Minggu, 27 Mei 2012

Pembaruan Rohani


Apakah Engkau tidak mau menghidupkan kami kembali, sehingga umat-Mu bersukacita karena Engkau? - Mazmur 85:6

Kebangunan rohani adalah lawatan Allah yang menghidupkan orang Kristen yang telah terlelap dan memulihkan kepekaan yang dalam akan hadirat serta kekudusan Allah. Lalu memancar suatu kepekaan jelas akan dosa dan pelaksanaan pertobatan, pujian, dan kasih dalam hati secara menakjubkan, dengan luapan semangat menginjili.

            Setiap kegerakan kebangunan memiliki fitur khasnya, tetapi polanya selalu sama.

            Pertama, Allah datang. Pada petang Tahun Baru 1939, John Wesley, George Whitefield, dan beberapa kawan mereka mengadakan “pesta kasih” dalam bentuk doa semalam suntuk untuk menyambut Tahun Baru. Sekitar jam 3 pagi, Wesley menulis, “kuasa Allah datang dengan dahsyat ke atas kami, sedemikian rupa sampai membuat kami berteriak penuh sukacita, dan banyak yang jatuh ke lantai.” Kebangunan rohani selalu mulai dengan pemulihan kepekaan akan kedekatan Yang Mahakudus.

            Kedua, injil dikasihi seperti belum pernah terjadi sebelumnya. Kepekaan akan kedekatan Allah menciptakan kesadaran melimpah akan dosa dan keberdosaan seseorang, dan dengan demikian kuasa darah Kristus yang menguduskan menjadi sangat dihargai.

            Lalu pertobatan makin mendalam. Dalam kebangunan di Ulster tahun 1920-an para pekerja kapal mengembalikan banyak sekali alat-alat curian sampai harus dibangun gudang baru untuk menampung peralatan yang dikembalikan itu! Pertobatan menghasilkan restitusi.

            Akhirnya Roh bekerja cepat: kesalehan melipatganda, orang Kristen menjadi dewasa, pertobatan terjadi. Paulus ada di Tesalonika kurang dari tiga minggu, tetapi Allah bekerja cepat dan Paulus meninggalkan gereja dalam keadaan perkasa.

Apakah gereja Anda merindukan dan mendoakan terjadinya kebangunan rohani?

Tuhan, kirimlah kebangunan rohani dan kiranya itu mulai dari saya. Bangkitkan hatiku.
Dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu oleh Dr James I Packer / Waskita Publishing

Sabtu, 26 Mei 2012

Rintangan terhadap Pembaruan Rohani

Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. - Matius 15:8

Allah berdaulat dan bertindak menjawab doa menurut kecepatan dan waktu-Nya sendiri. Namun kita dapat menyebabkan percepatan pembaruan rohani dengan membuang hal-hal yang bersifat mendukakan Roh.
          Misalnya, gaya kepemimpinan duniawi yang berorientasi pada kuasa – klerikalisme – berakibat memadamkan Roh. Sebagian orang menerima gaya kepemimpinan ini sebab ia memberi mereka kuasa; yang lain karena takut bahwa orang yang melayani bersama mereka akan melebihi mereka, atau karena merasa tidak sanggup menangani situasi dalam prinsip di mana semua orang melayani. Tetapi pelayanan semua orang dalam tubuh Kristus justru adalah pola Perjanjian Baru, dan mengganggu prinsip ini berarti menghalangi lawatan dari Allah.
          Lalu, formalisme, sebagai gaya dalam penyembahan, juga memadamkan Roh. Tetapi banyak sekali gereja yang menerima penyembahan secara yang hanya tepat disebut formalistik, sebab yang mereka perhatikan adalah melakukan serangkaian rutin dengan ketepatan tertentu, tanpa hasrat pada yang terlibat untuk berjumpa Allah.
          Lalu sikap pribadi yang merasa puas juga memadamkan Roh. Sejauh mana Anda melihat realitas penyembahan, iman, pertobatan, pengenalan, dan kekudusan dalam persekutuan gereja Anda? Apakah masing-masing anggota berniat, dengan sepenuh tenaga, dan gairah untuk mengasihi Tuhan? Apakah ada saling mengasihi? Bagaimana mereka dalam doa dan memberi? Seberapa besar dukungan yang mereka terima dari sesama ketika dalam keadaan berkebutuhan? Seberapa mereka berbagi iman mereka? Yang dipimpin seringkali mirip yang memimpin – jika Anda pemimpin, apakah ide bahwa orang yang Anda pimpin mirip Anda, menyukakan atau mengejutkan Anda? Mengapa?

Periksa persekutuan gereja Anda dalam terang uraian di atas.
Tuhan, bagaimanakah aku dapat membuat pembaruan lebih dekat masa kini?Dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu, karangan Dr James I Packer  (Waskita Publishing)

Jumat, 25 Mei 2012

Pembaruan rohani

Pulihkanlah kami, ya Allah penyelamat kami, dan tiadakanlah sakit hati-Mu kepada kami.
Mazmur 85:4

Pembaruan rohani adalah pengalaman pendalaman kehidupan dalam Roh yang merupakan cicipan dan cicilan awal surga sendiri. Keyakinan akan keberdosaan diri dan pengampunan total terhadap dosa; kesukaan yang rendah hati namun mulia dalam kesadaran tentang kasih Allah bagi kita; pengetahuan tentang keakraban Bapa, Anak dalam persekutuan dan kasih sayang; hasrat tanpa habis untuk memuji Allah; dorongan menetap untuk mengasihi, melayani, menghormati Bapa, Anak, Roh, dan kebebasan hati untuk mengungkap semua hasrat ini secara kreatif dan spontan – semua ini adalah hakikat kehidupan surga. Semua hal tadi sudah merupakan tanda dari pembaruan perseorangan dan komunitas dalam dunia sekarang ini.
          Hal itu adalah pembaruan sebab Yesus dan persekutuan dengan-Nya menjadi sangat jelas dan dalam. Tanda  terjelas dapat kita temukan dalam himnologi yang lahir dalam masa berbagai gerakan pembaruan.
          Melalui pembaruan, orang percaya ditarik lebih dalam ke penghidupan baptisan, yaitu mati dan bangkit bersama Kristus, dalam pertobatan, penyangkalan diri, hidup benar melawan dosa dan hidup taat bagi Allah.
          Pembaruan terjadi melalui tindakan Roh Kudus melakukan tugas Perjanjian Baru-Nya, yaitu memuliakan Kristus dalam akal budi para murid-Nya.
          Dalam pembaruan umat Allah mengalami penghentian impotensi, frustrasi, dan kemandulan yang merupakan akibat dari ketidaksukaan ilahi. Kesukaan menggantikan keputusasaan, dan kerajaan Allah diperluas melalui dampak pembaruan hidup tersebut (Mzm. 88:4-6; Zak. 8:23).

Apakah Anda fokus pada suasana dan impian dalam pembaruan yang tidak sesuai uraian di atas?
Tuhan, tolong aku untuk tidak takut kepada pembaruan ohani yang murni.

Berdoalah juga untuk pembaruan rohani gereja-gereja di Indonesia khususnya di daerah-daerah minus di mana "si musuh" memanfaatkan situasi itu untuk mengerdilkan TubuhNya. Terbukalah bagi gerakan RohNya untuk Anda terlibat dalam mendukung pembaruan rohani di tempat-tempat tersebut.

Selasa, 22 Mei 2012

Bangkit bersama Kristus

Telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita. - Efesus 2:5

Paulus bicara jelas sekali dalam Efesus 2:1-10 dan dalam bagian lain bahwa kelahiran baru adalah tindakan Allah yang menghidupkan orang yang mati rohani dalam Kristus.
        Ketika ia menyebut bahwa manusia mati secara rohani, ia memaksudkan bahwa mereka tidak merespons Allah (seperti mayat tidak dapat menjawab panggilan Anda); manusia terpisah dari persekutuan dengan Allah dan ada di bawah murka Allah. Orang seperti itu mengikuti kehidupan yang didikte oleh dunia, iblis, dan daging – yaitu suatu kehidupan tidak taat kepada Allah.
        Mengenai tindakan Allah membangkitkan orang yang mati rohani, Paulus menyatakan: Hal itu memancar dari kasih, kemurahan, anugerah, dan kebaikan yang sedemikian sempurna sehingga sepenuhnya berada di luar jangkauan pemikiran kita.
        Hal itu terjadi dalam Kristus. Yesus Kristus adalah pengantara dari semua pemberian Allah untuk kita, termasuk hidup baru.
        Hal yang sama juga menangkap kita ke dalam tindakan Allah yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati. Gereja adalah perpanjangan kebangkitan. Mereka yang dibangkitkan dengan Kristus duduk dalam realitas surga: mereka menikmati kehidupan tersembunyi yang membuat mereka selalu ada “di atas” sebab Ia yang memerintah dunia membuat segala sesuatu bekerja bersama untuk kebaikan mereka.
        Perjalanan hidup ketaatan yang direncanakan Allah adalah sasaran hidup kita.

Bagaimanakah aplikasi Efesus 2:1-10 untuk orang yang telah lama menjadi Kristen – mungkin Anda?
Bapa, aku tidak merasa ada di “atas” hari ini. Berikanku perspektif lebih tepat tentang situasiku berikut ini…

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu oleh Dr James I Packer

Minggu, 20 Mei 2012

Apa yang Yesus Lakukan Kini?

Kristus Yesus,… telah mati… telah bangkit,… duduk di sebelah kanan Allah,… menjadi Pembela… kita. -  Roma 8:34

Sesudah kebangkitan datang kenaikan – yaitu Yesus Kristus menarik diri dari ruang penglihatan jasmani manusia untuk memerintah sampai kedatangan-Nya kelak. Kejadian itu terpapar di depan mata para murid sebagai suatu gerakan naik ke awan-awan, suatu tanda bahwa Yesus telah pergi “ke dalam surga” – tempat hadirat Allah langsung – untuk menduduki tempat kuasa sebagai Tuhan yang memerintah (Kis. 1:9-11).
        Yesus adalah pengantara satu-satunya antara Allah dan manusia (1Tim. 2:5), dan dalam surga karya pengantaraan-Nya berlangsung terus – bukan dalam bentuk mempersembahkan diri-Nya terus menerus sebagai tebusan untuk dosa-dosa (karya itu sudah selesai), tetapi dalam bentuk doa syafaat (Rm. 8:34; Ibr. 7:25).
        Doa syafaat Yesus adalah intervensi-Nya yang efektif untuk kepentingan kita, sebagai penjaga dan pendahulu kita, ketika kita dalam kesusahan; doa-Nya memastikan bahwa manfaat Kalvari sungguh diterima dan ketika kita mendekati “takhta anugerah” kita pasti menemukan anugerah untuk menolong kita pada waktu kebutuhan kita (Ibr. 4:16).
        Tetapi Yesus tidak saja berada “di surga” tetapi juga “di dalam kita” melalui Roh Kudus. Perjanjian Baru memberitahu kita bahwa orang beriman yang telah lahir baru kini dan di sini bersatu dengan Kristus dalam relasi vital di mana mereka mati bersama-Nya (tidak lagi menghidupi hidup lamanya) dan bangkit dalam Dia (mulai hidup baru yaitu persekutuan tanpa akhir dengan Tuhan – Rm. 6:1-11; Kol. 2:9-15; 3:1-3).

Karena Yesus hidup, bumi ini hanya sesaat merupakan tempat penderitaan kita, dan surga adalah kemuliaan yang melampaui segalanya (2Kor. 4:17). Apakah demikian halnya untuk Anda?
Tuhan, meski aku tidak dapat mengerti penuh keberadaan-Mu di surga dan dalam diriku pada saat yang sama, tolongku untuk mengalami-Mu sebagai pensyafaat surgawiku dan raja serta sahabat-Ku yang murah hati.Dari Bapa Surgawi Mengasihimu oleh Dr James I Packer / Waskita Publishing - 0812-270-24-870 / waskitapublishing@gmail.com

Sabtu, 19 Mei 2012

Kenaikan Yesus & Kita GerejaNya

Kita masing-masing menerima suatu pemberian
       menurut apa yang diberikan oleh Kristus.
Dalam Alkitab tertulis,
"Ketika Ia naik ke tempat yang tertinggi,
       Ia membawa banyak tawanan;
       dan Ia memberi pemberian-pemberian kepada manusia."
Nah, kalau dikatakan "Ia naik"
       berarti Ia mula-mula sudah turun sampai ke tempat
       yang serendah-rendahnya di bumi ini.
Dan Ia yang sudah turun itu,
       Ialah juga yang naik sampai ke tempat yang
       jauh lebih tinggi dari segala langit sehingga
       seluruh alam semesta terisi dengan kehadiran-Nya.
Ialah yang "memberi pemberian-pemberian kepada manusia";
       sebagian diangkat-Nya menjadi rasul,
       yang lain menjadi nabi;
       yang lain lagi menjadi pemberita Kabar Baik itu,
       dan yang lain pula diangkat-Nya menjadi guru-guru dan pemelihara jemaat.
Ini dilakukan-Nya supaya umat Allah dilengkapi sepenuhnya
       agar dapat melayani Tuhan dan membangun tubuh Kristus.
Dengan demikian kita semua menjadi satu
       oleh iman yang sama dan pengertian yang sama mengenai Anak Allah.
Dan kita menjadi orang-orang yang dewasa
       yang makin lama makin bertambah sempurna seperti Kristus.
Maka kita tidak menjadi anak-anak lagi
       yang terombang-ambing dan terbawa-bawa ke sana ke mari
       oleh arus bermacam-macam pengajaran dari orang-orang yang licik. – Efesus 4:7-14 – IBIS

Membaca Efesus 4, khususnya kutipan di atas saya makin menyadari bahwa cara saya dan mungkin juga kebanyakan kita memahami dan menghidupi Kekristenan kita, keliru besar. Izinkan saya memaparkan itu secara singkat sbb.:
        Pertama, dari semua hari raya yang merayakan hidup dan karya Yesus, mungkin Kenaikan adalah yang paling tidak meriah dan terlupakan. Gejala ini disebabkan pemahaman alkitabiah kita tidak lengkap. Ini berdampak ke berbagai defisit dalam banyak segi kehidupan Kristen & gereja kita. Kenaikan menghubungkan Kematian & Kebangkitan dengan Pentakosta dan Kedatangan Yesus kedua kali. Untuk Yesus, sesudah bangkit dan menang, Ia kembali ke kemuliaan-Nya semula. Porsi karya-Nya di bumi sudah selesai, sesudahnya menyusul tahap karya-Nya dalam kemuliaan melalui memberikan Roh Kudus (Pentakosta).
        Kedua, kenaikan menegaskan dampak dari yang terjadi dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam kematian-Nya Ia memerangi dan mengalahkan dosa dan maut. Manusia yang terbelenggu dan tertawan oleh dua kekuatan jahat itu dibebaskan-Nya. Status kita diubah dari tawanan dosa dan maut menjadi tawanan Yesus Kristus. Kita dibawa-Nya serta duduk di sebelah kanan Allah Bapa di surga sehingga kini kita yang masih di dunia sudah mengalami berkat dan kuasa surgawi hadir dalam hidup keseharian kita (Efs. 1:3) karena Ia yang menang bersyafaat bagi kita, menyertai kita dengan setia dan menjadikan kita Tubuh-Nya, misi-Nya. Dan Ia terus menerus bersama menyertai, memberkati, melimpahi dengan berbagai karunia dan berkarya di dalam dan melalui umat-Nya.
        Ketiga, ketika menjelma menjadi manusia Ia berinkarnasi. Itu yang kita rayakan dalam Natal. Ketika kembali ke surga, apakah itu berarti Ia ber-eks-karnasi – ke luar dari bumi dan menanggalkan tubuh manusiawi-Nya? Dahsyat! Tidak! Sebab, Alkitab mengatakan bahwa di takhta-Nya kini dalam kemuliaan, Ia membawa tanda-tanda kehinaan dan penderitaan-Nya yang dialami-Nya dalam penderitaan semasa inkarnasi-Nya ke kemuliaan-Nya. Itu sebab Ia disebut Singa Yehuda yang menang tetapi tampil sebagai Anak Domba yang telah tersembelih (Why. 5:5-6). Ketika Ia datang kembali kelak Ia datang sebagai Anak Manusia dalam kemuliaan. Dan dalam kemuliaan-Nya kini Ia menghadirkan kita dalam diri-Nya di hadirat Allah.
        Keempat, kita keliru menekankan injil secara individualistis dengan fokus hanya pada keselamatan pribadi, penyertaan pribadi, berkat pribadi, perlindungan pribadi, dst. Memang benar bahwa keselamatan diterima secara pribadi, tetapi tidak pernah dimaksudkan untuk dihayati secara individualistis! Menurut Paulus, hidup yang sepadan dengan panggilan Injil keselamatan itu adalah beriman, mengasihi, berpengharapan., berjuang bersama-Nya agar kesatuan Tubuh Kristus menjadi nyata dalam perilaku individual dan tindakan gereja lokal kita! (Efs. 4:1-6).
        Kelima, seiring dengan poin 4, yang kita artikan dan dambakan sebagai karunia rohani dari Yesus adalah karunia seperti kesehatan, kemakmuran, promosi jabatan, dlsb. Ini juga tidak salah, tetapi tidak lengkap. Tentu saja Ia yang telah memberi nyawa Yesus untuk penyelamatan kita akan juga memberikan segala yang kita perlukan dalam hidup ini agar ke dalam dan ke luar kita menghidupi kebaikan serta kelimpahan anugerah-Nya (Rm. 8:32). Tetapi fokus karunia yang Ia berikan itu bertujuan dan berhakikat rohani. Yaitu, untuk meneruskan, mewujudnyatakan, menuntaskan apa yang telah Yesus mulai dalam karya diri-Nya di dalam kenyataan hidup Gereja-Nya.
        Keenam, masih seiring poin 4, kita keliru menghayati kenyataan kegerejaan kita hanya pada kekhasan sisi lokal, denominasional, teologis kita sendiri saja. Kita lupa atau abaikan bahwa untuk Dia dan visi akhir karya penyelamatan-Nya, tidak ada gereja yang hanya lokal, hanya dengan bendera denominasional/teologis tertentu saja. Bagi-Nya – seiring kemenangan-Nya yang berskala kosmis – Gereja yang adalah tubuh-Nya lebih luas dari hanya gerejaku, teologiku, denominasiku! Sebab Ia menghasilkan Gereja yang universal yang lintas/& merangkul berbagai lokal, nasional, denominasi, teologi dlsb. Hanya hal yang baik itu yang bagian dari Kesatuan yang jauh lebih besar dan jauh lebih kaya!
        Ketujuh, maka konsekuen dengan semua hal di atas, mari kita tidak hanya memikirkan diri sendiri, gereja sendiri, keterbatasan sendiri, kekhasan teologis sendiri, kepentingan sendiri. Mari belajar berdoa, bertindak, bermanifestasi yang seiring doa yang Ia ajarkan: “kami.” Sebab, masing-masing kita diberi-Nya berbagai pemberian dan karunia, baik itu materiil maupun spiritual, tetapi bukan untuk berakhir di diri kita melainkan agar mengalir ke Tubuh-Nya agar terwujud kesatuan, kelengkapan, kedewasaan penuh, ketangguhan dalam misi, dst. (ay. 13). Hal ini lebih lagi relevan dalam terang bahwa Gereja kini masih dalam perjuangan. Ada banyak kekuatan jahat yang ingin merusak karya agung-Nya ini – seperti yang kita semua sadari terjadi di daerah-daerah minus di Indonesia yang tadinya dikenal sebagai kantong-kantong Kekristenan – itu hanya bisa ditangkal bila anggota tubuh yang lain berpikir dan bertindak sebagai Tubuh bukan sebagai diri sendiri atau kepentingan gereja sendiri.

Saya ingin membuka kesempatan untuk Anda bisa berbagi karunia dan mempraktikkan secara lebih luas dari hanya individual-lokal tetapi ke bagian Tubuh yang lain. Di bawah ini adalah target pengiriman buku-buku bantuan untuk daerah-daerah yang sedang menderita. Dengan mengirimkan paket buku berbobot alkitabiah para pelayan Tuhan dibekali dan gereja Tuhan setempat yang mereka layani diperlengkapi sehingga pertumbuhan-keutuhan Tubuh Kristus bukan sekadar teori kosong.

Jika Anda yakin bahwa Tuhan Yesus kini sedang bekerja di mana-mana dan ingin merespons ajakan-Nya memperlengkapi pelayanan para hambaNya di banyak daerah minus di Indonesia dengan paket buku silakan kontak 0812-270-24-870 / waskitapublishing@gmail.com dan cc ke paulshidayat@gmail.com.

Jumat, 18 Mei 2012

Yesus Naik ke Surga

Terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. - Kisah rasul 1:9

Bapa mengangkat naik Yesus dari penglihatan para murid. Kita mengatakan “naik” untuk orang yang naik pangkat, misalnya. Untuk para murid, Yesus naik ke surga berarti Ia telah ditinggikan ke takhta Allah. Sejak sebelum pelayanan-Nya di bumi Yesus sudah raja, tetapi kenaikan-Nya mengokohkan hal itu secara publik. Ia naik untuk duduk di sebelah kanan Allah, tempat kekuasaan dan otoritas. Lalu, apa artinya itu bagi kita?
         Pertama, kita perlu menyadari bahwa meski Yesus tidak lagi di dunia secara jasmani, pelayanan-Nya berlanjut. Sebelum kenaikan-Nya Ia mencegah Maria menyentuh Dia (Yoh. 20:17) sebab Ia ingin Maria menyadari bahwa ia harus belajar untuk tidak lagi dapat mengulurkan tangan dan menyentuh-Nya secara jasmani; tetapi Ia masih akan terus nyata dan dekat kepadanya dan kepada semua murid-Nya. Kisah para rasul tepat disebut juga Kisah Tuhan yang telah naik, menunjukkan bagaimana Ia terus melanjutkan pelayanan-Nya di bumi ini. Ia yang tidak hadir secara jasmani, hadir oleh Roh, dan akibatnya dunia pun jungkir balik oleh-Nya.
         Kedua, kenaikan berarti Yesus tidak lagi terbatas di Palestina. Ia hadir di mana saja sehingga semua yang mencari hadirat-Nya menemukan-Nya dan semua yang menyeru Dia menerima perhatian yang sama dari-Nya, di mana pun mereka berada.
         Ketiga, kita memiliki prospek gemilang bahwa kelak kita akan ada bersama Dia di mana Dia ada. Tuhan yang duduk di kanan Allah (Kis. 2:34-35) akan berdiri untuk menyambut kita masuk ke rumah-Nya pada akhir zaman kita di bumi (Kis. 7:56)!

Aku tahu bahwa Yesus akan datang kembali, tetapi apakah reaksi jujurku jika aku tahu bahwa Ia akan datang hari ini?
Yesus, tolongku menemukan keseimbangan antara menatap ke atas kepada-Mu dan melakukan pekerjaan-Mu di sini.
Dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer (Waskita Publishing - Media Sarat Nilai Kerajaan - 0812-270-24-870 / waskitapublishing@gmail.com)

Sabtu, 12 Mei 2012

Pergumulan Rohani

Jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. - Roma 8:13

Anda bergumul tentang kelemahan dan godaan yang menyerang kehidupan Anda? Ayat ini menghibur dengan mengatakan bahwa kita dapat mematikan semua itu melalui kuasa Roh. Kita mudah merasa putus asa tentang kesanggupan mengatasi kelemahan yang berulang kali menjerat kita. Tetapi dengan berdoa agar Roh menolong mengawasi kelemahan itu, khususnya dalam masa pencobaan, dan dengan mengizinkan Roh memimpin kita untuk lebih mengasihi Kristus sehingga kita makin tidak mengasihi dosa, kita boleh menguras hidup dan energi kita dari kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut.
          Ada sebuah kisah tentang seorang misionaris dan seorang mantan kanibal yang telah menjadi Kristen. Kakek orang itu adalah seorang kanibal terkenal dan sangat berbahaya. Misionaris itu mengatakan agar ia menganggap kecenderungannya berdosa seperi kakeknya yang telah menjadi kerangka. Sesudah masa cuti beberapa tahun, misionaris itu berjumpa mantan kanibal itu dan bertanya,     
         “Bagaimana kabar kakek yang kerangka itu, kini?”
         “O dia masih ada,” jawabnya, “Tetapi ia tidak lagi sekuat dulu!”
        
Semua pengalaman orang Kristen harus seperti itu. Dosa masih ada dan perang melawannya belum usai, tetapi kita boleh memenanginya terus dan melemahkan kekuatan dan rayuannya sementara kita mengikuti dorongan Roh untuk melihat kepada Tuhan dan berkata tidak kepada pencobaan. Ketika kita memercayai Tuhan, kita menolak iblis kita menemukan bahwa ia lari dari kita (Yak. 4:7). Jadi dengan kita memercayai Tuhan menolak pencobaan yang balik menyerang, kita mengalami bahwa serangannya melemah. Tidakkah Anda mengalami demikian? Anda diberikan hak istimewa untuk boleh membuktikan kebenaran ini. Pertanyaannya ialah, bersediakah Anda melihat dosa kesayangan Anda mati secara demikian?

Perbuatan daging (tabiat dosa) apa yang belum sedia Anda matikan?
Tuhan, saya terlalu mengandalkan… dan tidak cukup… dalam perjuangan untuk kekudusan. Tolongku memiliki prioritas moral yang benar.
Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Jumat, 11 Mei 2012

Realitas Rohani

…Di dalam diri kamu… ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain... sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu--dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta--dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia. - 1 Yohanes 2:27

Kunci untuk mengalami kehidupan dari Roh kita temukan di dalam karya Roh membuat Yesus Kristus, Tuhan yang telah tersalib, bangkit, dan kini Juruselamat yang memerintah itu, menjadi riil dan mulia dalam saat demi saat kehidupan kita (Yoh. 16:14). Yohanes kini merujuk kepada pelayanan Roh itu ketika ia berkata bahwa “pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu” (maksudnya, segala sesuatu tentang Yesus dan kemuliaan-Nya), dan memimpin kita untuk “tetap tinggal di dalam Dia” (yaitu bukan hanya mengakui Dia, tetapi menghidupi relasi kemuridan dengan Dia sebagai Tuhan yang hidup).
          Ketika menyebut Roh sebagai “saksi” (1Yoh. 5:7-8), Yohanes memaksudkan tentang pelayanan Roh membuat kita yakin bahwa para rasul Kristus benar adanya. Saya yakin bahwa adanya kepastian pemikiran yang mencengangkan, perilaku yang mantap, dan pengalaman pencerahan hati yang nyata yang dialami oleh Agustinus, Bernard, Luther, Calvin, Owen, Whitefield, Spurgeon, dan banyak lagi lainnya yang merayakan dan memberitakan Tuhan Yesus, adalah buah langsung dari pelayanan Roh. Saya yakin semua orang yang mengalami pelayanan Roh ini akan berbicara tentang Kristus seperti mereka juga. Saya yakin bahwa lepas dari kepastian yang Allah berikan tentang Kristus Perjanjian Baru dan kebiasaan yang diajarkan Allah untuk berdiam dalam Dia oleh iman, kasih, ketaatan, dan pemujaan ini, tidak ada kehidupan Kristen yang otentik atau pengudusan yang murni – sebab memang, di mana hal-hal ini kurang, tidak ada realitas kelahiran baru.

Pelajari lebih lanjut arti masing-masing ayat yang dibicarakan tadi, baik dengan menggunakan tafsiran maupun diskusi dengan teman-teman.
Tuhan, kiranya urapan Roh diam dalamku dan mengajarku, sambil aku diam di dalam Engkau.

Dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu - karangan Dr James I Packer (Waskita Publishing - 0812-270-24-870 / waskitapublishing@gmail.com)

Kamis, 10 Mei 2012

Jaminan Rohani


Kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. - Roma 8:15

Salah satu yang menggoda seorang Kristen untuk takut ialah bahwa persekutuannya dengan Allah akan terputus sebab kehidupan Kristennya lemah, goyah, dan turun-naik. Tetapi Paulus menjawab ketakutan itu dengan menunjukkan bahwa kita telah diangkat ke dalam keluarga Allah untuk kekekalan dan bahwa Roh Allah di dalam kita terus menerus meyakinkan kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Jaminan ini bukan terutama mengambil bentuk suatu perasaan kuat tetapi sebagai suatu insting kasih dan keyakinan yang menopang. “Ketika kita menyeru, ‘Abba, ya Bapa.’” Roh sendirilah yang bersaksi dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah, dan jika anak, maka pewaris, yaitu pewaris Allah dan pewaris bersama Kristus (Rm. 8:15-17).
          Pekerjaan Roh ialah membuat orang Kristen menyadari bahwa sebagai seorang pendosa yang telah diampuni ia telah menjadi anak Allah, dan bahwa kehidupannya harus dihidupi menurut relasi pengangkatan itu, dan pengharapan akan kemuliaan inilah justru yang menjadi prospek untuk mewarisi kekayaan Bapanya. Allah menjadikan kita sesama pewaris dengan Kristus, menetapkan kita untuk berbagi kemuliaan dan kesukaan yang Ia miliki, dan Ia tidak akan menarik itu kembali; maka kita tidak perlu takut bahwa kualitas kehidupan Kristen kita yang tidak seimbang akan merampas kedudukan kita dalam perkenan Allah. Tidak meragukan ini adalah suatu pengalaman surga di bumi – dan inilah hakikat pemberian Roh keanakan dari Allah untuk kita.

Meski kita tidak dapat dirampas dari posisi keluarga Allah, tentu kita dapat menyalah-gunakannya. Bagaimana? Apa bentuk kelancangan dan perilaku tidak layak yang sering menggoda Anda?
Bapa, terima kasih dengan segenap hatiku bahwa aku kekal adalah keluarga-Mu. Tunjukkan jika aku menyalahgunakan jaminan ini atau tidak menikmatinya secara penuh dan benar.
Dikutip dari  Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer (Waskita - Media Sarat Nilai Kerajaan - 0812-270-24-870/waskitapublishing@gmail.com)

Rabu, 09 Mei 2012

Allah Mahakuasakah?


Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya. - 2 Timotius 2:13


Apakah karena mahakuasa, Allah dapat melakukan apa saja? Bukan, bukan itu maksudnya. Ada banyak hal yang tidak dapat Allah lakukan. Ia tidak dapat melakukan hal yang kontradiktif dalam dirinya atau yang tidak masuk akal, seperti membuat lingkaran yang segi empat. Tidak juga (dan ini sangat penting untuk kita perhatikan) dapat bertindak di luar sifat-Nya. Allah memiliki sifat moral yang sempurna, dan Ia tidak mungkin menyangkali itu. Ia tidak dapat menjadi berubah-ubah, tidak mengasihi, sembarangan, tidak adil, atau tidak konsisten. Sama seperti Ia tidak dapat mengampuni dosa tanpa penyelamatan sebab itu akan tidak benar, demikian juga Ia tidak dapat gagal untuk setia dan adil dalam mengampuni dosa-dosa yang diakui dalam iman dan dalam memelihara semua janji lainnya yang telah Ia buat. Ketidakstabilan moral, keraguan, dan ketidakandalan adalah tanda-tanda kelemahan, bukan kekuatan; tetapi kemahakuasaan Allah adalah kekuatan tertinggi, yang membuat tidak mungkin bahwa Ia mengalami ketidaksempurnaan semacam itu.

            Secara positif hal itu dapat dikatakan seperti ini: meski ada hal-hal tertentu yang tidak dapat dilakukan oleh Allah yang rasional dan yang kudus, semua yang Ia maksudkan untuk lakukan sungguh Ia lakukan. “TUHAN melakukan apa yang dikehendaki-Nya” (Mzm. 135:6). Seperti ketika Ia merencanakan untuk menciptakan dunia, “Dia berfirman, maka semuanya jadi” (Mzm. 33:9), demikianlah dengan semua hal yang Ia inginkan. Dengan manusia “ada banyak hal dapat gagal atau berubah” tetapi tidak dengan Allah.

Hal apa lagi yang tidak dapat Allah lakukan (karena itu akan membuat Ia menyangkali diri-Nya)?

Tuhan, aku bersyukur bahwa Engkau melakukan seturut kesukaan-Mu sebab aku tahu bahwa Engkau sempurna dan demikian juga halnya dengan maksud dan tindakan-Mu.

Dikutip dari Buku Bapa Surgwi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Jumat, 04 Mei 2012

Allah sebagai Bapa

Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah - Yohanes 1:12
Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. - Roma 8:15-16

Relasi kebapaan Allah dengan Yesus menyiratkan empat hal. Pertama otoritas. Bapa memerintahkan dan mengatur; inisiatif yang Ia minta untuk Anak-Nya lakukan adalah ketaatan penuh kemauan kepada kehendak Bapa. Kedua, kasih; ketiga, persekutuan; keempat, kemuliaan: Allah ingin memuliakan Anak-Nya.
          Semua ini meraih juga ke anak-anak angkat Allah. Dalam, melalui, dan di bawah Yesus Kristus Tuhan mereka, mereka diatur, dikasihi, disertai, dan dihormati oleh Bapa surgawi mereka.
          Sebagaimana Yesus menaati Bapa, mereka juga harus demikian (1Yoh. 5:1-3). Sebagaimana Allah mengasihi Anak tunggal-Nya, demikian juga Ia mengasihi anak-anak angkat-Nya (Yoh. 16:27). Sebagaimana Allah memiliki persekutuan dengan Yesus, demikian juga Ia bersekutu dengan kita (1Yoh. 1:3). Sebagaimana Allah meninggikan Yesus, demikian pun Ia meninggikan para pengikut Yesus, saudara-saudari Yesus dalam satu keluarga (Yoh. 12:32; 17:24).
          Dalam semua ungkapan ini Alkitab mengajarkan kita untuk mengerti bentuk dan substansi hubungan orangtua-anak yang mengikat bersama Bapa dan para hamba Yesus.

Aspek manakah dari relasi kebapaan Allah yang kurang atau gagal Anda hidupi secara penuh? Izinkan bagian Alkitab yang relevan mengendap dalam pikiran Anda dan diam sepanjang hari ini.
Katakan kepada Bapa bagaimana perasaan Anda tentang Dia dan bagaimana arti Dia untuk Anda.
Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer (Waskita - 0812-270-24-870 / waskitapublishing@gmail.com)

Kamis, 03 Mei 2012

Kebaikan Allah Melimpah

 TUHAN itu baik kepada semua orang - Mazmur 145:9

Kebenaran dan keandalan Allah, keadilan-Nya yang tak mungkin gagal dan hikmat-Nya, kelembutan, panjang sabar, dan kecukupan-Nya untuk semua orang yang dengan sesal mencari pertolongan-Nya, serta kemurahan-Nya yang mulia dalam menawarkan destini mulia persekutuan dengan-Nya dalam kekudusan dan kasih – semua ini membentuk kebaikan Allah, pengabungan dari semua keistimewaan-Nya yang Ia nyatakan. “Allah, jalan-Nya sempurna; janji TUHAN adalah murni” (Mzm. 18:30).
          Namun demikian, masih banyak dapat dikatakan. Di dalam gugus kesempurnaan moral Allah terdapat satu hal khusus yang dirujuk oleh istilah kebaikan. Yang dimaksud ialah kualitas kemurahan hati. Kemurahan hati ialah suatu sikap ingin memberi kepada yang lain dengan cara bukan karena motif mencari untung dan tidak dibatasi oleh kelayakan penerima, tetapi secara konsisten bertindak melampaui itu. Kemurahan hati mengungkapkan pengharapan sederhana bahwa orang lain memiliki apa yang mereka butuhkan untuk membuat mereka bahagia. Kemurahan hati adalah pusat dari kesempurnaan moral Allah. Ia merupakan kualitas yang menentukan bagaimana semua keistimewaan lainnya diri Allah akan dinyatakan.
          Banyak mazmur-mazmur yang meninggikan kemurahan hati Allah dalam berbagai aspeknya. Allah murah hati dalam memberikan berkat alami: makanan, kenikmatan, milik, matahari, tidur, keamanan, dan segala hal lainnya yang menopang dan mengayakan kehidupan (Mzm. 145). Tetapi kemurahan Allah dalam tingkat alami tadi, betapa pun limpah, tenggelam oleh kemurahan lebih agung dalam penebusan rohani. Perbuatan dahsyat Allah dalam menyelamatkan Israel dari Mesir; kesediaan-Nya untuk menanggung dan mengampuni ketika para hamba-Nya jatuh ke dalam dosa; kesediaan-Nya untuk mengajarkan jalan-Nya pada manusia; kemurahan-Nya yang menempelkan “carang liar” orang asal kafir ke dalam pohon zaitun-Nya (Mzm. 106; 86:5; 119:68; Rm. 11:22).

Bacalah Mazmur 18, tanyakan diri Anda sejauh apa kesaksian Anda sesuai dengan Daud.
Luangkan cukup waktu untuk mensyukuri Tuhan atas kemurahan kebaikan-Nya kepada Anda.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer

Rabu, 02 Mei 2012

Kemurahan Allah yang Bebas

"Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." - Roma 9:15

Kekafiran purba memandang masing-masing allah seolah terikat kepada para penyembahnya oleh kepentingan pribadi sebab ia bergantung pada pelayanan dan pemberian mereka demi kesejahteraannya. Kekafiran modern menyimpan pemikiran sama tentang Allah yang dianggapnya berkewajiban untuk mengasihi dan menolong kita, meski kita tidak layak. Itulah perasaan yang diutarakan seorang pemikir bebas Perancis dalam kematiannya: “Allah akan mengampuni – itu tugas-Nya.” Tetapi hal itu tidak beralasan. Allah Alkitab tidak bergantung pada manusia ciptaan-Nya untuk kesejahteraan-Nya (lihat Mzm. 50:8-12; Kis. 17:25). Juga, kini sesudah kita berdosa, Ia tidak wajib menunjukkan kepada kita perkenan-Nya. Kita hanya bisa mengklaim keadilan-Nya – dan untuk kita, keadilan pasti berarti penghukuman.
          Allah tidak berutang kepada siapa pun untuk menghentikan keadilan berlangsung. Ia tidak wajib untuk mengasihani dan mengampuni. Jika hal itu Ia lakukan, itu adalah tindakan yang bersumber “dari kehendak bebas-Nya,” dan tak seorang pun memaksa-Nya. “Hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah” (Rm. 9:16). Anugerah bebas sifatnya sebab ia sepenuhnya datang dari diri Allah dan mengalir dari Ia yang bebas untuk tidak beranugerah. Hanya jika kita menyadari bahwa yang menentukan destini kita adalah entah Allah memutuskan untuk menyelamatkan kita dari dosa atau tidak, dan bahwa keputusan ini tidak merupakan keharusan Allah, barulah kita dapat menangkap pandangan alkitabiah tentang apa sesungguhnya anugerah.

Apakah reaksi Anda ketika sungguh menyadari arti anugerah seperti itu? Mungkinkah untuk bergeming tanpa ketakjuban dan kegentaran?
Tuhan, Engkau dengan bebas memilih, dan dengan biaya besar yang harus Kau tanggung, untuk menunjukkan kemurahan dan anugerah kepada setiap pendosa yang bertobat. Tuhan Yesus Kristus, kasihani aku, seorang berdoa.
Dikutip dari buku Bapa Surgawi Mengasihimu oleh Dr James I Packer