Selasa, 26 Maret 2013

Perbuatan Kasih

...orang-orang miskin selalu ada padamu,
dan kamu dapat menolong mereka,
bilamana kamu menghendakinya,
tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.
Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya.
Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan
di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini
akan disebut juga untuk mengingat dia." - Markus 14:7-9
Pada waktu melakukan perbuatan kasih tersebut,
perempuan itu (Maria saudara Lazarua - menurut Yohanes 11 & 12) belum tahu
bahwa Yesus akan mencurahkan darah-Nya, mempertaruhkan seluruh hidup-Nya
menjadi kurban yang menyembuhkan, melepaskan, membeli hidup kita
dari penyakit, belenggu dan perbudakan dosa / kejahatan.
Maka sungguh perbuatannya itu lebih harum daripada harum minyak mahal yang
dicurahkannya di kaki Yesus dan kemudian disekanya dengan rambutnya.
Keharuman perbuatan itu, menurut Yesus sendiri - akan dicatat dalam injil-injil
dan karenanya selalu diberitakan setiap kali Injil diberitakan.
Waktu itu, mempertentangkan sumbangan untuk orang miskin dengan perbuatan kasih kepada Yesus
sangat tidak tepat. Bagaimana mungkin membandingkan kasih kepada Yesus dengan simpati kepada orang miskin?
Namun demikian, pada masa kini dengan Yesus tidak lagi hadir secara jasmani
tetapi maha hadir melalui Roh-Nya di dalam gereja dan semua usaha perbaikan dunia ini,
betapa dahsyat bahwa segala bentuk simpati kita kepada orang miskin
boleh menjadi ekspresi dari kasih kita kepada Yesus.
Apalagi dengan kita kini telah mengetahui bahwa Yesus berkurban bagi keselamatan kita
bagaimana mungkin kita tidak ingin mengungkapkan terima kasih kita
dalam bentuk perbuatan-perbuatan kasih kita yang sangat tidak layak dibanding kurban-Nya itu?
Marilah dalam beberapa hari terakhir minggu sengsara Yesus ini
kita pertimbangkan dengan serius, seberapa jauh kurban kasih-Nya telah kita respons
dalam perbuatan2 kasih kita kepada-Nya melalui uluran tangan ke sesama
yang di dalam-Nya wajah Yesus yang menderita terbaca jelas oleh kita?
Berusahalah agar tiap perbuatan baik kita tidak keluar dari keterpaksaan atau keterbiasaan
melainkan merupakan pancaran ungkapan kasih kepada Yesus yang didasari oleh
pertimbangan yang jelas dan dukungan doa yang kuat.

Sabtu, 23 Maret 2013

Mengiring Yesus

TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku,
Ia telah menjadi keselamatanku.
Ia Allahku, kupuji Dia,
Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia. - Keluaran 15:2; 

Ketika Ia dekat Yerusalem,
di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun,
mulailah semua murid yang mengiringi Dia
bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring
oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat. - Lukas 19:37

Allah Maha beranugerah,
kiranya hari ini kami sungguh & penuh
mengikuti jalan kasih-Mu yang menyangkali diri
dan mengubah hidup.
Kiranya pertimbangan, bicara, dan tindakan kami
mencerminkan kuasa kasih:
mengampuni, mengubah, menerima, menyelamatkan, dan menyembuhkan.
Amin.

Jumat, 22 Maret 2013

Salib & Mahkota

"Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum
dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.
Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku,
Aku tidak berhak memberikannya.
Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan." - Markus10:39-40

kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus,
melainkan juga untuk menderita untuk Dia - Filipi 1:29
Motivasi dan semangat kita mengikut Yesus selalu perlu dimurnikan dari waktu ke waktu.
Kita belajar dari hidup Yesus: tiada kebangkitan tanpa kematian,
tiada mahkota tanpa salib.
Kalau Tuhan kita demikian, bagaimana kita pengikut-Nya, murid-Nya?
Memang Ia telah bangkit - selalu bersama kita,
dan hadirat-Nya memberi kita hidup berkelimpahan:
sukacita, damai sejahtera, pembaruan hidup, kebahagiaan,
berbagai karunia keberhasilan, dlsb.
Namun, ingat bahwa sebagian besar dari karunia-Nya
mewujud dalam hidup kita juga melalui jalan salib, jalan penderitaan.
Kita menderita sebagai konsekuensi mengikut Tuhan di dalam dunia yang melawan Tuhan,
atau sebab menyangkal diri dosa demi menaati kehendak dan firman-Nya.
Maka ingat dan praktikkan: salib dulu baru kebangkitan, mahkota duri dulu baru mahkota kemuliaan.
Dan, dalam semuanya bukan kita yang menentukan tetapi Allah yang berdaulat menetapkan
apa bagian kita kini dan kelak.

Kamis, 21 Maret 2013

Lindungan-Nya


Walau seribu orang rebah di sisimu,
dan sepuluh ribu di sebelah kananmu,
tetapi itu tidak akan menimpamu.
Mazmur 91:7
Janji Allah: Ribuan akan rebah di sekitarAnda, tetapi Anda tidak akan celaka.

Mazmur 91 sebuah deklarasi dahsyat tentang keamanan dan perlindungan yang kita bisa dapatkan dalam pengenalan bahwa kita hidup dalam pemeliharaan konstan dari Allah mahakuasa. Pemazmur memberi tahu kita bahwa kita dapat hidup dalam keadaan aman bahkan ketika mengalami lingkungan hidup penuh tekanan dan bahaya.

Dapatkah Anda bayangkan bahwa Anda hidup dalam keamanan dan perlindungan yang sebegitu rupa sampai Anda tetap aman sementara ribuan kekuatan yang bisa membahayakan Anda berjatuhan di sekitar Anda? Meski pasti sukar untuk dapat membayangkan itu, tetapi inilah janji Allah Pencipta langit dan bumi, Penyelamat jiwa dan pemelihara kita yang setia. Janji ini diberikan kepada kita yang secara aktif menempatkan diri di bawah perlindungan / bayang2 Allah Mahakuasa.
Gambaran dalam mazmur ini diambil dari konteks peperangan atau pengembaraan. Dalam dunia kita masa kini, konteks lebih tepatnya adalah pertetanggaan, misi, atau dunia kerja. Meski konteksnya beda, pada intinya Alkitab memaparkan bahwa kita semua sedang dalam pengembaraan di dunia yang fana ini. Sengaja atau tidak, terkadang orang di sekitar kita dalam konteks2 berbeda itu menjadi semacam pencobaan atau perlawanan atau bahaya tertentu bagi kita. Apabila kita mengambil posisi bernaung di bawah kepak sayap perlindungan-Nya, apabila hati kita secara aktif terus menerus memposisikan diri tinggal dalam naungan-Nya, nikmatilah keamanan, pemeliharaan, perlindungan sempurna dari Allah yang Mahakuasa. Kiranya secara aktif kita mengambil langkah iman itu hari ini dan seterusnya. Amin

Mukjizat Keseharian

Kamu akan makan makananmu sampai kenyang
dan diam di negerimu dengan aman tenteram. - Imamat 26:5;
Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu,
Ia menengadah ke langit, mengucap berkat,
lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya
supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak.
Dan mereka semuanya makan sampai kenyang.
Kemudian dikumpulkan potongan-potongan roti yang sisa sebanyak dua belas bakul. - Lukas 9:16-17
Yesus, kiranya kami mengenali-Mu di dalam mukjizat-mukjizat keseharian:
berbagi makanan, tangan terulur siap menolong, dan dekapan sambutan.
Di dalamnya mukjizat lawatan-Mu terjadi.
Kenyangkan kami dengan Roh-Mu agar kami terinspirasi dan
bersedia bekerja mengusahakan keadilan dan
kemurahhatian-Mu dalam dunia kami.
Amin

Respons Syukur

Dan apabila orang berkata kepada kamu:
"Mintalah petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal
yang berbisik-bisik dan komat-kamit,"
maka jawablah: "Bukankah suatu bangsa patut
meminta petunjuk kepada allahnya? - Yesaya 8:19;
Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa
dan menjadikan mereka tontonan umum
dalam kemenangan-Nya atas mereka - Kolose 2:15
Terima kasih ya Allah yang penuh anugerah
untuk semua hal yang telah Kau lakukan bagi kami.
Engkau telah mengaruniakan hidup, kasih-Mu, dan putra-Mu Yesus.
Kiranya apa pun yang kami lakukan dan katakan hari ini
menjadi persembahan yang berkenan kepada-Mu.
Dalam respons penuh syukur. Amin

Inkarnasi Yesus - Dasar kepedulian Sosial Kita

INKARNASI - SENGSARA YESUS = DASAR KEPEDULIAN SOSIAL UMAT-NYA:

Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu,
--dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan,
dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami--
demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.
Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan,
dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu,
aku mau menguji keikhlasan kasih kamu.
Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus,
bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin,
sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.
(2 Korintus 8:7-9)

Kesempatan Baru

Jika Engkau, ya TUHAN,
mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan,
siapakah yang dapat tahan? - Mazmur 130:3;
Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya
kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa,
menurut kekayaan kasih karunia-Nya, - Efesus 1:7
Allah yang penuh anugerah,
yang memberi kesempatan baru,
ada saat ketika penderitaan hidup yang dalam
membuat kami kewalahan.
Tolong kami untuk mendengar secara baru undangan-Mu
untuk melepas tindihan hidup kami kepada Roh-Mu yang lembut,
yang menawarkan kasih, pengampunan, dan pembaruan hidup.
Amin

Kasih yang Menderita

Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil,
dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya?
Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup,
dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah - Yesaya 53:8;
Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu
untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" - Lukas 24:26
Yesus, Saudara kami,
dalam penderitaan-Mu kami melihat
sejauh mana kasih dapat menanggung.
Engkau mengundang kami menjalani
jalan perhambaan kasih bersama-Mu.
Kami ragu, tetapi Engkau berjanji kami tak akan sendiri
ketika kami berbagi penyembuhan-Mu kepada dunia yang menderita.
Amin

Jangkauan Kasih

Akulah TUHAN yang menyembuhkan kamu - Keluaran 15:26;
Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan,
ia datang dengan gemetar, tersungkur di depan-Nya
dan menceriterakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia
dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh.
Maka kata-Nya kepada perempuan itu:
"Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau,
pergilah dengan selamat" - Lukas 8 :47-48
Ya Allah yang memulihkan,
terima kasih untuk anugerah-Mu yang menyembuhkan.
Berikanlah kami keberanian dan iman untuk menjangkau dalam kasih
kepada mereka yang paling membutuhkan penyembuhan dan pengharapan -
khususnya mereka yang paling tidak berrti dari semua yang dianggap tak berarti.
Amin

Rangkulan Kasih

...di padang gurun, di mana engkau melihat bahwa
TUHAN, Allahmu, mendukung engkau,
seperti seseorang mendukung anaknya,
sepanjang jalan yang kamu tempuh,
sampai kamu tiba di tempat ini. - Ulangan 1:31;
Kita telah mengenal dan telah percaya
akan kasih Allah kepada kita.
Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih,
ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. - 1 Yohanes 4:16
Gendonglah kami hari ini, ya Allah,
sebagaimana orangtua yang penuh kasih.
Rangkullah kami dengan tangan-Mu agar kami boleh
merasakan percaya seorang anak yang penuh suka
karena mengetahui bahwa kami dikasihi penuh dan bebas
dan tidak ada apa pun dapat memisahkan kami dari kasih-Mu.
Amin

Rabu, 13 Maret 2013

Lembu, Keledai, atau... Umat?

Lembu mengenal pemiliknya,
tetapi Israel tidak;
keledai mengenal palungan
yang disediakan tuannya,
tetapi umat-Ku tidak memahaminya.
(Yesaya 1:3)
Biasanya kita mengerti ayat di atas sebagai berikut: Kita pikir Allah menegur Israel (juga kita, orang Kristen / gereja-Nya masa kini) tentang hal-hal seperti: - kurang bersyukur dan bergantung pada Tuhan, - kurang bergairah dalam beribadah di gereja, - malas bersaksi, dan lainnya semacam itu. Keliru besar!
Bila kita teruskan teguran keras Yesaya 1 ini, tidak satu pun dari hal-hal tadi yang kurang dari umat-Nya. Korban dan persembahan mereka tidak kurang malah melimpah (ay. 11); mereka tidak absen dalam beribadah dan melaksanakan berbagai perayaan ibadah dengan meriah (ay. 13-15). Sebaliknya dari menyukakan Allah, semua tindakan ibadah mereka itu malah kejijikan bagi Allah, membuat-Nya muak, dan tidak memperkenan-Nya.
Mengapa? Sederhana saja tetapi sangat serius bagi Tuhan! Bagi Allah perilaku religius umat tersebut “tidak sungguh” (ay. 13), sebab apa yang terjadi di rumah ibadah tidak sama dengan apa yang mereka lakukan dalam ruang publik! Yang disorot di sini ialah di ruang publik, kita harus mencerminkan hal-hal yang dialami tentang Allah yang kita sembah dalam ibadah. Hal ini tampak jelas dalam ayat 16-17: Allah menegur dosa-dosa sosial. Mengapa Allah sampai begitu murka kepada umat-Nya yang tidak mempraktikkan kepedulian sosial? Sebab itu menunjukkan mereka tidak memancarkan sifat Allah yang sejati. Dalam ibadah kita tidak saja berjumpa dengan Allah yang agung, tinggi, dahsyat, tetapi juga Allah yang mendengar tangisan umat-Nya (Kel. 3), yang peka akan kaum yang disingkirkan seperti para perempuan tanpa anak atau para janda.
Renungkanlah ayat-ayat seperti ini: “Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, bersama-sama dengan para bangsawan bangsanya. Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita. Haleluya!” - lihat Mazmur 113). Bagaimana kita mengaku kita menyembah Allah bila tindakan Allah yang “merunduk kepada kaum papa dan rentan”ini tidak terlihat dalam kehidupan sosial kita?
Seluruh Alkitab menyingkapkan sifat dan tindakan Allah yang menjenguk dan mengangkat kaum papa ini. Kita tidak mungkin tidak tertantang oleh kepedulian sosial Allah ini dari membaca berbagai firman dalam Perjanjian Lama, lebih-lebih bila kita merenung arti inkarnasi Yesus Kristus Putra Tunggal Allah. “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2Kor. 8:9). Sayangnya, kita cenderung merohanikan pembacaan kita akan bagian Alkitab sedemikian. Padahal, konteks tulisan Paulus ini sedang bicara tentang imbauannya agar jemaat kaya peduli dengan jemaat miskin. Inkarnasi Yesus harus dijadikan dasar dan teladan untuk kepedulian sosial jemaat dan orang Kristen.
Kekurangan gereja dan orang Kristen masa kini dalam kepedulian sosial bisa berakibat buruk pada pemahaman (baca: teologi) dan penghayatan yang dilakukan. Kita bisa cenderung membangun pola ibadah yang pro si kaya dan tidak peka akan rintihan si miskin. Kita bisa pro penguasa dan ikut menindas kaum papa yang rentan daya. Kita bisa berkedok kesalehan pribadi tetapi tidak memiliki hati welas asih seperti Tuhan. Kita bisa menipu diri merasa puas dengan ibadah-ibadah yang dikemas untuk menghibur ketimbang yang menantang orang berkotor tangan karena terlibat dunia nyata – baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dengan kata lain, sebetulnya kita tidak sedang menyembah Allah tetapi berhala, yaitu diri kita sendiri, Maka untuk mengubah itu Allah memberikan tuntutan sederhana tetapi radikal: “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat (baca: yang a-sosial) dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!” (ay. 16-17).
Sikap konkrit kepedulian sosial selain memancarkan hati Allah sendiri, juga berpengaruh dahsyat pada pembentukan diri kita. Melalui kepedulian sosial kita belajar menyetarakan diri dengan kesusahan pihak lain. Itu berarti mendisiplin hati kita untuk sensitif, untuk penuh pancaran kasih, untuk peduli, untuk merendah, untuk mengakui kefanaan dan keterbatasan kita, untuk bertobat dari keterikatan pada mamon dan menaklukkannya menjadi hamba kepentingan Allah semata. Itu berarti kita belajar bersandar pada Allah dalam mengatur hidup kita terutama dompet (baca: harta dalam berbagai wujudnya) dan tidak membiarkan harta menjadi berhala, atau kekhawatiran akan hari esok mencekik kedamaian dan kesukaan hidup. Singkat kata, bagaimana mungkin kita tidak dibentuk secara luar biasa ketika kita belajar untuk memancarkan sifat-sifat Allah ke ruang sosial kita?
Maka, darpada berdoa memohon Ia memberikan kesuksesan dalam berbagai aspek hidup, lebih baik mohonlah dan berjuanglah oleh bantuan Roh untuk memancarkan: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22, 23). Jadilah pribadi yang makin manusiawi, sebab dengan demikian kita menjadi makin ilahi; jadilah gereja atau komunitas Kristen yang makin “mewongke” sebab dengan demikian kita makin mirip “gusti Allah”sendiri.
     
Selamat bertumbuh dalam kemanusiaan yang ilahi