Senin, 30 April 2012

Stop Mencuri!

         Jangan mencuri!
         Keluaran 20:15

Kasih kepada sesama menuntut kita menganggap pribadinya (perintah keenam) dan pernikahannya (perintah ketujuh) sebagai hal yang kudus, juga harta miliknya dan semua yang ia patut terima.

        Di balik perintah itu terdapat pandangan alkitabiah tentang kepemilikan: yaitu, kepemilikan adalah penatalayanan. Menurut hukum manusia, milik saya adalah apa yang saya miliki dan yang bisa saya buang kapan saya mau, itu berbeda dari sesuatu yang saya hanya diizinkan untuk menggunakan sebagai peminjam atau orang yang dipercayakan di bawah syarat yang ditentukan oleh pemilik aslinya. Orang yang memercayai Alkitab tahu bahwa apa yang hukum manusia katakan sebagai milik saya – uang saya, harta, hak legal, dan gelar – sesungguhnya saya terima sebagai harta yang Allah percayakan untuk saya kelola. Menyangkut perumpamaan Yesus (Mat. 25:14-30) hal-hal itu adalah talenta, yang dipinjamkan oleh Tuhan kepada saya secara sementara untuk dipakai bagi Dia. Suatu hari saya akan diminta memberi pertanggungjawaban tentang bagaimana saya mengelola sumber-sumber yang ke atasnya saya diberikan hak pengendalian itu.

         Pencobaan untuk mencuri – yaitu mengurangi apa yang merupakan hak orang lain – muncul karena orang berdosa selalu secara insting ingin memiliki lebih dan melebihi orang lain. Persaingan buta, yang juga menyatakan kecemburuan buta, adalah hakikat dari kesombongan si iblis ketika ia berontak terhadap Allah, dan kesombongan Kain ketika membunuh Habil, dan kesombongan Ribka serta Yakub yang mencuri hak kesulungan Esau; hal itu adalah hakikat keserakahan yang tak kenal puas yang dihukum dalam perintah kesepuluh yang dalam dirinya adalah penyebab dari tindakan mengambil yang dilarang dalam perintah kedelapan. Tetapi Allah tidak menginginkan kita memiliki apa saja yang tidak kita dapatkan dengan cara terhormat. Satu-satunya sikap benar kepada milik orang lain adalah perhatian bahwa kepemilikan sungguh dihormati.

Apakah Kisah rasul 2:43-47 membuat perintah ini tidak berlaku? Berikan alasan Anda!

Tuhan, tolong tunjukkan aku jika aku tidak menghormati milik sesamaku atau apa yang layak untuk ia. (Misalnya, sudahkah saya mengembalikan buku yang saya pinjam?)…

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Sabtu, 28 April 2012

Orangtua dan Anak

Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu. Keluaran 20:12

Cara kita berkelakuan sebagai anak dan orangtua adalah ujian utama tentang kemanusiaan kita dan kesalehan kita. Kasih – kasih penuh perhatian dari orangtua yang menghargai anak-anak mereka dan yang ingin melihat mereka dewasa, serta kasih penuh syukur dari anak-anak yang menghormati orangtua mereka dan ingin melihat mereka puas – adalah suatu kebutuhan dalam diri kita.
           Hari-hari ini ada kebutuhan besar untuk keluarga-keluarga Kristen kembali belajar bagaimana harus hidup sebagai keluarga Kristen. Dalam masyarakat yang makin modern kebiasaan keluarga besar telah menyusut ke kebiasaan keluarga inti saja; kemakmuran dan gaya hidup modern telah membuat keluarga berubah fungsi menjadi unit ekonomi, dan semua kecenderungan ini telah memperlemah relasi keluarga. Para orangtua semakin sibuk sehingga tidak dapat memberi waktu memadai untuk anak-anak, lalu orang semakin menyamakan diri dengan kebudayaan generasi muda masa kini, semakin cenderung meperlakukan orangtua mereka sebagai orang-orang yang ketinggalan zaman dan tak berguna. Tetapi hukum kelima mengingatkan kita untuk kembali ke aturan Allah.
           Menghormati orangtua berarti memberi respek atas tugas dan relasi mereka kepada kita, entah bagaimana pun pertimbangan kita tentang keterbatasan dan kehidupan pribadi mereka. Teman sekolah saya dulu berhasil secara mengagumkan dalam karier akademisnya tetapi menjadi malu tentang orangtuanya (ayahnya adalah tukang roti), dan tidak lagi bersedia mengunjungi atau mengizinkan mereka mengunjunginya. Tetapi orang tidak bisa mengklaim dirinya mengasihi sesamanya sementara mereka acuh kepada orangtuanya sendiri. Beberapa dari kita perlu bertobat tentang hal ini.

Apakah Anda menghormati orangtua Anda? Apakah sebagai gereja kita menghormati orang yang lebih tua di antara kita? Apakah dalam hal ini orang Kristen memberikan teladan?
Tuhan, terima kasih untuk orangtuaku – untuk kualitas dan tindakan baik mereka.
Dikuyip dari Bapa Surgawi Mengasihimu karangan Dr James I Packer (Waskita Publishing - 0812-270-24-870/waskitapublishing@gmail.com)

Jumat, 27 April 2012

Tempat untuk Seks

         Jangan berzinah.
         Keluaran 20:14

Apakah tempat dan tujuan seks? Allah ingin agar pengalaman “menjadi satu daging” merupakan ungkapan dan peninggian yang disadari oleh para pasangan, yang karena telah saling memberi diri, kini mereka bersama saling memiliki, masing-masing memerlukan pasangannya demi terjadinya kelengkapan dan keutuhan (Kej. 2:18-24). Inilah kasih yang pasangan suami-istri lakukan ketika mereka menyatu tubuh. Anak-anak dilahirkan dari relasi ini tetapi itu bersifat sekunder; yang mendasar ialah pengayaan relasi mereka sendiri melalui tindakan saling mengenal secara berulang sebagai pribadi-pribadi yang saling memiliki secara eksklusif dan tanpa reserve. Jadi tempat untuk seks ialah dalam kesetiaan timbal balik seumur hidup, yaitu dalam pernikahan, di mana ungkapan seksual semakin kaya sementara pasangan suami-istri makin saling mengalami kesetiaan kasih masing-masing dalam relasi total.
        Dari sini mengikuti bahwa seks tidak resmi di luar nikah (disebut perzinahan jika salah satu sudah menikah, percabulan jika belum) tidak dapat memenuhi ideal dari Allah, sebab sifatnya yang tidak memenuhi konteks kesetiaan yang dijanjikan. Dalam seks kasual, seorang pria bukan mengasihi seorang perempuan tetapi memakai dan menyalahgunakannya (meski si perempuan bisa jadi mau menerima perlakuan itu). Demikian juga masturbasi sendirian tidak memenuhi ideal dari Allah; seks ditujukan untuk relasi, bukan untuk pemuasan diri. Dan relasi yang dimaksudkan bersifat heteroseksual semata; Allah melarang dan menghukum praktik homoseksual.
        Pada masa kini perlu dinyatakan, bahkan diteriakkan, bahwa menjalani kehidupan yang tidak mengalami tindakan seksual jasmani karena Allah menginginkan itu, tidak menyebabkan bahaya atau membuat kepribadian orang menjadi kerdil. Tidak semua yang ingin memiliki partner seksual yang bisa mendapatkannya, tetapi apa yang Allah panggil untuk kita jalani akan Ia sanggupkan untuk kita menjalaninya.

Apakah kita bersikap seolah dosa seksual adalah dosa terburuk dari dosa lain dan bahwa pengampunan total untuknya tidak mungkin terjadi? Apakah sikap ini alkitabiah?
Berdoalah ntuk diri Anda atau orang lain yang bergumul tentang pencobaan seksual.
Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - Dr james I Packer (Waskita Publishing)

Kamis, 26 April 2012

Tidak Menyebut Nama Allah Sembarangan

Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan.
Keluaran 20:7

“Sembarangan” berarti “tidak sesuai kenyataannya.” Yang dilarang ialah segala penggunaan Nama Allah yang kosong, sembrono, atau tidak tulus. Paling tidak ada tiga hal yang tersentuh disini:
           Pertama, tidak hormat: yaitu, berbicara atau berpikir tentang Allah yang menghina-Nya dengan tidak menerima secara serius hikmat dan kebaikan-Nya. Ayub memberikan kurban mewakili anak-anaknya sementara mereka masih hidup karena takut bahwa “Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati"; dan sesudah mereka mati istrinya dalam kepahitan menganjurkan dia untuk “mengutuk Allah lalu mati,” ia tidak bersedia melakukan itu (Ay. 1:5; 2:9-10). Apabila perhatian diri yang berdosa membuat kita membenci Allah atas apa yang Ia izinkan terjadi, kita telah melanggar perintah ketiga ini.
           Hal kedua adalah bahasa buruk: yaitu, menggunakan nama Allah yang kudus sebagai perkataan sumpah menyuarakan perasaan yang tidak kudus. Penghinaan yang banyak orang ucapkan, seperti “Ya Allah,” atau “O Tuhan Yesus” – mungkin bukan dosa terburuk, tetapi merupakan suatu pelanggaran menjijikkan terhadap perintah ketiga sebab ia tidak mengungkapkan iman atau ibadah.
          
Hal ketiga adalah yang perlu kita berikan perhatian khusus, yaitu tentang memenuhi janji, yang sering kita perhatikan. Jika kita telah menyebut Allah dengan nama-Nya dalam rangka menguatkan perkataan kita, adalah suatu kesalahan mengerikan bila kemudian kita melupakannya. Ketika Yesus menegur keras orang Farisi yang mengatakan bahwa kita tidak bersalah membatalkan sumpah asal tidak dilakukan dengan Nama Allah, menegaskan bahwa kita tidak dapat menyingkirkan Allah dari transaksi apa pun. Ia ada dimana-mana. Semua janji dibuat dalam hadirat-Nya dan melibatkan Dia entah Nama-Nya disebut atau tidak.

Apakah dalam ketiga hal tadi Anda telah menyebut Nama Allah dengan sia-sia? Apa harus Anda buat jika seseorang melakukan itu di depan Anda?
Tuhan, aku akui bahwa aku telah memperlakukan Nama-Mu sembarangan dalam hal…
Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu karangan Dr James I Packer

Rabu, 25 April 2012

Menomorsatukan Allah

Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. - Keluaran 20:3

Allah lain apa saja bisa kita miliki selain Tuhan? Banyak. Untuk umat Israel, para Baal orang Kanaan, yaitu para dewa alam yang menyenangkan yang penyembahan kepadanya meliputi kegiatan gelojoh, mabuk, dan pelacuran bakti. Untuk kita pun masih saja dewa-dewa besar Seks, Uang, Perut (tritunggal tak kudus yang berasal dari satu ilah: diri sendiri), serta tiga lain yang memperbudak kita: yaitu, Nikmat, Harta, dan Posisi, yang penyembahan kepadanya disebut sebagai “hawa nafsu daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup” (1Yoh. 2:16). Untuk sebagian orang Sepakbola, Usaha, dan Keluarga juga merupakan allah masa kini. Memang daftar macam-macam allah masa kini itu tidak pernah berakhir, sebab apa saja yang siapa pun izinkan mengatur hidupnya menjadi allahnya dan para penggugat hak prerogatif atas hidup itu berlegion banyaknya. Pencobaan yang menyangkut dasar kehidupan, bisa berwujud binatang buas berkepala banyak.
          Apa artinya secara praktis untuk saya menomorsatukan Allah? Kira-kira seperti ini. 101 hal yang harus saya lakukan tiap hari dan 101 tuntutan yang saya tahu harus saya penuhi, semuanya harus dapat dilihat sebagai usaha pelayanan kasih kepada Allah, dan saya harus melakukan yang terbaik dalam segala hal demi Dia saja.
        
 Lalu saya akan menemukan bahwa, melalui karya Roh Kudus yang rahasia yang diketahui dari dampaknya, maksud saya untuk menyenangkan Allah memberi saya energi baru untuk semua tugas dan relasi saya – energi yang tanpa Roh tidak akan saya miliki. Kekecewaan karena perhatian berlebihan ke diri sendiri menghambarkan gairah hidup. Kebahagiaan melakukan sesuatu dan mengasihi orang lain tumbuh besar ketika Allah dipertamakan.

Apakah praktisnya Allah sungguh yang pertama dalam hidup Anda?
Tuhan, aku mengerti bahwa… dapat menjadi / adalah berhala. Aku ingin bertindak untuk memastikan bahwa Engkau saja yang kusembah. Tolong aku.
Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Pacler

Selasa, 24 April 2012

Jangan ada Allah Lain

Janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu.
Keluaran 34:14

Ada dua macam kecemburuan dalam manusia, dan hanya satu yang jahat. Cemburu jahat adalah ungkapan dari sikap, “aku ingin apa yang kau punya. Aku benci kamu sebab aku tidak mendapatkannya.” Tetapi ada lagi jenis kecemburuan yang lain – gairah untuk melindungi relasi kasih, atau membalasnya ketika relasi kasih pecah. Alkitab selalu melihat kecemburuan Allah sebagai aspek dari kasih perjanjian-Nya untuk umat-Nya. Perjanjian Lama menganggap perjanjian Allah sebagai pernikahan dengan Israel, membawa bersamanya suatu tuntutan untuk kasih dan kesetiaan tanpa syarat. Penyembahan kepada berhala-berhala dan semua relasi kompromi dengan para penyembah berhala bukan Israel merupakan ketidaktaatan dan ketidaksetiaan, yang dilihat Allah sebagai perzinahan rohani, dan membangkitkan kecemburuan serta pembalasan-Nya.
          Kita harus ingat juga, bahwa kecemburuan Allah atas umat-Nya mengandaikan kasih perjanjian-Nya; dan kasih ini bukan perasaan mesra yang sementara, kebetulan dan tanpa tujuan, tetapi adalah ungkapan dari maksud ilahi yang berdaulat. Sasaran dari kasih perjanjian Allah ialah bahwa Ia memiliki suatu umat di bumi selama sejarah berlangsung, dan sesudah itu Ia akan memiliki semua umat-Nya yang setia dari segala zaman bersama Dia dalam kemuliaan.

Haruskah kita cemburu bagi Allah (lihat 1Rj. 19:10-14)? Bagaimana?
Bapa, jadikanku sangat peka tentang berhala dalam bentuk apa pun – terutama ketika ia tampil dalam sesuatu yang baik.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu oleh Dr James I Packer

Senin, 23 April 2012

Sepuluh Hukum

Lalu Allah mengucapkan segala firman ini:  "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku…  Jangan mengingini rumah sesamamu;…atau apapun yang dipunyai sesamamu." - Keluaran 20:1-3, 17

Janganlah kita seperti orang Farisi, yang mengetahui isi Sepuluh Hukum namun tidak sungguh menangkap maksudnya.
          Allah memberi perintah ini kepada Israel dalam sifat-Nya sebagai Yahweh, Allah dan Penebus mereka. Kesetiaan kepada Allah mereka dan ungkapan syukur atas karya anugerah-Nya harus menjadi motif bagi ketaatan mereka. Hukum diberikan kepada mereka bukan agar mereka berusaha mendapatkan perkenan dan penerimaan-Nya (yang sudah mereka terima) melainkan untuk membimbing mereka dalam menghidupi kehidupan yang menyukakan Dia dan membawa mereka ke kepenuhan berkat-Nya.
          Meski sembilan perintah berbentuk pernyataan negatif, di dalamnya tersirat prinsip positif: yaitu, berikan kesetiaan total Anda kepada Allah; dalam segala perlakuan dengan-Nya, pikirkan Dia saja sebagaimana Ia telah menyatakan diri-Nya dan bukan dalam pengertian lain; selalu menghormati; pakai hari istirahat mingguan Anda untuk menyembah Penciptamu dan Penebusmu serta tolonglah orang lain; hormati dan kasihi sesamamu dan usahakan kesejahteraan mereka; hormati kekudusan janji nikah dan integritas lawan jenis; hormati kemilikan; berlakulah benar dan jujur; puaslah akan apa yang Allah berikan kepadamu.
          Meski dinyatakan dalam ungkapan tindakan yang kelihatan, perintah itu menyentuh hati, memanggil kita untuk berhasrat dan bersikap benar.
          Perintah-perintah itu diberikan sebagai tuntutan perjanjian Allah atas Israel, tetapi prinsip yang mewujud di dalamnya berpulang ke penciptaan. Yang mereka tunjukkan ialah kenyataan hidup yang ideal, bukan saja bagi umat Israel tetapi juga bagi semua manusia.
         
Jika Sepuluh Hukum bersifat positif, mengapa mereka dipaparkan dalam kalimat negatif?
Tuhan, saya kembali memohon tentang ketaatan dalam hal berikut…

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu oleh Dr James I Packer

Jumat, 20 April 2012

Berpusat dan Serupa Kristus

Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, Filipi 3:8

Kehidupan yang berpusatkan Kristus dan hati nurani yang lembut adalah ciri lanjut dari kehidupan yang bertumbuh dalam anugerah. Paulus berkata bahwa ia telah menanggung kehilangan segala sesuatu demi Kristus dan ia menghitung semua hal itu sebagai sampah (kotoran) dibandingkan dengan apa yang ingin ia capai, yaitu Kristus (Fil. 3:7-11). Ia bersedia membiarkan segala sesuatu lenyap agar ia boleh menangkap Kristus sepenuhnya. Ia membangun hati nurani yang peka tentang apa saja yang bisa merintangi pencapaian sasaran tersebut. Dan jika kita bertumbuh dalam anugerah, kita juga akan membangun sikap hidup berpusatkan Kristus dan hati nurani yang lembut.
          Lalu ada kasih dan insting untuk memberi. Kedua hal ini juga adalah tanda tentang pertumbuhan dalam anugerah. Kita menyaksikan kasih yang dewasa dalam diri Yesus. Bahkan di salib kasih menang, tidak saja karena Ia di sana karena mengasihi tetapi sebab di tengah derita dahsyat-Nya, perhatian utama-Nya tetap adalah untuk memberkati dan menjadi berkat bagi orang lain. Kepada Bapa-Nya, dengan mewakili orang lain, Ia berkata, “Bapa, ampunilah mereka; sebab mereka tidak tahu apa yang mereka buat” (Luk. 23:34); kepada ibu-Nya: “Ibu, lihatlah anakmu” (Yoh. 19:26); dan kepada pencuri di salib: “Hari ini juga engkau bersama-Ku di Firdaus” (Luk. 23:43). Seperti Yesus, hidup kita harus semakin bercirikan kasih dan kemauan untuk membawa kebaikan bagi orang lain.
          Apakah hati nurani Anda semakin peka tentang hal dan maksud yang membuat Anda menjauh dari kemuridan yang tangguh? Bahkan ketika ada kesulitan, masihkah Anda ingin menjadi berkat bagi sesama?
         Terima kasih Tuhan, untuk setiap tanda bahwa Engkau sedang bekerja dakam hidup dan sifatku. Aku sadar bahwa aku kurang bertumbuh dalam hal…
Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Kamis, 19 April 2012

Iman dan Penyerahan

Karena iman Abraham… berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
Ibrani 11:8


Iman dan penyerahan adalah dua lagi ciri yang terdapat dalam seseorang yang sedang tumbuh dalam anugerah.

            Iman dari satu pihak adalah memercayai Kristus sebagai Juruselamat; dari pihak lain iman adalah “dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr. 11:1) – di atas dasar ini orang bersedia mengambil risiko bagi Allah dan menerima ketidakamanan untuk dirinya. Beberapa waktu lalu seorang yang saya jumpai di toko elektronik berkata, “Apa yang benar-benar Anda percayai, adalah hal yang untuknya Anda ingin hidup.” Ibrani 11 penuh dengan orang-orang yang bersedia untuk mempertaruhkan hidup mereka bagi Allah. Abraham berangkat tanpa mengetahui ke mana ia pergi sebab ia yakin ke mana Tuhan memimpinnya. Musa meninggalkan Mesir, bukan takut kemarahan raja tetapi “karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa” (Ibr. 11:24-25). Ini hanya dua contoh dari banyak lainnya.

            Sering kita dipanggil untuk memperlihatkan iman kita dengan menyerahkan keamanan kita dalam satu atau lain wilayah hidup. Barangkali dalam keamanan finansial kita harus menyerahkannya atau keamanan kenyamanan hidup di suatu tempat yang kita sukai sampai Allah berkata kepada kita, “Aku ingin engkau pindah ke suatu tempat dan memulai suatu pekerjaan baru bagi-Ku.” Panggilan itu datang dalam cara berbeda, tetapi ketika ia datang pertumbuhan dalam anugerah akan terlihat dari cara orang bersangkutan mengungkapkan iman dalam menerima risiko merespons panggilan. Sebenarnya itu bukan risiko, sebab satu-satunya tempat teraman di dunia ini adalah di dalam kehendak Allah.


Apakah Allah meminta Anda menyerahkan keamanan Anda dalam suatu wilayah hidup tertentu?

Tuhan, jika Engkau memanggilku… buat itu jelas dan buat aku ingin untuk memercayai dan menaati-Mu.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - Dr. James I Packer

Rabu, 18 April 2012

Menata Dunia Pribadi Meniti Sukses Sejati


KITA MEMILIKI GADGET-GADGET CANGGIH PENATA JADWAL
ALMANAK KOMPUTERISASI DAN BERBAGAI NOTES BERPEREKAT UNTUK MENOLONG KITA MENATA BISNIS DAN HIDUP SOSIAL KITA TIAP HARI. NAMUN BAGAIMANA DENGAN SISI LAIN HIDUP KITA – SISI SPIRITUAL KITA?

Salah satu medan perang abad baru ini ialah dunia pribadi tiap orang. Nilai-nilai kebudayaan modern membuat kita cenderung untuk percaya bahwa pribadi yang sibuk dan aktif secara publik adalah orang paling sukses, paling spiritual.

Karena tergoda memberi perhatian tidak seimbang kepada dunia publik dengan mengorbankan dunia pribadi, kita terlibat dalam lebih banyak program, rapat, dlsb. Tanggung jawab kita yang sangat padat di rumah, kerja, dan gereja mengakibatkan terbentuknya banyak orang yang berada di tepian keruntuhan diri.

Dalam buku Menata Dunia Pribadi Meniti Sukses Sejati ini, tepat pada waktunya Gordon MacDonald memperlengkapi generasi masa kini untuk menghidupi kehidupan dari dalam ke luar, menumbuhkan kemenangan batin yang perlu untuk keefektifan publik.

Dengan antusiasme penuh saya merekomendasi buku ini untuk Anda semua, yang seperti saya, perlu keteraturan dalam dunia pribadi Anda.
Charles Swindoll, Chancellor, Dallas Theological Seminary

Buku ini adalah instrumen utama yang Allah pakai untuk memotivasi saya mengintegrasikan disiplin-disiplin spiritual ke dalam perjalanan keseharian saya bersama Kristus… Saya ngeri membayangkan di mana saya kini andai tak pernah membaca buku ini sebelumnya.
Bill Hybels, Pendeta Senior, Willow Creek Community Church

Gordon MacDonald telah menggembalakan gereja selama lebih dari empat puluh tahun. Kini ia melayani sebagai editor kepala untuk Leadership Journal dan sebagai ketua World Relief. Buku-bukunya antara lain The Life God Blesses, Renewing Your Private Passion, Rebuilding Your Broken World, dan When Men Think Private Thoughts. MacDonald sering dapat dijumpai mendaki gunung di New England atau Swiss dengan istri dan cucu-cucunya.

14 x 21 cm, 280 hlm., kertas impor - Rp. 60,000.-

Kerendahan Hati dan Pujian

Aku adalah yang paling hina dari semua rasul - 1 Korintus 15:9
Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus - Efesus 3:8
Akulah yang paling berdosa - 1 Timotius 1:15

Kerendahan hati dan gairah memuji adalah sepasang yang mencirikan pertumbuhan dalam anugerah. Alkitab penuh dengan orang-orang yang merendahkan diri di hadapan Allah dan doksologi yang memuji Allah. Hati yang sehat ialah yang berlutut dalam kerendahan hati serta bangkit dalam puji dan puja. Mazmur-mazmur menegaskan ini berulang kali. Demikian juga Paulus dalam surat-suratnya memaparkan kerendahan hati serta luapan doksologi. Lihatlah tiga deskripsi dirinya dalam ayat-ayat di atas, yang berasal dari sekitar tahun 59, 63, dan 64. Dengan berjalannya waktu ia makin merendah; ia tumbuh ke bawah! Dan sementara penilaian dirinya merendah, demikian juga luapan pujian serta pujaannya untuk Allah yang telah sedemikian ajaib menyelamatkannya, semakin meningkat.
          Tidak ragu, belajar memuji Allah pada segala waktu untuk semua yang baik dari-Nya adalah tanda bahwa kita sedang tumbuh dalam anugerah. Seorang pendahulu saya dalam pelayanan pertama saya dalam jemaat meninggal dalam penderitaan sangat berat karena kanker. Tetapi di antara serangan-serangan derita yang sampai membuat ia harus menyumbat mulutnya dengan seprei agar tidak sampai menggigit lidah, ia berulang-ulang meneriakkan: “Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku” (Mzm. 34:1). Itulah gairah memuji yang menegaskan diri dalam kesusahan dahsyat tak terbayangkan.
         
          Pupuklah kerendahan hati dan gairah memuji jika Anda ingin tumbuh dalam anugerah.
Apakah Anda ingin kita sekaligus rendah hati dan juga berkeyakinan diri? Jika demikian, mengapa tampaknya hal itu mustahil?
Tuhan, aku kekurangan sukacita. Tolongku hari ini untuk merunduk di hadapan-Mu, dan bangkit untuk memuji-Mu atas segala hal tentang diri-Mu untukku, dan pemberian atau janji-Mu untukku.
Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Selasa, 17 April 2012

Tumbuh dalam Anugerah

Bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
2 Petrus 3:18


Mengapa sebagian orang Kristen puas dalam keadaan rohani yang kerdil? Mungkin mereka sama sekali tidak tahu bahwa kita diminta untuk bertumbuh. Yang lain mungkin takut untuk berubah. Atau sebagian lainnya membandingkan diri dengan orang Kristen lain dan merasa diri sudah cukup baik. Kita semua harus menerima isu pertumbuhan rohani ini dengan lebih serius.

            Pertumbuhan dalam anugerah tidak dapat sepenuhnya disamakan dengan pertumbuhan jasmani, namun ia dapat terjadi dan dapat diketahui. Apakah kita tumbuh atau tidak, akan terlihat dari respons kita kepada saat krisis dan tekanan tak terduga. Semakin jauh kita telah bertumbuh, semakin mantap kita berdiri, dan semakin kuat tekad kita untuk taat.

            Karena setiap kita berbeda, pertumbuhan dalam anugerah tidak sama cepat dan tidak menghasilkan pengalaman yang sama. Namun sasarannya untuk tiap kita sama – kita harus menghasilkan kepenuhan buah Roh dalam kehidupan kita dan menjadi serupa penuh dengan Tuhan kita.

            Kita sendiri tidak dapat menilai dengan baik apakah kita telah tumbuh dalam anugerah sebab sebagian besar dari pertumbuhan itu terjadi tanpa kita sadari. Tetapi dalam batas tertentu kita dapat mengenali terjadinya pertumbuhan dengan menanyakan pertanyaan berikut.  Apakah hal yang kini dapat saya buat yang tadinya tidak sanggup saya lakukan tanpa pertolongan kekuatan-Nya? Mengambil contoh rasul Petrus, ia akan menjawab “Tuhan telah memberikanku kestabilan dan hikmat yang tadinya tidak kumiliki.” Demikian juga Yohanes yang tadinya dijuluki anak halilintar, telah berubah menjadi rasul kasih. Seperti itulah proses pertumbuhan menyatakan dirinya dalam dia.


Apakah yang telah Tuhan lakukan untukku yang tidak sanggup aku buat sendiri?

Terima kasih Tuhan, untuk bukti pertumbuhan anugerah dalam hati saya. Aku ingin terus bertumbuh sebagai seorang Kristen, tolong aku mengalaminya demi Yesus.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu oleh Dr James I Packer

Kamis, 12 April 2012

Nafas Hidup Allah & Gereja

Roh Kudus dan tugas gereja – keduanya berjalan bersama, bergandengan. Kita tidak dapat membicarakan keduanya secara terpisah. Terlepas dari apa yang mungkin Anda pikirkan mengenai kegemparan dalam generasi terakhir tentang pengalaman-pengalaman spiritual baru, Allah tidak memberikan Roh Kudus kepada manusia untuk membuat mereka menikmati pengalaman spiritual yang setara dengan kenikmatan berada di Disneyland sepanjang hari. Tentu saja, jika Anda sedang sedih dan murung (atau bahkan jika sedang tidak), angin segar dari Roh Allah memang dapat dan sering kali memberikan Anda suatu perspektif baru tentang segala sesuatu dan, di atas segalanya, suatu kesan tentang hadirat, kasih, penghiburan, bahkan kesukacitaan Allah. Tetapi maksud pemberian Roh ialah menyanggupkan mereka yang mengikut Yesus untuk memberitakan ke seluruh dunia bahwa Ia adalah Tuhan, bahwa Ia telah menang atas kekuatan-kekuatan jahat, bahwa sebuah dunia baru telah terbuka dan bahwa kita diikutsertakan untuk membuat hal itu terjadi.
           Saya di sini menggunakan kata ‘gereja’ dengan agak berat hati. Saya tahu untuk kebanyakan pembaca kata ‘gereja’ sendiri akan membawa nuansa tentang bangunan yang besar dan suram, pernyataan-pernyataan agama yang sombong, kekhidmatan semu dan kemunafikan berlebihan. Tetapi tidak ada alternatif yang mudah. Saya pun merasakan beban citra negatif itu. Dalam profesi saya, saya memeranginya sepanjang waktu.
           Tetapi ada sisi lain dari gereja, yang memperlihatkan semua tanda angin dan api, burung yang melayang-layang di atas air yang menghadirkan hidup baru itu. Untuk banyak orang, ‘gereja’ hanya berarti kebalikan dari semua citra negatifnya. Gereja adalah tempat terjadinya sambutan dan tawa, penyembuhan dan pengharapan, sahabat dan keluarga serta keadilan dan kehidupan baru. Gereja adalah tempat para tuna wisma mampir sejenak untuk mendapatkan semangkok sup, dan bagi para lansia untuk mengobrol dengan seseorang. Tempat sebuah kelompok bekerja untuk melayani para pecandu narkoba, dan kelompok lain berkampanye untuk keadilan global. Suatu tempat Anda dapat menjumpai orang belajar berdoa, menjadi beriman, bergumul dengan pencobaan, mendapatkan tujuan baru dan kuasa baru untuk melanjutkan hidup. Di sanalah tempat orang membawa iman mereka yang kecil dan mendapati kesatuan iman tersebut menjadi lebih besar dari jumlah bagian-bagiannya, ketika mereka berkumpul dengan orang lain untuk menyembah Allah yang sejati. Tidak selalu gereja dalam kondisi seperti itu. Tetapi sejumlah besar gereja seperti itu dalam sebagian besar waktunya.
           Juga tidak boleh kita lupakan gereja di Afrika Selatan yang berjuang dan berdoa, menderita dan bergumul, sehingga perubahan besar terjadi dan apartheid digulingkan, serta sebuah kemerdekaan baru hadir di tempat itu, semua terjadi tanpa banyak pertumpahan darah seperti yang sempat diduga akan terjadi. Juga, gerejalah yang tetap hidup dan berada di pusat Eropa Timur yang menganut paham komunis lama, dan yang akhirnya, dengan prosesi lilin dan salib, menyatakan dengan jelas bahwa cukup adalah cukup. Terlepas dari segala kebodohan dan kegagalannya, gerejalah yang ada di belakang rumah sakit, sekolah, penjara dan banyak lagi tempat lainnya. Saya lebih suka merehabilitasi kata ‘gereja’ daripada  gagal mengkonfrontasi tentang makna sejatinya dengan frasa yang bertele-tele seperti ‘keluarga umat Allah’ atau ‘semua yang percaya dan mengikut Yesus’ atau ‘kelompok orang, yang dalam kuasa Roh, menyebabkan lahirnya ciptaan baru.’ Tetapi, itulah yang saya maksudkan.
Dikutip dari Hati & Wajah Kristen: Terwujudnya Kerinduan Manusia & Dunia oleh Dr NT Wright

Rabu, 11 April 2012

Nafas Hidup Allah (1)

Saya baru saja membuka jendela di suatu pagi musim semi yang indah cerah. Angin segar semilir berembus di sekeliling taman. Di kejauhan terdengar derak api unggun sementara seorang petani membersihkan sebagian sampah musim dingin. Di dekat jalan menuju laut, tampak seekor burung melayang-layang di atas sarangnya. Di sekeliling terkesan alam ciptaan sedang mengebas sisa-sisa musim dingin yang menutupinya, bersiap menyongsong pancaran hidup baru.
          Semua ini (yang tidak saya buat-buat) adalah gambaran orang Kristen perdana bagi sesuatu yang sama aneh dengan kisah tentang Yesus, tetapi juga yang sama nyata dalam kehidupan mereka sendiri. Mereka bicara tentang embusan dahsyat angin yang melewati rumah dan memasuki mereka. Mereka bicara tentang lidah-lidah api yang turun atas mereka dan mengubah mereka. Mereka mengambil gambaran, dari kisah penciptaan purba, burung yang melayang-layang mengerami air yang kacau untuk menghasilkan keteraturan dan melahirkan hidup.
          Bagaimana lagi Anda akan menjelaskan hal yang tak terjelaskan, kecuali dengan menggunakan gambaran-gambaran yang bergerak cepat dari dunia yang kita kenal?
          Benar, ada sesuatu yang mestinya dijelaskan. Para pengikut Yesus sama dibingungkan dengan kebangkitan-Nya sama seperti mereka dibingungkan dengan banyak perkataan-Nya. Mereka tidak pasti tentang apa yang sebaiknya mereka lakukan kemudian. Mereka tidak jelas tentang apa yang Allah akan lakukan kemudian. Pada satu kesempatan, mereka kembali ke usaha mereka menangkap ikan. Pada kesempatan lain, ketika mereka menatap Yesus sebelum Ia lenyap dari penglihatan untuk terakhir kalinya, mereka masih bertanya kepada-Nya apa semua hal aneh itu berarti impian lama tentang Israel akhirnya akan menjadi kenyataan. Inikah saatnya, tanya mereka, Israel akan menerima kerajaan, akan bebas dalam pengertian seperti yang mereka dan orang sezaman mereka harapkan?
          Sebagaimana sering kali terjadi, Yesus tidak menjawab pertanyaan itu secara langsung. Banyak pertanyaan kita kepada Allah yang tidak dapat dijawab secara langsung, bukan karena Allah tidak mengetahui jawabannya tetapi karena pertanyaan kita tidak tepat. Seperti pernyataan C. S. Lewis, kebanyakan pertanyaan kita, dari sudut pandang Allah, mirip seperti orang bertanya, “Kuning itu persegi atau bulat? atau, “Satu mil itu berapa jam?” Dengan lembut Yesus menyingkirkan pertanyaan semacam itu. “Itu bukan urusanmu,” ujar-Nya. “Engkau tidak perlu tahu tentang saat dan masa yang Bapa telah tetapkan menurut kuasa-Nya sendiri. Tetapi kamu akan menerima kuasa ketika Roh Kudus turun ke atasmu; dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan di Yudea dan Samaria, sampai ke ujung-ujung bumi” (Kisah Para Rasul 1:6-8).
Dari: Hati & Wajah Kristen: Terwujudnya Kerinduan Manusia & Dunia oleh NT Wright

Kamis, 05 April 2012

Perjamuan Kudus (4)

 Barangkali masalah terbesar yang orang Kristen Protestan hadapi tentang perjamuan ini ialah anggapan bahwa ini adalah semacam “perbuatan baik,” yang manusia “lakukan” dalam rangka mendapatkan perkenan Allah. Sebagian orang Protestan masih merasa seperti itu tentang apa saja yang “dilakukan” dalam gereja, meski kecuali kita mutlak diam dan tidak berkata apa pun, kita pasti kedapatan “melakukan” sesuatu dalam ibadah kita bersama. Bahkan memilih untuk senyap seperti dalam pertemuan Quaker, adalah suatu pilihan untuk melakukan sesuatu – yaitu untuk berkumpul bersama dan berdiam diri. Memang ada bahaya bahwa upacara yang bertele-tele akan melupakan apa maksud sesungguhnya dan berubah menjadi tujuan akhirnya sendiri. Pikirkan ulang tentang cangkir gelas dan cangkir plastik: ada sebagian gereja yang hanya memikirkan cangkir gelas terbaik yang dapat dibeli dengan uang, tetapi tidak lagi ada orang yang memedulikan tentang mutu anggur di dalamnya. Setara dengan itu, ada lagi sebagian yang sangat bangga telah bebas dari mementingkan soal cangkir gelas anggur dan memilih cangkir plastik, tetapi mereka pun memusatkan perhatian pada hal luar ketimbang arti sejatinya.
Anda lihat bahwa bahaya itu tidak terbatas hanya pada gereja-gereja yang cenderung disebut high-church (Catatan penerjemah: ungkapan high-church mengacu ke gereja-gereja dalam kalangan Gereja Anglikan yang menekankan kesinambungan historis dengan Kekristenan Katolik dan memelihara tradisi tentang otoritas, keuskupan, dan hakikat sakramen.) Bahaya itu juga tidak saja terjadi ketika orang menekankan pentingnya membuat tanda salib di saat sama dan dengan cara yang sama; itu juga terjadi ketika orang suka mengangkat tangan dalam penyembahan, atau melakukan sesuatu yang lain. Terkadang saya merasa heran bercampur geli ketika suatu gereja telah meniadakan paduan suara berjubah dan organis karena itu terkesan terlalu ‘profesional,’ dan kemudian membayar setengah lusin orang untuk mengatur sound system, cahaya, dan overhead projector. Apa pun yang harus dilakukan selama penyembahan dapat menjadi suatu ritual yang dijalani untuk kepentingannya sendiri. Demikian juga, apa pun yang perlu dilakukan semasa ibadah dapat dilakukan sebagai tindakan syukur yang murni, suatu respons gembira kepada anugerah yang bebas.
Sesudah mengatakan itu, kini kita mengerti apa yang dimaksud ketika seperti yang dilakukan dalam sementara tradisi Kristen, perjamuan itu disebut sebagai suatu “kurban.” Hal ini telah membangkitkan pertentangan cukup lama, dan ada dua kesalahan yang terjadi dalam perdebatan itu. Pertama, orang sering kali mengandaikan bahwa maksud dari kurban dalam Perjanjian Lama, adalah para penyembah “melakukan” sesuatu untuk memperoleh perkenan Allah. Bukan begitu. Itu bertumpu pada kesalahmengertian tentang Hukum Yahudi sendiri, di mana kurban dituntut oleh Allah dan dipersembahkan dengan ucapan syukur, bukan sebagai usaha untuk menyogok atau membujuk Allah tetapi sebagai suatu cara merespons kasih-Nya. Tentu saja kita tidak dapat mengetahui apa yang terdapat dalam hati orang Yahudi purba sementara mereka beribadah. Pasti sistem itu tidak dirancang sebagai cara untuk membelokkan tangan Allah tetapi untuk merespons kasih-Nya.
Kedua, kebingungan terus menerus terjadi tentang hubungan antara pelayanan pemecahan roti dan kurban yang dipersembahkan oleh Yesus di salib. Orang Katolik biasanya berkata keduanya satu dan sama, dan itu dijawab oleh Protestan bahwa tafsiran Katolik terlihat sebagai usaha mengulang sesuatu yang telah terjadi sekali untuk selamanya, dan tidak dapat diulang lagi. Protestan biasanya berkata bahwa pelayanan pemecahan roti adalah suatu kurban yang berbeda dari kurban yang dipersembahkan oleh Yesus – mereka melihatnya sebagai “kurban syukur” yang dipersembahkan oleh orang yang beribadah – dan itu direspons oleh Katolik bahwa tafsiran Protestan adalah semacam usaha untuk menambahkan sesuatu kepada kurban sempurna yang telah Yesus berikan, yang (menurut mereka) hadir secara “sakramental” dalam roti dan anggur.
Saya percaya kita dapat meninggalkan pertikaian steril tadi dengan menempatkan diskusi kita tentang ibadah di dalam gambaran lebih besar tentang surga dan bumi, tentang masa depan Allah  dan masa kini kita, dan tentang cara di mana kedua hal itu bertemu dalam Yesus dan Roh. Dalam wawasan dunia alkitabiah (yang lebih sering diabaikan ketimbang disalahkan oleh pemikiran modern), surga dan bumi tumpang tindih, dan itu terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Yesus dan Roh merupakan penanda utamanya. Dalam cara yang sama, pada tempat dan saat tertentu masa depan Allah dan masa lalu Allah (yaitu peristiwa-peristiwa seperti kematian dan kebangkitan Yesus) tiba di masa kini – bagaikan ketika Anda harus duduk dalam sebuah perjamuan dan mendapati kakek-nenek buyut Anda dan cucu-buyut Anda, datang untuk turut serta bersama Anda. Begitulah cara waktu Allah bekerja. Itulah sebab penyembahan Kristen seperti itu.
Saya percaya hal ini menentukan kerangka yang tepat bagi semua pemikiran kita tentang ibadah, dan semua diskusi tentang kehidupan sakramental gereja. Yang lainnya adalah catatan kaki, temperamen, tradisi, dan – mari kita hadapi – soal suka-tidak-suka perseorangan (begitulah saya menyebut hal yang merupakan pendapat pribadi saya) dan prasangka irasional (begitulah saya menyebutnya jika menyangkut pendapat Anda). Dan di titik itu dua perintah utama dalam Hukum Allah (kasihi Allah, kasihi sesama) harus mengingatkan kita apa yang harus kita lakukan. Sebagai orang Kristen kita harus berharap agar kita dituntut untuk mengasihi dan bersabar. Mari kita tidak merampasi diri dan gereja kita dari kenikmatan penuh yang ada dalam tindakan inti ibadah Kristen dengan membuat perjamuan itu menjadi kesempatan untuk bertikai.
Dikutip dari buku Hati & Wajah Kristen: Terwujudnya Kerinduan Manusia & Dunia oleh N. T. Wright - 0812-270-24-870 / waskitapublishing@gmail.com

Rabu, 04 April 2012

Arti Perjamuan Kudus (3)


... tidak saja masa lalu yang maju ke masa kini. Jika pemecahan roti adalah salah satu saat penentu ketika sekat tipis antara surga dan bumi menjadi tembus pandang, hal ini juga merupakan salah satu saat penentu ketika masa depan Allah datang bergegas ke dalam masa kini. Seperti bani Israel yang masih di padang gurun, mencicipi makanan yang dibawa oleh para pengintai dari perjalanan rahasia mereka ke Tanah Perjanjian, dalam pemecahan roti kita mencicipi ciptaan baru Allah – ciptaan baru yang prototipe dan asalnya adalah Yesus sendiri.
 Itulah satu sebab mengapa Ia berkata, “Inilah tubuh-Ku” dan “Inilah darah-Ku.” Kita tidak perlu teori-teori metafisika rinci dengan istilah-istilah Latin yang panjang untuk mengerti maksudnya. Yesus – Yesus yang sejati itu, Yesus yang hidup, Yesus yang diam di surga dan memerintah atas bumi juga, Yesus itu yang telah mendatangkan masa depan Allah ke dalam masa kini – tidak saja ingin memengaruhi kita, tetapi ingin menyelamatkan kita; tidak saja memberikan kita informasi, tetapi menyembuhkan kita, tidak saja memberi kita sesuatu untuk kita pikirkan, tetapi ingin memberi kita makan, mengenyangkan kita dengan diri-Nya sendiri. Itulah maksud perjamuan itu sesungguhnya.

Dari Hati & Wajah Kristen: Terwujudnya Kerinduan Manusia & Dunia oleh Dr. N. T. Wright
Info: 0812-270-24-870 / waskitapublishing@gmail.com

Selasa, 03 April 2012

Arti Perjamuan Kudus (2)


Kedua, perjamuan ini bukan suatu peragaan magis simpatis, sebagaimana yang sering dikhawatirkan oleh pihak Protestan. Tindakan ini, seperti halnya tindakan-tindakan simbolis lain oleh para nabi masa purba, menjadi salah satu titik tempat surga dan bumi bertemu. Paulus berkata, “setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1Kor. 11:26). Ia tidak memaksudkan bahwa perjamuan merupakan kesempatan baik untuk khotbah. Seperti halnya jabatan tangan atau ciuman, lakukan itu ucapkan itu.
            Ketiga, karena itu pemecahan roti tidak juga sekadar peristiwa untuk memperingati sesuatu yang telah terjadi dulu kala, seperti kecurigaan orang Katolik bahwa itulah yang dipercaya orang Protestan. Ketika kita memecah roti dan meminum anggur, kita mendapati diri kita turut bersama para murid di Ruang Atas. Kita disatukan dengan Yesus sendiri sementara Ia berdoa di Getsemani dan berdiri di hadapan Kayafas serta Pilatus. Kita menjadi satu dengan-Nya sementara Ia tergantung di salib dan bangkit dari kubur. Masa lampau dan kini datang bersama. Peristiwa-peristiwa dari zaman dulu disatukan dengan makanan-minuman itu yang kita ambil dan berbagi di sini dan kini.

Dikutip dari buku Hati & Wajah Kristen oleh NT Wright
0812-270-24-870 / waskitapublishing@gmail.com

Senin, 02 April 2012

Arti Perjamuan Kudus (1)

Perjamuan Tuhan, Perjamuan Kudus, Ekaristi, Misa. Entah kita menyebutnya dengan nama apa tidak jadi soal. Tidak, sama sekali tidak masalah. Ada masa ketika peperangan dahsyat teologis, budaya, dan politis berlangsung tentang bagaimana Anda menafsirkan apa yang dikatakan dan dilakukan pada ibadah pemecahan roti (jika kita memberinya nama yang netral), dan label apa yang Anda berikan untuknya. Masa itu praktis telah lewat. Tanpa disadari oleh setiap orang sepanjang dua abad terakhir telah terjadi penyatuan antara kebanyakan gereja Kristen tentang apa yang mereka pikir terjadi di pelayanan ibadah utama ini, apa artinya, dan bagaimana agar kita mendapatkan yang terbaik darinya. Tentu saja masih ada sisa-sisa masalah. Saya harap bagian ini akan mulai menyingkirkan sebagian dari sisa masalah itu.
 Tiga hal sebagai pembukaan. Pertama, kita memecah roti dan minum anggur bersama, menceritakan kisah Yesus dan kematian-Nya, sebab Yesus tahu bahwa tindakan ini akan menjelaskan arti kematian-Nya secara yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh hal lainnya – baik teori atau ide cerdas mana pun. Pada akhirnya ketika Yesus mati untuk dosa-dosa kita itu bukan supaya Ia dapat memenuhi pikiran kita dengan ide-ide yang benar, betapa pun pentingnya ide-ide itu, melainkan agar Ia dapat berbuat sesuatu yaitu melepaskan kita dari kejahatan dan kematian.
dari buku Hati & Wajah Kristen: Terwujudnya Kerinduan Manusia & Dunia oleh Dr N. T. Wright

Minggu, 01 April 2012

Ibadah dan Mazmur

Khususnya ibadah Kristen dari masa sangat awal telah memanfaatkan penggunaan mazmur-mazmur. Mazmur-mazmur tidak pernah dapat digali sampai habis, dan patut untuk dibaca, diucapkan, dinyanyikan, dilafalkan, dibisikkan, dihafalkan, dan bahkan diteriakkan dari atap rumah. Mazmur mengungkapkan semua emosi yang sangat mungkin pernah atau akan kita rasakan (termasuk sebagian yang kita harap tidak usah kita alami), dan Mazmur memaparkan semua itu apa adanya, terbuka, di hadirat Allah, bagaikan seekor anjing yang dilatih untuk membawa buruan yang tertembak ke kaki tuannya, membawa semua benda yang ia temukan di ladang. “Lihat!” ujar pemazmur, “Inilah yang kutemukan hari ini! Tidakkah itu luar biasa? Akan kau buat apa dengannya?”
               Mazmur-mazmur menyatukan hal-hal yang sering kita lihat seperti kutub yang berlawanan sementara kita datang ke hadirat Allah. Mazmur melintas cepat dari keintiman kasih ke kejutan ketakjuban dan balik lagi. Mazmur membawa bersama pertanyaan tajam, marah, dan penyerahan iman yang sederhana, tenang. Mazmur meliput dari yang lembut dan meditatif ke yang keras dan riuh, dari ratapan dan keputusasaan pekat ke perayaan yang khusyuk dan kudus. Terjadi suatu kedamaian ajaib ketika orang menelusur mulai dari seruan kuat yang mengawali Mazmur 22 (“Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”) ke kesimpulan yang penuh keyakinan bahwa Allah telah mendengar dan menjawab doa, kemudian melangkah maju ke penyerahan diri dan keyakinan Mazmur 23 (“Tuhan adalah Gembalaku’). Ada suatu keseimbangan yang bijak dan sehat ketika membaca silih ganti, suasana kemenangan Mazmur 136 (“Dia yang memukul kalah raja-raja yang besar, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih-setia-Nya,” dengan pengulangan-pengulangan gembira yang melompat-lompat di tiap baris sepanjang keseluruhan mazmur-mazmur) dan kehancuran pedih Mazmur 137 (“Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis”).
                  Tentu saja kita tidak akan pernah mengerti segala sesuatu yang ada dalam mazmur-mazmur. Tentu juga ada berbagai teka-teki dan masalah. Sebagian gereja, sebagian jemaat, dan sebagian orang Kristen akan mendapati bahwa puisi kuno ini mengandung bagian-bagian yang tidak dapat mereka pakai tanpa gangguan hati nurani – khususnya baris-baris yang meminta turunnya kutukan getir atas para musuh mereka. Masing-masing gereja setempat harus mengambil keputusan tentang itu. Tetapi tidak ada gereja Kristen yang boleh mengabaikan pemakaian Mazmur-mazmur secara teratur dan menyeluruh. Salah satu tragedi besar di kebanyakan penyembahan dalam gereja bebas kontemporer ialah kekosongan dalam hal ini. Inilah tantangan yang harus dijawab oleh generasi baru para musisi Kristen. Dan juga merupakan tantangan untuk tradisi-tradisi seperti tradisi saya juga, di mana Mazmur-mazmur selalu nyata dan penting: Apakah kita memanfaatkan Mazmur-mazmur sebaik-baiknya? Apakah kita makin lama makin dalam memasukinya, atau hanya berputar-putar di sekitarnya?
Dikutip dari buku Hati & Wajah Kristen: Terwujudnya Kerinduan Manusia & Dunia oleh N. T. Wright