Kamis, 30 Agustus 2012

Penyataan Kumulatif


Bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. - Matius 16:17

 
Karena Perjanjian baru lebih maju daripada Perjanjian Lama, bolehkah kita mengatakan bahwa penyataan bersifat “progresif”? bergantung pada apa yang kita maksud dengan kata itu. Jika yang kita maksudkan ialah bahwa ujaran Perjanjian Lama Allah, secara keseluruhan dalam satu atau lain cara menunjuk ke kedatangan Anak-Nya, istilah itu dapat diterima. Tetapi banyak teolog liberal menggunakan “progresif” untuk mengungkapkan ide bahwa sejarah penyataan sesungguhnya adalah sejarah bagaimana pemikiran Israel tentang Allah berevolusi dari sesuatu yang primitif (ide tentang allah peperangan) menjadi lebih baik (Pencipta yang moral) sampai ke konsepsi bahwa Allah yang diajarkan Yesus adalah Bapa yang mengasihi; dan mereka membuat ide ini sedemikian rupa sampai menyiratkan bahwa orang Kristen tidak perlu memerhatikan lagi Perjanjian Lama, sebab semua ide yang dapat dipelajari tentang Allah telah tertampung lengkap dalam Perjanjian Baru, dan ide lainnya salah.

            Tetapi jelas itu tidak benar. Allah memang telah mengembangkan pengetahuan manusia tentang diri-Nya melalui proses penyataan, tetapi ide bahwa yang dinyatakan kemudian menentang dan membatalkan yang dinyatakan sebelumnya adalah salah. Demikian juga dampak pandangan itu yang membuat orang mengabaikan Perjanjian Lama. Penyataan Perjanjian Baru selalu bertumpu atas landasan Pesrjanjian Lama, dan mencabut fondasi sesudah struktur bangunan berdiri berarti menumbangkan struktur bangunan itu sendiri. Orang yang mengabaikan Perjanjian Lama tidak akan mendapat banyak dari Perjanjian Baru.

            Penyataan yang kemudian, jauh dari menentang apa yang telah datang sebelumnya, justru mengandaikan dan membangun di atasnya. Ide ini paling baik diungkapkan dengan menyebut penyataan sebagai kumulatif daripada progresif.

 
Dapatkah para orangtua belajar sesuatu dari penyataan Allah yang kumulatif kepada umat-Nya tentang cara mendidik anak?

Tuhan, tolong aku memelihara gambaran benar tentang Engkau dari penyataan-Mu.

Rabu, 29 Agustus 2012

Penyataan - Lisan dan Pribadi


Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka. Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. - Ibrani 13:7-8

 
Menerima penyataan Allah bukan semata soal duduk dan belajar doktrin. Tidak ada teolog modern yang dapat menegaskan hal itu lebih tegas daripada penulis Ibrani pasal 11 bahwa iman bukan ortodoksi belaka tetapi menaruh percaya secara eksistensial kepada Allah yang hidup. Bahkan, sebagaimana Ibrani 11:7-8, 11, 13 perlihatkan, percaya demikian hanya mungkin atas dasar komunikasi lisan dari Allah – yaitu perintah dan janji ilahi – yang dikenali sebagai datang dari Allah.

            Kepercayaan bahwa penyataan berhakikatkan komunikasi lisan dari surga tidak menentang identifikasi Perjanjian Baru tentang Yesus sebagai Firman Allah (Yoh. 1:1-14) yang menyatakan Bapa (Yoh. 1:18; 14:9). Bila ada yang mengeluarkan pendapat berbeda (memang ada yang berpendapat begitu) berarti berpendapat bahwa karena “Flying Scotsman” adalah nama lokomotif, nama itu tidak bisa juga menjadi nama sebuah kereta api. “Firman” (logos) menekankan ungkapan pemikiran dalam berpikir dan berbicara. Anak Allah disebut Firman karena dalam Dia pikiran, sifat, dan rencana Allah terungkap penuh. Penyataan Allah disebut juga Firman sebab ia merupakan ungkapan lisan berbentuk pemikiran yang mengandung Allah sebagai subyek dan sumbernya. Kata lisan memberi kesaksian kepada Firman pribadi dan memampukan kita untuk mengenal Firman pribadi sebagaimana adanya Ia, yang tidak mungkin terjadi dengan cara lain.

            Meskipun Ibrani mulai dengan memuliakan Anak Allah sebagai gambaran sempurna dari Bapa-Nya, tiga kali dari empat ungkapan “firman Allah” dipakai bukan untuk menekankan Kristus tetapi pesan ilahi tentang Dia (Ibr. 1:3; 4:12; 6:5; 13:7).

Pelajari semua rujukan kepada Firman Allah dalam surat Ibrani.

Bapa, atas semua arti Firman Allah – aku berterima kasih dengan segenap hatiku.

Selasa, 28 Agustus 2012

Penyataan dalam Kata dan Aksi


Ia telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa, perbuatan-perbuatan-kepada orang Israel.

                                                                                                            Mazmur 103:7

 

Ide bahwa hakikat penyataan bersifat komunikasi lisan tidak menyiratkan bahwa Allah adalah rabi di awang-awang yang pekerjaannya tidak lain dari duduk dan bicara. Yang sungguh tersirat adalah tidak ada peristiwa sejarah yang dalam dirinya dapat membuat Allah dikenal oleh semua orang kecuali Allah sendiri menyingkapkan artinya dan tempatnya dalam rencana-Nya. Peristiwa-peristiwa dalam penyelenggaraan ilahi boleh berfungsi mengingatkan kita secara kurang jelas bahwa Allah sedang bekerja, tetapi kaitannya (jika ada) dengan maksud penyelamatan-Nya tidak dapat diketahui sampai Ia sendiri memberitahukannya kepada kita. Tidak ada peristiwa apa pun yang sanggup menafsirkan dirinya sendiri.

            Contohnya, Keluaran hanya satu dari banyak perpindahan suku dalam sejarah. Kalvari hanya salah satu dari sekian banyak penghukuman mati oleh orang Romawi. Siapa dapat menduga tentang arti penyelamatan yang unik dari peristiwa- peristiwa ini jika Allah tidak memberitahukannya kepada kita?

            Dalam arti tertentu semua sejarah adalah kisahnya Allah, tetapi tidak satu pun yang menyatakan Dia kecuali Ia sendiri bicara kepada kita tentang itu. Penyataan Allah bukan melalui perbuatan tanpa perkataan (drama bisu) juga bukan seperti perkataan saja tanpa perbuatan. Allah bicara kepada kita melalui perbuatan atau, lebih alkitabiah, melalui perkataan yang diteguhkan dan digenapi oleh perbuatan. Fakta yang harus kita hadapi ialah bahwa jika tidak ada penyataan lisan, maka sama sekali tidak ada penyataan, tidak juga dalam kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus dari Nazaret.

 

Bagaimanakah Anda mengerti Mazmur 39:1-4 dalam terang yang dikatakan di atas? Apakah penyataan umum dan khusus adalah sejajar dengan anugerah umum dan khusus?

Tuhan, terima kasih atas perbuatan-Mu dalam hidupku dan perkataan-Mu yang Kau berikan untuk menolongku memiliki pandangan benar tentang perbuatan-Mu.

Sabtu, 25 Agustus 2012

Tugas Nabi


Kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan… Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.
- Yeremia 1:7, 9.

 
Sifat tugas nabi dikristalkan dalam perkataan kepada Yeremia. Menaruh perkataan ke mulut seseorang lain berarti meminta ia memberitahu kepadanya apa tepatnya yang harus ia katakan. Itulah yang Allah buat dengan para nabi. Seperti yang berulang kali mereka katakan kepada kita, Firman Tuhan datang kepada mereka dan memberitahukan mereka apa yang harus mereka katakan kepada orang lain dalam Nama Allah.

            Amos memaparkan para nabi sebagai para pengantara penyataan dalam dua ayat berturutan (Am. 3:7, 8). “Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi. Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut?” Di sana para nabi adalah para pelihat dan pendengar, penerima penyataan. Lalu Amos berkata,  “Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?” Di sana para nabi adalah pembicara dan pembawa pesan, yang didesak untuk mendeklarasikan rahasia yang Allah telah singkapkan kepadanya.

            Karena itu, pada intinya, para nabi adalah para pewarta awal dari Firman Allah, para agen manusia yang membuat pernyataannya didengar publik dan menyiarkannya kembali kepada umat yang kepadanya ia diutus. Tetapi karena rahasia Allah sering melibatkan juga rencana rahasia-Nya, termasuk artinya untuk tindakan di masa kini, para pewarta awal Firman Allah itu sering terkesan sebagai para peramal hal-hal yang akan datang. Begitulah ide bahwa para nabi adalah peramal bertemu.

 
Kenalkah Anda nabi modern – orang yang mengaplikasikan Firman Allah dalam Nama Allah kepada Anda dan orang lain? Apakah Anda berdoa agar para pengkhotbah masa kini boleh berperan nabi dalam arti tadi?

Berdoalah untuk para nabi yang terasing, dan tawar hati, yang Anda kenal.

Jumat, 24 Agustus 2012

Firman Nubuatan


Perkataan yang dinyatakan kepada Amos, salah seorang peternak domba dari Tekoa… Beginilah firman TUHAN. - Amos 1:1, 3
 

Tanda istimewa nubuat Perjanjian Lama ialah formula “Beginilah firman TUHAN” yang selalu mendahului pengucapannya. Formula itu memproklamirkan sumber dan otoritas pesan para nabi: ia memberitahukan dunia bahwa perkataan mereka harus didengar dan diterima sebagai pencanangan kerajaan dari Allah, dan bukan sekadar produk manusia saleh. Pesan profetis cocoknya dibandingkan bukan dengan editorial Kompas tetapi dengan pernyataan-pernyataan dari pihak istana.

            Lazimnya para nabi bicara atas nama pribadi Allah: “Aku” dalam ujaran mereka lebih sering daripada menyebut Yahweh sendiri. Psikologi dari inspirasi profetis, melibatkan faktor-faktor suara, visi, intuisi, dan perenungan, jelas misterius bagi kita yang tidak ikut mengalaminya. Tetapi kedua Perjanjian memberitahu kita bahwa inspirasi profetis, betapa pun misteriusnya, merupakan fakta yang terjadi berulang kali mulai dari Musa seterusnya dan inspirasi ini memiliki dampak definit dan khas. Inspirasi profetis lebih dari sekadar wawasan alami, bahkan lebih dari pencerahan rohani; inspirasi profetis adalah suatu proses unik di mana pewarta manusia ditarik ke dalam pengidentifikasian sedemikian sempurna dengan pesan yang telah Allah berikan kepadanya untuk disampaikan sampai yang ia katakan dapat dan harus diperlakukan sebagai sepenuhnya ilahi.

            Meskipun kuasa pemikiran dan keahlian nabi sendiri sepenuhnya dipakai dalam menyelami penyingkapan diri Allah dan dalam menyiapkan penyingkapan itu untuk publikasi (lisan atau tulisan), produk yang dihasilkan itu secara seragam dan tanpa salah adalah “Firman dari TUHAN.”

Dapatkah para pengkhotbah, penyuluh, dlsb. masa kini belajar sesuatu tentang metode, ketrampilan para nabi Perjanjian Lama?

Tuhan, tolong aku mengidentifikasi diri dengan pesan yang Engkau ingin aku sampaikan ke orang lain.

Kamis, 23 Agustus 2012

Tumbuh dalam Kekudusan


Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar; karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. - Filipi 2:12-13

 
Penting sekali bahwa kita menyingkirkan segala suasana kesombongan dari pikiran kita yang sementara kita tumbuh dalam kekudusan mengusulkan bahwa kita tidak terlalu memerlukan pengudusan dari darah Kristus. Kita tak akan pernah terlalu berlebihan dalam kebutuhan kita akan darah Yesus. Konteks untuk pengudusan kita adalah pembenaran oleh darah Kristus.

            Sumber pengudusan kita ialah kesatuan dengan Kristus. Kita dipersatukan dengan-Nya pada titik di mana kehidupan kita yang pertama (hidup lama kita) berakhir dan kehidupan baru mulai. Permulaan hidup baru berarti pembaruan hati kita sehingga kini kita mengasihi Allah dan kehendak-nya, jalan-Nya, serta maksud-Nya, dan menemukan hasrat terdalam kita – yaitu mengenal, mengasihi, mendekat, melayani, menyukakan, dan memuji Dia sepanjang hari-hari kita. Panggilan untuk kudus hanyalah panggilan agar kita menjadi Kristen sewajarnya dan mengizinkan semua insting, impuls, kerinduan baru itu mengungkap diri dalam cara kita hidup.

            Agen pengudusan adalah Roh Kudus yang bekerja dalam kita untuk menciptakan kemauan dan tindakan sesuai perkenan baik Allah. Berulang kali kita harus berlutut dan mengakui ketidakberdayaan kita serta memohon untuk diberdayakan. Lalu, dengan memercayai bahwa Allah mendengar dan menjawab kita, kita harus bertindak, berusaha untuk melakukan hal yang telah kita minta dalam doa.

            Semua ini tidak semudah yang terdengar, sebab pengudusan adalah peperangan (Gal. 5:17). Kita tidak pernah mengarahkan hati kita sepenuhnya kepada perkara-perkara Allah, sehingga meskipun tindakan kita benar menurut standar eksternal, hati kita tidak sempurna benar. Pengudusan melibatkan pergumulan dan perjuangan sepanjang hidup.

 
Apakah hal yang darinya kita tumbuh dalam kekudusan? Apakah hal yang darinya tidak mungkin kita akan tumbuh?

Tuhan, aku sadar aku tidak boleh menyebut apa pun sebagai “pertumbuhan” jika membuatku menjauhi salib-Mu.

Rabu, 22 Agustus 2012

Lemah namun Penuh Kuasa


Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah. - 1 Korintus 2:3-5
 

Paulus tahu bawa ia akan terlihat bodoh di mata orang Korintus. Baiklah! Ia siap untuk itu. Ia akan mengandalkan Tuhan agar menghormati Firman-Nya. Ia memberitahu orang Korintus bahwa ia sengaja membelakangi kembang api filsafat dan oratorika, karena berketetapan hati untuk bicara gamblang dan sederhana serta memercayai Roh Kudus untuk mendemonstrasikan, mengukuhkan, dan mengotentikkan kebenaran ilahi pesan yang ia sampaikan. Ia memercayai kuasa Allah, bukan kecerdasannya sendiri.

            Memang Paulus merasa sedikit bodoh. Itulah tujuan kata lemah dan takut yang ia pakai. Menyadari bahwa ia akan mengecewakan orang Korintus karena tidak menyerasikan diri dengan kesombongan intelektual Yunani, ia merasa rentan dan bersiap dianggap aneh, dan itu membuatnya tidak nyaman. Namun demikian ia tidak surut. Ia tahu bahwa kesetiaan menuntutnya melakukan itu, dan ia tahu bahwa ia dapat menaruh percaya kepada Allah untuk menghormati kesetiaannya. Paulus melihat kepada Roh Kudus untuk mengabsahkan Firman.

            Roh bertindak sesuai yang Paulus harapkan. Hasilnya ialah gereja Korintus! Allah menghormati kesetiaan kepada kebenaran-Nya – kesetiaan baik kepada isi yang Ia berikan maupun pencerahan yang Roh berikan. Kini kita pun dipanggil untuk menyaksikan kesetiaan sejenis itu.


Apakah pesan Allah kepada Paulus: Jangan takut, bicaralah dan jangan diam; sebab Aku besertamu, dan tak seorang pun akan membahayakan hidupmu; sebab Aku memiliki banyak orang di kota ini (Kis. 18:9-10), juga pesan untuk Anda kini?

Tuhan, tolong aku untuk mendemonstrasikan dalam hidupku bahwa betapa pun lemah dan tak layak kami secara manusia, kami boleh dipenuhi kuasa Roh-Mu.

Selasa, 21 Agustus 2012

Pembentukan Yakub (2)



Sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku." Bertanyalah orang itu kepadanya: "Siapakah namamu?" Sahutnya: "Yakub." Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang." - Kejadian32:26-28


Ketika Yakub diberitahu bahwa Esau membawa pasukan bersenjata menuju dia untuk membalas berkat yang telah ia curi duapuluh tahun sebelumnya, ia terhempas dalam keputusasaan besar. Dan kini saat untuk Allah tiba. Malam itu, sementara Yakub berdiri sendirian di tepi sungai Yabok, Allah menjumpainya (Kej. 32:22-32). Terjadilah berjam-jam lamanya pergumulan berat dan menyakitkan; pergumulan rohani, dan untuk Yakub terkesan sebagai, juga jasmani.

            Yakub berpegang pada Allah; ia menginginkan berkat, yang meneguhkan perkenan dan perlindungan ilahi dalam krisis tersebut, tetapi ia tidak mendapatkan apa yang ia cari. Sebaliknya, ia makin menjadi sadar akan keadaan dirinya – amat tak berdaya dan tanpa Allah, sangat tak berpengharapan. Ia merasakan seluruh kegetiran dari cara-cara hidupnya yang tak bermoral dan sinis kini balik ke sangkarnya. Sejauh ini ia telah bertindak mengandalkan diri sendiri, percaya bahwa dirinya lebih hebat dari apa pun yang terjadi, tetapi kini ia merasa sama sekali tidak berdaya untuk mengendalikan segala yang terjadi. Dalam terang benderang membutakan Ia sadar, bahwa ia tidak akan berani lagi memercayai diri sendiri untuk mengurus kehidupannya dan mengukir destininya. Agar hal ini terang dan jelas untuk Yakub, Allah membuatnya pincang sebagai pengingat seterusnya tentang kelemahan rohaninya dan kebutuhannya untuk bersandar pada Allah selalu.

            Sifat kemenangan Yakub atas Allah tidak lain adalah ia berpegangan terus kepada Allah sementara Allah melemahkan dia dan menciptakan di dalamnya roh ketaklukan dan tidak lagi memercayai diri; bahwa ia sedemikian menginginkan berkat Allah sampai ia bergelantung pada Allah sepanjang pergumulan yang merendahkan dirinya itu sampai ia cukup rendah untuk Allah membangkitkannya.


Mengapa Allah harus merendahkan kita?

Apakah aku hidup oleh kecerdikanku atau oleh hikmat Allah?

Senin, 20 Agustus 2012

Pembentukan Yakub (1)


Kata Yakub kepada ayahnya: "Akulah Esau, anak sulungmu. Telah kulakukan, seperti yang bapa katakan kepadaku. Bangunlah, duduklah dan makanlah daging buruan masakanku ini, agar bapa memberkati aku." - Kejadian 27:19
 

Allah mengurus Yakub, cucu Abraham, dengan cara berbeda dari Ia menangani Abraham. Pertama, sekitar duapuluh tahun lamanya, Allah membiarkan Yakub menenun jejaring dusta yang rumit dengan banyak konsekuensi tak terhindari – saling tidak percaya, persahabatan berubah menjadi permusuhan, dan pengasingan diri sang pendusta. Konsekuensi dari kelicikan Yakub itu sendiri adalah hukuman Allah atasnya.

            Ketika Yakub mencuri hak dan berkat kesulungan Esau, Esau membencinya (wajar!), dan Yakub harus segera lari dari rumah. Ia pergi ke Laban, pamannya yang terbukti sama liciknya seperti Yakub sendiri. Laban memeras posisi Yakub dan mengakalinya untuk tidak saja mengawini putrinya yang cantik yang Yakub inginkan, tetapi juga yang sederhana dengan mata jelek, yang jika tidak demikian mungkin akan susah untuk beroleh suami yang baik.

            Pengalaman Yakub dengan Laban adalah kasus penipu tertipu; Allah menggunakan itu untuk menunjukkan kepada Yakub apa rasanya menjadi orang yang ditipu – sesuatu yang harus Yakub pelajari jika ia ingin putus cinta dengan jalan hidupnya yang lama. Namun demikian Yakub belum lagi sembuh. Reaksi langsungnya adalah memberi gayung bersambut; ia memanipulasi pengembang-biakan domba-domba Laban sedemikian cerdiknya, sampai ia mendapat untung sangat banyak dan kerugian besar pada majikannya, dan ini membuat Laban marah, lalu Yakub berpikir lebih baik ia pergi dengan keluarganya ke Kanaan sebelum pembalasan dendam mulai. Allah yang sedemikian jauh tidak pernah menegur ketidakjujuran Yakub, mendorong dia untuk pergi, sebab Ia tahu apa yang akan Ia lakukan kepadanya sebelum perjalanan tiba di tujuan.


Tengok kembali perlakuan Allah kepada Anda, dengan mengingat saat ketika Ia membiarkan Anda memilih jalan sendiri dan kemudian Anda harus “mencicipi” hal yang Anda “buang.”

Bapa, terima kasih Engkau sabar sementara aku jatuh bangun dalam belajar dari-Mu.

Sabtu, 18 Agustus 2012

Melatih Iman


Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." - Roma 4:18
 

Kehidupan Abraham adalah gambaran dari apa sebenarnya iman yang sejati. Dalam kebergantungannya yang kuat dan memuliakan Allah kepada janji ilahi – dalam hal ini janji bahwa ia akan mendapatkan anak pewaris – ia adalah teladan dan pola untuk iman yang membenarkan yang oleh injil kita diminta untuk melakukannya (Rm. 4:18-22).

            Contoh lain dalam Perjanjian Baru tentang iman dalam tindakan ada dalam kitab Ibrani. Penulisnya berusaha menstabilkan orang beriman yang sedang mengalami masalah dan perhatiannya disimpangkan. Ia menulis: hendaklah kalian puas dengan apa yang ada padamu. Sebab Allah sudah berkata, "Aku tidak akan membiarkan atau akan meninggalkan engkau." Sebab itu kita berani berkata, "Tuhan adalah Penolongku, aku tidak takut. Apa yang dapat manusia lakukan terhadapku?" (Ibr. 13:5-6 IBIS).

            Allah telah berfirman dalam perkataan janji alkitabiah; kita merespons dengan jalan mengambil janji, memercayainya, bertumpu atasnya, dan menyesuaikan pandangan kita tentang hidup sesuai dengannya. Itulah iman; itulah arti berdiri atas janji-janji Allah.


Apakah aku melatih diri merespons janji-janji Allah dalam cara yang diusulkan di atas? Bagaimana aku dapat menerima, memercayai, bertumpu pada, dan menyesuaikan diri kepada janji Allah?

Tuhan, inilah kebutuhanku… dan inilah janji-Mu…

Kamis, 02 Agustus 2012

Nama-Nya dan Kehendak-Nya


Segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku… Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. - Yohanes 16:23-24

Jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. - 1 Yohanes 5:14


Ayat-ayat ini datang dari dua bagian Alkitab yang berusaha memimpin kita ke doa lebih dalam daripada yang kebanyakan kita pernah lakukan (Yoh. 16:23-27; 1Yoh. 5:13-17).

            Tujuan doa bukan memaksa tangan Allah atau membuat Dia melakukan kehendak kita melawan kehendak-Nya, tetapi untuk memperdalam pengenalan kita akan Dia dan persekutuan kita dengan-Nya melalui merenungkan kemuliaan-Nya, mengakui kebergantungan dan kebutuhan kita, dan secara sadar menerima maksud-maksud-Nya. Jadi, permintaan kita harus sesuai kehendak Allah dan dalam Nama Yesus.

            Konteks dari permintaan seperti itu ialah iman yang terjamin. Waktu itu, ketika Yesus mengajar mereka oleh Roh-Nya, secara jelas tentang Bapa, tidak ada unsur memasukkan dukungan Yesus dalam doa, seolah Ia lebih bermurah hati daripada Bapa atau dapat memengaruhi Bapa hal yang mereka tidak dapat; waktu itu dalam hati mereka tahu bahwa sebagai orang beriman mereka adalah para kekasih Bapa.

            Meminta dalam Nama Yesus bukan memakai mantra lisan tetapi menaruh doa kita dalam relasi penyelamatan dalam Kristus untuk kita melalui salib; ini berarti meminta persetujuan Kristus sendiri. Waktu Allah menjawab dalam Nama Yesus, Ia memberi melalui Yesus sebagai pengantara kita dan kepada Yesus sebagai pihak yang akan dimuliakan melalui apa yang diberikan.

            Di pusat kehidupan doa adalah sikap sedia kita untuk diajar oleh Kristus melalui Firman dan Roh tentang apa yang harus kita doakan. Sejauh kita tahu melalui kesaksian Roh dalam hati, bahwa kita menaikkan permohonan yang Tuhan sendiri berikan secara khusus untuk kita doakan, kita tahu bahwa kita memiliki jawaban bahkan sebelum melihatnya.


Sediakah aku dibentuk Allah melalui Firman dan Roh-Nya? Pernahkah aku berusaha berdoa dalam cara itu?

Tuhan, aku butuh iman yang lebih pasti. Tolong aku...

Rabu, 01 Agustus 2012

Doa Orang Kudus yang Berkebutuhan


Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jaring. - Mazmur 25:15



Tidak ada doa jika tidak ada kesadaran akan kebutuhan. Penyair Mazmur 25 sangat peka akan kebutuhannya. Ia merasa bahwa sebuah jaring telah menjerat dan memenjaranya. Jaring apa? Sepertinya jaring itu memiliki jerat bagian luar dan dalam. Bagian luar melambangkan para musuhnya – “Lihatlah, betapa banyaknya musuhku, dan bagaimana mereka membenci aku dengan sangat mendalam” (19) – dan segala akibat yang dibuat oleh mereka – “aku sebatang kara dan tertindas. Lapangkanlah hatiku yang sesak dan keluarkanlah aku dari kesulitanku!” (16-17).

            Jerat bagian dalam melambangkan apa yang ia rasakan ketika ia mengingat dosa-dosanya. “Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat… Ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu” (7, 11). Ingatan itu menimbulkan ketakutan bahwa ia akhirnya akan mengalami perendahan dan akhirnya gagal: “janganlah kiranya aku mendapat malu” (2, 20).

            Tidakkah kita juga sadar akan jaring serupa mengelilingi kita? Tidakkah kita juga menghadapi oposisi, keadaan hidup yang menentang, kesukaran demi kesukaran, ingatan tentang dosa dan kegagalan kita? Kita perlu melakukan apa yang pemazmur lakukan: secara spontan bawalah semua hal ini kepada Tuhan, berulang kali dan tanpa segan-segan, oleh pertolongan Roh Kudus, dan minta Dia menarik kita keluar dari kekacauan jerat yang ditebar oleh si iblis, perancang semua keputusasaan dan ketawaran hati.
 

Apakah jerat yang Anda alami itu: hal, orang, suasana hidup yang menggentarkan hidup Anda?

Bawa tiap aspek kesulitan atau ketakutan Anda kepada Allah dan ingatkan diri  Anda tentang siapa Allah dan apa yang telah ia janjikan.