkontemplasikan Bapa dan Anak, yang meski secara kekal lain dari dirinya, namun terikat oleh kasih yang menyelamatkan dari-Nya. Akibat dari mengalami peningkatan kesadaran tentang hal menerima kasih dan merespons kasih inilah yang menyebabkan terjadinya bahasa kasih dalam hubungan kita dengan Allah.


Miliki pengertian jelas tentang kekhasan hubungan kasih Kristen dengan Allah dari konsep lainnya.

Ungkapkan terima kasih kepada Allah untuk semua jalan di mana Ia membuat Anda peka akan kasih-Nya kepada Anda.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Senin, 13 Februari 2012

Mintalah, Mintalah, Mintalah

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
Matius 7:7-8

Yesus mendorong para murid-Nya untuk meminta Allah memenuhi kebutuhan mereka dan berharap Ia akan menjawab (Mat. 7:7-11). Bahkan orangtua yang jahat tahu memberi hal yang baik untuk anak-anak mereka, maka jika kita tidak meminta dan tidak berharap Allah memberi hal baik untuk kita, kita menyatakan bahwa Ia bertindak lebih buruk daripada orangtua yang banyak kekurangan. Sungguh suatu sikap yang menyakiti Allah!

            Tentu saja kita harus ingat bahwa jika kita meminta sesuatu yang bukan untuk membuat kita mengalami yang terbaik, Allah akan menjawab doa yang seharusnya kita doakan bukan doa yang sudah kita mintakan. Memuaskan anak dengan apa saja yang mereka minta bukan tanda orangtua yang mengasihi, dan pengalaman menunjukkan bahwa Allah yang mengasihi kita tidak akan melakukan itu. Sebagai contoh, berulang kali kita minta agar keadaan berubah, seperti ketika Paulus meminta agar duri dalam dagingnya diambil, tetapi sebaliknya Allah memberikan kekuatan baru dan menyediakan sumber untuk menanggung situasi yang tidak berubah itu.

            Ketika Yesus berkata bahwa setiap orang yang meminta akan menerima, Ia mengandaikan bahwa mereka yang berdoa akan menjadi murid yang beres hubungan dengan Allah dan bukan memanjakan kejahatan dalam hati mereka (Mzm. 66:18). Semua orang diminta untuk ingat bahwa Allah adalah bapa yang sempurna dan percaya bahwa jika kita berdoa dengan serius memohon pertolongan-Nya, itu akan datang kepada kita entah melalui satu atau lain cara.

            Yesus berkata, mintalah, mintalah, mintalah! Sebab Allah adalah Bapa yang sempurna, Ia tidak akan gagal untuk mendengar dan merespons kita. Jadi kita harus berdoa tentang kebutuhan kita dan mulai menantikan jawaban-Nya.


Apakah Anda memperlakukan Allah seolah Ia kurang mengasihi dan kurang baik dibanding bapa manusia?

Mintalah pengampunan untuk sikap salah dan berdoalah bagi terjadinya pertumbuhan sikap benar yang baru.

Dari Bapa Surgawi Mengasihimu - karangan Dr James I  Packer

Sabtu, 11 Februari 2012

Berdoa dalam Roh

Oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.
Efesus 2:18

Apakah sesungguhnya maksud “berdoa dalam Roh” itu? Apakah kita harus berdoa dengan cara tertentu? Atau apakah itu berarti bila Roh berdoa dalam kita, kita tidak perlu lagi berdoa?

            Pertama, berdoa dalam Roh berarti berusaha, mengklaim, memanfaatkan akses kepada Allah melalui Kristus. Lalu, orang Kristen memuja dan mensyukuri Allah karena Ia telah menerima kita melalui Kristus dan karena mengetahui bahwa melalui Kristus doa-doanya didengar. Ketiga, ia meminta pertolongan Roh untuk mengerti dan melakukan apa yang membawa kemuliaan bagi Kristus, sambil menyadari bahwa Kristus dan Roh Kudus sendiri pun bersyafaat untuknya sementara ia bergumul untuk berdoa agar kehidupannya benar (Rm. 8:26-27, 34). Akhirnya, Roh memimpin orang percaya untuk berkonsentrasi pada Allah dan kemuliaan-Nya dalam Kristus dengan perhatian yang terfokus dan berkelanjutan serta hasrat yang kuat yang tidak dikenal oleh siapa pun kecuali dikaruniakan oleh-Nya secara rohani.

            Berdoa dalam Roh berarti berdoa dari hati, doa yang terbit dari kesadaran akan Allah, diri, orang lain, kebutuhan, dan Kristus. Entah doa itu keluar secara lisan sebagaimana doa-doa dan puji-pujian yang dicatat dalam Alkitab, atau tidak terutarakan secara lisan seperti ketika orang sedang dalam keadaan menatap Allah secara kontemplatif dalam suasana kasih atau dalam doa glosolali yang dipraktikkan kaum karismatik. Ia yang hatinya mencari Allah melalui Kristus berdoa dalam Roh.
 

Bagaimanakah Anda mendefinisikan berdoa dalam Roh? Bagaimana ajaran Alkitab tentang hal itu?

Gunakan doa dalam Efesus 3:14-29, dengan penyesuaian seperlunya, untuk berdoa bagi diri Anda sendiri, bagi gereja Anda, dan sahabat Kristen Anda.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Jumat, 10 Februari 2012

Tempat Rahasia

Berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.
Matius 6:6

Nasihat Yesus agar kita berdoa, memberi, berpuasa secara rahasia tidak berarti Ia menolak ibadah bersama atau merendahkan pentingnya persekutuan dan kesaksian. Maksud Yesus, inti dari kemuridan pribadi adalah hubungan hati secara pribadi dengan Bapa surgawi. Cara untuk memastikan bahwa relasi itu berjalan baik adalah kita menyediakan waktu cukup agar Anda dan Allah dapat bersama, saling memerhatikan, dan tidak diganggu dengan hal-hal yang menghancurkan kehidupan orang munafik: yaitu keinginan dilihat dan dipuji orang atas kegiatan rohaninya.

            Seorang anak yang ingin menyampaikan sesuatu yang penting kepada ayahnya sering berbisik, atau berkata, “Papa, bisakah kita bicara berdua saja di suatu tempat? Ada sesuatu yang ingin saya katakan.” Yesus berkata bahwa “yang murni hatinya” (Mat. 5:8) sering kedapatan melakukan hal seperti itu dengan Bapa. Kita perlu melakukan itu, sebab sebagai manusia yang berdosa kita cenderung mencari pujian dan sambutan orang lain lebih daripada pujian dari Allah. Hal itu mengancam para pengkhotbah, tetapi orang awam pun tidak kebal darinya. Yesus ingin agar kita secara teratur menyendiri dengan Bapa yang memeriksa kedalaman hati dan mengetahui tidak saja yang terlihat oleh orang lain, tetapi juga bagaimana kita ketika tidak ada orang melihat kita.

            Tanamkan dalam-dalam bahwa apa yang kita buat ketika tidak ada orang lain menunjukkan kesejatian diri kita. Allah melihat ketika tak seorang lain melihat, dan karena itu Ia tahu kita apa adanya.

Pikirkan ini: “Siapa seseorang adalah saat ia berlutut sendirian di hadapan Allah, itulah sejatinya ia dan tidak lebih.”

Bawa dalam doa, bagaimana prioritas waktu Anda menyendiri dengan Allah?

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Kamis, 09 Februari 2012

Sepenuhnya Allah, Sejatinya Manusia

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa… Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
Yohanes 1:14, 18


Diri dan pelayanan Yesus demikian sentral dalam iman Kristen. Apakah Yesus yang Anda pahami dan imani, sesuai dengan paparan Alkitab tentang-Nya?

            Anak Allah, tanpa berhenti sebagai Allah, telah menjadi manusia untuk menyatakan Bapa dan menyelamatkan orang berdosa: itulah pesan injil rasuli. “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa” (1Tim. 1:15). Yesus dari Nazaret adalah Kristus – sang Mesias, yaitu Raja-Juruselamat yang diurapi Allah yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama – dan Ia adalah Tuhan kita, sebab Ia adalah Kristus dan Allah.

            Inkarnasi (berasal dari bahasa Latin dan secara harfiah berarti – menjadi daging) adalah suatu misteri – suatu fakta ilahi yang kita tahu riil adanya meski kita tidak tahu bagaimana itu mungkin terjadi. (Dalam arti sama Tritunggal pun adalah suatu misteri.)

            Injil menampilkan Yesus sebagai manusia sejati dalam seluruh seginya, dan Paulus menyebutnya sebagai “Adam terakhir,” “representasi manusia yang kedua” meskipun pada saat yang sama Ia berasal “dari surga” (1Kor. 15:45, 47). Namun Ia tetap adalah Anak Allah, seperti sebelum Ia berinkarnasi. Hal yang darinya Ia mengosongkan diri dalam inkarnasi adalah kemuliaan-Nya, bukan keilahian-Nya (Fil. 2:7).


Menjadi “lebih Kristen” seharusnya membuat kita lebih, bukan kurang, manusia. Dalam perenungan berikut Anda boleh membaca dan merenungkan kehidupan Yesus, memakai Alkitab dan jika ada, menyelidik salah satu buku penelitian tentang “kehidupan Kristus,” untuk menemukan model Allah untuk kemanusiaan sejati.

Yesus, tolongku meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir dan membaca tentang-Mu serta bicara kepada-Mu. Kiranya aku melihat Engkau lebih jelas, lebih mencintai-Mu, dan mengikut-Mu lebih dekat.

Dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Rabu, 08 Februari 2012

Jalan Masuk Satu-satunya

Kata Yesus…: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Yohanes 14:6


Dengan ayat ini Yesus mengatakan: Ya, hubungan kasih kekeluargaan dengan Allah mungkin terjadi melalui relasi dengan Aku dan pelayanan pengantaraan dari-Ku. Menjadi anak Allah dalam arti jaminan kemurahan dan kemuliaan, bukan suatu fakta kehidupan kodrati, tetapi suatu karunia anugerah adikodrati. “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah” (Yoh. 1:12).

            1 Petrus 3:18 membahas dokrin keanakan melalui anugerah: “Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah.” Anak tunggal Bapa yang telah mati untuk kita membawa kita kepada Bapa sebagai saudara-saudari-Nya; demikianlah kita diangkat anak. Tetapi orang yang tidak percaya tetap asing dari hak istimewa ini – mereka tetap dalam keterhilangan mereka dari hidup kekal.

            Orang yang menolak Injil tidak menerima manfaat apa pun dari karya pengantaraan Yesus Kristus. “Kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu” (Yoh. 5:40), ucap Yesus. Orang yang tidak mengalami pengangkatan sebagai anak tidak bisa menyapa Allah sebagai Bapanya, dan akibatnya hidup mereka tidak semarak. Betapa pun mereka memiliki kesan yang kuat tentang Allah, dan betapa pun kuat kerinduan mereka untuk mengenal Dia, hanya ada satu jalan mereka dapat menemukan Dia sebagai Bapa, yaitu melalui berurusan dengan dan menerima pengurusan yang dilakukan oleh Anak Allah, Yesus Kristus, Tuhan yang hidup. Karena kecuali melalui keanakan tidak ada keselamatan, maka di luar Yesus yang memberikan pengangkatan kita, “di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis. 4:12).


Apakah saya malu membicarakan kebenaran ini kepada orang lain, sebab hal itu sering membuat orang tersinggung dan mengatakan kita sempit?

Tuhan, jika diejek cupat adalah bagian dari memikul salib yang menyinggung orang lain, kiranya saya bersedia memikulnya daripada tidak memperkatakannya.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Selasa, 07 Februari 2012

Apa Uniknya Iman Kristen?

Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,
Titus 3:4-5


Apakah keunikan dalam kepercayaan Anda sebagai orang Kristen?

            Kepercayaan lain mengandaikan kesanggupan kita untuk mendapatkan perkenan Allah dengan perbuatan benar dan memberikan kita bimbingan terinci tentang bagaimana melakukannya; tetapi Kekristenan mengatakan bahwa dosa telah sedemikian menghancurkan kita sampai kita tidak mungkin melakukan hal itu. Memenuhi hukum Allah ada di luar kemampuan kita; kita salah dan tak berdaya, sama sekali tidak sanggup untuk menyelamatkan diri sendiri, sehingga kita harus diselamatkan, melalui tindakan pihak lain.

            Iman lain mengarahkan kita untuk mengikuti ajaran pendiri mereka – orang termashur yang telah meninggal; tetapi Kekristenan: mengidentifikasi  pendirinya sebagai inkarnasi Allah, yang mati untuk dosa kita dan bangkit kembali untuk mengaruniakan pengampunan, menyatakan bahwa Ia hidup dan memanggil kita untuk memercayai Dia dan karya penyelamatan-Nya, dan menjadikan Ia obyek ibadah dan pelayanan kita. Penyelamatan melalui kasih Anak Allah, yang menjelma menjadi manusia, yang telah menanggung hukuman Bapa atas dosa-dosa kita, dan telah bangkit dari kematian untuk memerintah selamanya, adalah tema tanpa tandingan dalam agama-agama dunia.

            Kekristenan menyatakan bahwa mereka yang bertobat dari dosa dan menaruh percaya dalam Yesus Kristus diciptakan baru di inti keberadaan mereka oleh Roh Kudus. Mereka disatukan dengan Yesus Kristus dalam kehidupan kebangkitan-Nya, sifat hati mereka diubahkan, sehingga dorongan terdalam mereka kini bukan lagi tidak menaati Allah dan melayani diri sendiri, tetapi menyangkali diri dan menaati Allah. Dengan demikian mereka dilahirkan kembali ke dalam suatu hidup persekutuan dengan Kristus, jaminan, pengampunan, dan keanakan dari Allah dan diberikan pengharapan dan kesukaan yang tak akan terkalahkan. Tidak ada yang seperti ini dalam agama lain.


Apakah saya melihat dan menyatakan Kekristenan kepada orang lain seolah semacam ajaran moral atau sebagai kebenaran sejati?

Tuhan, saya akui kembali bahwa Engkau adalah kebenaran akhir, dan tertinggi.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - karangan Dr James I Packer

Senin, 06 Februari 2012

Dari Apa Kita Diselamatkan?

Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah.
Ibrani 7:25
 

Menurut Paulus dalam Roma, kita diselamatkan dari beberapa hal. Kita diselamatkan dari dosa, yaitu dinamika permusuhan terhadap Allah yang ada pada para roh jahat. Semua manusia memiliki sifat dosa, yang mendorong mereka ke jalan ketidaktaatan sehingga “tidak ada yang benar, seorang pun tidak” (Rm. 3:10). Inilah keadaan alami manusia yang membuatnya bertindak seolah dirinya Allah dengan menjadikan diri pusat dunia dan melawan Allah dengan menolak klaim-Nya sebagai pencipta yang sejati.

            Kita diselamatkan dari keberadaan di bawah Hukum yang merangsang sifat dosa ke dalam tindakan, dan mengabaikan kecaman tentangnya dalam segala bentuk dan ungkapannya. Hukum dalam dirinya baik adanya dan menjanjikan hidup bagi mereka yang melakukannya sepenuhnya, tetapi untuk manusia menjadi berakibat buruk sebab menimbulkan alergi pada sifat moral kita yang telah dijangkiti dan dikuasai oleh dosa.

            Kita diselamatkan dari murka Allah bukan karena Allah bertabiat jelek tetapi karena Ia bertindak demikian dalam kebenaran. Kebenaran akan dinyatakan penuh dalam penghakiman akhir tetapi sudah dinyatakan dalam bentuk dosa melahirkan dosa dan menambahkan kesusahan, kecemaran moral, dan kekacauan sosial.

            Kita diselamatkan dari kematian – yaitu kekuatan destruktif yang meniadakan semua maksud baik Allah untuk kepenuhan hidup manusia dengan menceraikan kita dari hidup Allah. Kematian beroperasi secara rohani dan jasmani sekarang ini dan akan dialami makin kuat dalam eksistensi mendatang yang hanya tepat disebut sebagai kematian kekal.

            Keselamatan berarti kita diselamatkan dari tatanan yang di dalamnya dosa, Hukum, murka, dan kematian adalah kekuatan yang dominan.

            Kita diselamatkan dari semua ini – tetapi untuk apa? Jawaban Paulus ialah bahwa kita diselamatkan untuk hidup bersama Tuhan dan menyerupai Tuhan.


Pikirkan ulang penjelasan di atas dalam bahasa biasa – bukan teologis, seolah Anda sedang menulis atau bicara kepada seorang yang tidak mengenal gereja dan meminta penjelasan dari Anda.

Tuhan, saya rindu agar semua orang dapat diselamatkan dari semua perkara mengerikan itu, khususnya orang yang saya kasihi.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Sabtu, 04 Februari 2012

Untuk Apa Kita Diselamatkan?


Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku.
Yesaya 43:12


Umat Allah dalam Perjanjian Lama diselamatkan, pertama untuk bersekutu dengan Allah Juruselamat mereka yang telah menemui mereka di Sinai dan menjadikan diri-Nya Tuhan yang seterusnya akan bersama mereka senantiasa. “Mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka” (Kel. 25:8).

            Kedua, mereka diselamatkan untuk taat kepada Allah – Allah yang memberi mereka hukum-Nya di Sinai. “Selamatkanlah aku! Aku hendak berpegang pada peringatan-peringatan-Mu” (Mzm. 119:146). Dalam mazmur, keselamatan tidak merupakan tujuan ketaatan melainkan merupakan dasar untuk ketaatan – keselamatan melahirkan ketaatan.

            Ketiga, mereka diselamatkan untuk menikmati shalom: yaitu kedamaian dan kebahagiaan dari Allah di tanah yang Allah berikan kepada mereka. Mereka diselamatkan untuk kekudusan, keutuhan, kesehatan, dan keserasian dalam kehidupan mereka bersama, sebab semua ini adalah bagian dari pengertian shalom. Dan ketika Allah menetapkan kalender perayaan untuk mereka di Tanah Perjanjian, semua tiga hari perayaan itu (Roti Tidak Beragi dan Paskah, Hari Raya Minggu-minggu atau Panenan, dan Hari Raya Kemah Sembahyang) serta pemberian hasil pertama dari tanah masing-masing orang, secara jelas berkait dengan Keluaran dan dijadikan kesempatan untuk memuji dan mensyukuri keselamatan dari Allah.

            Dalam Perjanjian Baru, unsur khas dari dispensasi yang lama memberi jalan untuk yang mereka bayangkan dalam dispensasi yang baru. Kini Allah meluputkan dari perbudakan rohani, perbudakan dosa dan Iblis, dan memberikan suatu hidup surgawi, hidup dunia baru, melalui Kristus sang Juruselamat yang Ia tetapkan.


Apakah saya menikmati semua tujuan keselamatan ini?

Tuhan saya perlu keselamatan dalam wilayah ini: … (Katakanlah secara spesifik).

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Jumat, 03 Februari 2012

Bagaimana Allah Menyelamatkan Kita

Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!
Roma 5:10


Kita diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Anak-Nya. Kematian-Nya menebus kita dan penyelamatan mengandung arti pembebasan melalui pembayaran harga tebusan. Kematian Yesus untuk dosa kita juga mengalahkan Iblis. Dengan gamblang Paulus bicara tentang Kristus menaklukkan Iblis dan para pengikutnya, melucuti para penguasa dan kuat kuasa, memecundangi mereka secara publik seperti yang biasa dilakukan seorang jenderal ketika memimpin prosesi terdiri dari para tawanan dan taklukan sesudah perang yang dimenangi – dan semua ini, kata Paulus, terjadi di salib (Kol. 2:14-15). Jadi Allah pertama menyelamatkan semua melalui peristiwa Salib, dan melambangkan kemenangan itu dalam Kebangkitan.

            Kedua, Allah menyelamatkan melalui pelayanan Kristus yang terus menerus menemukan dan memelihara mereka yang untuknya Ia telah mati, membawa mereka ke dalam anugerah, memanggil mereka ke dalam iman, bersyafaat untuk mereka supaya mereka menemukan anugerah untuk menolong mereka dalam saat kebutuhan (Ibr. 4:16), melindungi mereka ketika dunia, daging, dan iblis menyerang, dan akhirnya mengubah mereka ke dalam keserupaan dengan-Nya. Ia akan mengubah tubuh dari keadaan rendah ke keadaan yang menyerupai tubuh kemuliaan-Nya, kata Paulus (Fil. 3:21). Itulah bagian dari pengharapan Kristen, tubuh yang serasi dengan roh yang diperbarui.

            Ketiga, Allah menyelamatkan kita melalui pelayanan Roh Kudus yang diterima oleh orang beriman sebagai meterai Allah untuk menandai mereka sebagai milik-Nya dan membawa mereka mengalami bagian awal keselamatan yang akhirnya akan menjadi milik mereka penuh bersama Kristus dalam kemuliaan (Efs. 1:13-14).

            Jika kita bertanya apa motivasi Allah mengerjakan semua ini untuk kita, jawabnya semua hanya karena anugerah, karena belas kasihan yang tidak layak dan tidak kita usahakan, karena kemurahan yang sama sekali bertentangan dengan ketidaklayakan kita, kasih untuk yang tidak patut dikasihi. Perjanjian Baru mengatakan itu berulang-ulang.


Jika penyelamatan kita telah menuntut Allah berkurban demikian besar, dapatkah kita berharap menolong orang lain untuk menerima keselamatan dari Allah dengan mudah, murah, nyaman?

Tuhan Yesus, selamatkan kami hari ini dengan hidupMu di dalamku.

Dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Kamis, 02 Februari 2012

Keluputan Dahsyat

Bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu?
Ibrani 2:3


Dalam kedua Perjanjian, kita temukan bahwa keselamatan adalah tema utamanya. Ada dua faktor tetap dalam pengungkapannya. Pertama, Allah selalu adalah pihak yang meluputkan. Dalam kedua Perjanjian, Ia ditinggikan sebagai Juruselamat. Juga Ia nampak sebagai yang menyelamatkan melalui para juruselamat, manusia seperti para hakim dalam Perjanjian Lama dan Yesus Anak-Nya yang tunggal dalam Perjanjian Baru. Ia adalah Raja, dan dalam kedua Perjanjian kita melihat tindakan-Nya yang berdaulat, dan jaya. Dalam kedua Perjanjian tindakan-Nya itu diikuti oleh mukjizat – yaitu karya penciptaan baru yang memimpin orang ke dalam keselamatan yang sejatinya adalah kehidupan kebaruan.

            Faktor tetap kedua ialah manusia yang diluputkan. Mereka adalah para pendosa; lebih tepatnya, mereka adalah kelompok manusia yang jelas berdosa; sesungguhnya, mereka adalah benih Abraham, kawanan yang dalam Perjanjian Baru mengerucut ke dalam diri Yesus Kristus sendiri dan kemudian melalui Dia meluas menjadi suatu kawanan internasional dari para Kristen yang percaya. Dalam bagian Alkitab seperti Roma 4 dan Galatia 3, Paulus meletakkan prinsip dasar bahwa mereka yang diselamatkan, baik Yahudi maupun asal kafir, diselamatkan bersama Abraham yang setia itu. Artinya, kita diselamatkan dalam sifat kita sebagai benih dari Abraham yang setia dengan jalan berbagi dalam iman Abraham.

            Keselamatan, untuk umat Allah mencakup tiga periode waktu: masa lalu, kini, dan akan datang. Orang percaya menatap balik ke karya penyelamatan Kristus di salib, yang meluputkan mereka dari kesalahan dosa mereka. Mereka menatap ke depan ke karya penyelamatan Kristus pada saat kedatangan-Nya kembali kelak, membawa keselamatan untuk mereka yang kini menatap kepada-Nya, untuk akhirnya meluputkan mereka dari pencobaan dosa (Ibr. 9:28). Dan pada masa kini dalam pengalaman keseharian mereka, mereka bersukacita karena keluputan dari kekuasaan dosa.


Apakah saya menghayati ketiga aspek waktu tentang keselamatan tadi?

Pujilah Allah atas dasar Titus 3:5, 7 dan 1 Korintus 1:18.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - karangan Dr James I Packer

Rabu, 01 Februari 2012

Siapakah orang Kristen?

Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Yohanes 1:12-13


Siapakah orang Kristen? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan banyak cara, tetapi jawaban paling bernas yang saya tahu ialah bahwa seorang Kristen adalah seorang yang memiliki Allah sebagai Bapanya. Karunia keanakan terhadap Allah menjadi milik kita, bukan melalui kelahiran tetapi melalui kelahiran baru. Karunia itu adalah anugerah sebab ia bukan merupakan keanakan alami tetapi melalui pengangkatan. Rasul menyatakan bahwa Allah demikian mengasihi mereka yang diselamatkan oleh Kristus di salib-Nya sehingga Ia mengadopsi mereka semua menjadi pewaris-Nya, untuk melihat dan berbagi kemuliaan yang dari dalamnya Anak tunggal-Nya telah datang.

            Pertanyaannya ialah: Apakah saya tahu jatidiri saya? Saya adalah anak Allah, Allah adalah Bapa saya; surga adalah rumah saya; tiap hari berarti sehari lebih dekat mencapai surga. Juruselamat saya adalah kakak saya; semua orang Kristen adalah saudara saya juga. Ucapkan itu berulang-ulang kepada diri Anda, pertama sekali di pagi hari; terakhir di malam hari; sambil Anda menunggu kendaraan umum; kapan saja pikiran Anda bebas; dan minta agar Anda dapat menghidupinya dengan pengetahuan dan kepercayaan penuh tentang kebenarannya. Inikah rahasia kebahagiaan hidup Kristen? Ya, pasti, tetapi kita memiliki sesuatu yang lebih tinggi dan lebih mulia untuk dikatakan. Inilah rahasia Kristen tentang orang Kristen, hidup yang menghormati Allah, dan yang merupakan aspek-aspek dari situasi yang sungguh penting untuk orang Kristen.


Banggakah saya akan Bapa saya dan keluarga-Nya yang karena anugerah saya ada di dalamnya?

Bagikan dengan Allah  jawaban jujur Anda kepada pertanyaan tadi.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - karangan Dr James I Packer