Jumat, 26 April 2013

Bapa kami (2)

Orang-orang kudus yang ada di tanah ini, merekalah orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku. - Mazmur 16:3
Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami ... Matius 6:9

Biasakan berdoa lebih banyak dengan kata ganti orang jamak dan inklusif: kami, bukan dengan "aku" atau "kita" yang cenderung individualistis-egois dan eksklusif.

Anggapan bahwa iman adalah urusan perorangan tidak sepenuhnya benar. Memang kita mengambil keputusan untuk menerima Yesus, untuk ikut Dia, untuk hidup dalam jalan-jalan Allah. Namun, bukankah di balik keputusan-keputusan pribadi itu selalu ada keterlibatan pihak lain: orangtua yang mendidik dan membimbing dalam iman, kelompok doa syafaat dalam gereja yang memberi perhatian dan doa, teman yang dipakai Tuhan untuk mengajak kita ikut KKR, komsel, dlsb? Seperti orang lumpuh yang menerima pengampunan dan penyembuhan dari Yesus karena iman teman-temannya yang mengereknya turun dari sotoh rumah ke depan Yesus, demikian juga kita harus selalu ingat dan bersyukur bahwa iman saya bersentuhan dengan banyak iman orang lain, maka selayaknyalah bahwa dalam doa kita hisabkan diri sebagai kami.

Ungkapan paling tepat untuk mempraktikkan ke-kami-an hidup spiritualitas itu ialah dalam doa. Allah yang kita sembah, Tuhan yang menyelamatkan dan menopang kita dengan setia, Allah Bapa yang dari-Nya memancar rencana penyelamatan dalam Yesus Kristus itu adalah Bapa kita semua orang yang beriman, maka Yesus mengajar kita untuk menyapa-Nya dengan "Bapa kami." Karena itu, ketika kita berdoa "Bapa kami" kita bukan sekadar membuat ungkapan kata ganti orang majemuk, tetapi kita menempatkan diri kita dalam persekutuan dengan banyak saudara-saudari seiman, bahkan dengan seluruh orang kudus dari segala zaman. Dengan belajar berdoa sebagai kami, kita akan didorong untuk hidup dengan selalu mempertimbangkan sesama saudara seiman kita.

Kamis, 25 April 2013

Bapa kami

Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami ... - Matius 6:9

Karena doa adalah persekutuan, maka sapaan dan apa yang dimaknai di dalamnya adalah hal yang utama dan pertama. Dalam doa kita memanggil Allah sebagai Bapa, apa artinya? Bagaimana memaknainya?

- Ia adalah Bapa karena Ialah Pencipta yang penuh hikmat dan kuasa, yang mencipta bukan karena keharusan tetapi karena kesukaan. Kita menyapa-Nya dengan Bapa, dengan sikap syukur atas hikmat, pemeliharaan, maksud-maksud baik-Nya untuk seluruh ciptaan yang sangat menakjubkan ini.
...
- Ia adalah Bapa bagi umat Israel yang telah dilepaskan dari perbudakan di Mesir. Sebutan "Allah Abraham, Ishak, dan Yakub" sungguh bukan julukan kosong, sebab Ia sungguh memelihara perjanjian-Nya untuk menjadikan umat itu suatu umat yang memberkati dunia ini. Dengan menyapa-Nya sebagai Bapa tersirat semua tindakan pembebasan sepanjang sejarah umat Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sampai kini.

- Ia adalah Bapa dari Anak Tunggal-Nya Yesus Kristus. Hanya Yesus yang layak menyebut-Nya Bapa, dan hanya Ia satu-satunya Anak yang di pangkuan-Nya. Karena sang Anak inilah kita yang menyambut dan memercayai-Nya beroleh hak menjadi anak-anak angkat Allah. Maka bersama segala orang beriman dari segala abad kita mengungkapkan pengakuan iman akan keBapaan Alah dan ke-anakan kita dengan penuh iman, harap, kasih.

Maka, milikilah ketakjuban, syukur dan percaya yang sungguh tiap kali kita berdoa dan menyapa Ia "Bapa." Dan, jangan biarkan tekanan pekerjaan, daya tarik dunia, bujuk rayu si jahat membuat kita mendiskon keakraban hubungan doa kita. = Media Sarat Doa Kerajaan =

Belajar Berdoa

Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: ,,, Lukas 12:1-2

Melihat akrabnya hubungan Yesus dengan Allah dalam doa, timbul kebutuhan untuk diajar berdoa pada para murid. Doa bahkan lebih hakiki dan vital ketimbang bernafas sebab doa adalah hubungan. Bila gairah doa kita lemah, bila hidup berjalan biasa-biasa saja tanpa isian doa yang vital, kita harus awas jangan-jangan hubungan kita dengan Tuhan tidak beres atau bahkan tidak ada.
Kita perlu memohon Roh Yesus agar ada hasrat kuat dalam kita untuk menumbuhkan hubungan doa seperti yang Yesus miliki, seperti yang Ia teladankan, seperti yang Ia ajarkan. = Media Sarat Doa Kerajaan =

Selasa, 23 April 2013

Keberkatan dari Memberi

'It is more blessed to give than to receive.'" Terlebih berkat (bahagia) memberi daripada menerima - Kisah 20:35
Memberi adalah sebuah latihan yang baik untuk kesehatan spiritualitas kita:
 
- itu melatih iman kita - mendorong kita untuk lebih percaya pada pemeliharaan Tuhan yang sanggup memelihara kita melebihi sumber-sumber penghasilan rutin kita atau menyanggupkan kita mendisiplin hidup kita
- itu membentuk penilaian hidup kita - mengajar kita untuk tidak melekatkan harga diri dan nilai hidup pada hal-hal materiil semata tetapi pada penilaian dan rencana Allah serta gerakan Roh dalam hati
- itu menyegarkan kasih kita - merentangkan perhatian kita meluas dari diri sendiri dan kalangan dekat kita ke kalangan lebih luas
- itu menempa kita untuk merendahkan diri - terutama ketika kita mengalami "keterpaksaan" untuk melepas apa yang sangat kita hargai demi untuk dapat menopang kebutuhan orang lain / pelayanan Tuhan
- itu juga menguatkan pengharapan kita - sebab memberi adalah semacam tindakan seirama puasa yang berdampak membuang penumpukan zat-zat yang telah menjadi "racun" dan mendorong terjadinya sirkulasi dan kesempatan untuk peremajaan sel dan zat kehidupan
- itu kesempatan untuk "back to the basics" dan menyadari bahwa semua "asesoris" harta-pangkat-kuasa sesungguhnya tidak mendefinisi siapa kita
- itu dipuji Tuhan - terutama jika kita memberi bukan saat kita merasa lebih dan cukup tetapi saat kita merasa kurang dan tidak cukup

Senin, 22 April 2013

INJIL "Sharing"

TUHAN telah mengingat kita; Ia akan memberkati kita - Mazmur 115:12;
Jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya! - Lukas 12:28
Anak Manusia,
Engkau tidak memiliki tempat tinggal ketika Kau diam di antara kami.
Injil-Mu mencakup "jika engkau memiliki dua baju" - seakan,
jika kami memang punya dua, (mungkin sekali) kami telah mengambil
salah satunya dari kaum papa (dengan jalan menahan dan tidak berbagi)
Jika itu maksud-Mu, tolong kami merespons.
Ampuni bahwa kami telah memercayai dusta dunia ini,
bahwa bahagia dan berkat dalam hidup adalah
dengan jalan menumpuk harta dan memerhatikan diri sendiri. Amin.

Jumat, 19 April 2013

INTIM

Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!"  Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi." - Yohanes 11:41-44

Yesus ingin orang tahu tanpa ragu bahwa mukjizat pembangkitan Lazarus dari kematian terjadi sebagai akibat langsung dari hubungan kasih antara Bapa dan Anak. Tiap mukjizat mengalir dari keakraban yang ada dalam diri Allah Tritunggal.

Karena kita kini ada dalam Kristus, kita memiliki akses kepada Bapa sama seperti akses Yesus kepada Bapa-Nya. Karena kita telah dibaptis ke dalam Kristus, Bapa kita selalu mendengarkan kita seperti Ia selalu mendengar Yesus.

Kiranya kita sungguh menyadari bahwa Bapa sangat memerhatikan doa-doa kita. Kiranya Roh Kudus memberi kita keberanian lebih besar untuk datang menghadap ke ruang takhta Bapa kapan saja, siang atau malam. Kiranya terjadi pencerahan dalam hati kita bahwa Bapa lebih dekat kepada kita ketimbang yang bisa kita bayangkan dan Ia saat ini pun tengah menantikan kita! Kiranya ini membuat kita memiliki rindu yang besar untuk berdoa, beribadah, merenung firman-Nya, mempraktikkan Tubuh Kristus secara aktif. = Media Sarat Keakraban Kerajaan =

Kamis, 18 April 2013

Rindu Tuhan

--Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur - Kidung 1:2; Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." - Yohanes 21:15
Yang Tuhan cari pertama dari Petrus bukan pelayanannya, bukan pengorbanannya, bukan kepemimpinannya, tetapi kasihnya kepada Yesus. Itu sebab tiga kali Ia menanyakan hal krusial tersebut. Mengapa sampai tiga kali? Ada yang mengatakan sebab Tuhan ingin memberi kesempatan sama banyaknya dengan tiga kali ia menyangkali Tuhan. Boleh jadi juga karena Tuhan tahu bahwa sering kali jawaban kita tidak cukup mengakar, tidak nyata, alias hanya "lips service." Ia menginginkan kasih yang sejati, yang sungguh dari hati dan melibatkan segenap akal budi, perasaan, hasrat, kekuatan, maka Ia berulang kali menanyakan/mengajak sampai Ia mendapatkan kasih itu terpancar dari hati kita.
Sepanjang hati ini, ingatlah Ia tidak menginginkan apa pun dari kita kecuali kasih kita yang sejati. Semua pengakuan, kesaksian, pelayanan, pengabdian kerja, pengorbanan, persembahan, pujian kita untuk-Nya kekurangan bobot jika hati kita tidak sungguh merindu, mengasihi seperti yang diungkap dalam Kidung agung di atas. Maka mari datang dan mohon Roh-Nya mengobarkan rindu dan kasih dan hasrat yang berkobar dalam keseluruhan diri dan eksistensi kita akan DIA.

Rabu, 17 April 2013

KE-TUANAN KRISTUS

Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan. Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri.- Mazmur 37:8-9

Dalam sistem dunia ini, untuk berhasil harus berinisiatif. Dalam Kerajaan Allah, menantikan dan memercayai Allah adalah jalan terbaik untuk dipromosikan. Maksudnya bukan bahwa kita harus malas atau tidak aktif. Tetapi kita perlu memiliki sikap hati yang selalu peka akan pimpinan Roh Kudus dalam hidup keseharian kita (Roma 8:14).

Bila kita menanti-nantikan Allah, kita menyerahkan kendali hidup kita ke dalam tangan-Nya. Ketika kita menantikan Roh memimpin kita, kita mengakui Ketuanan Kristus dan kita berhenti berusaha menjadi nakhoda biduk hidup kita sendiri. Dalam bacaan Alkitab di atas kita diingatkan untuk berhenti marah dan tdak khawatir tentang hidup ini. Bayangkan betapa leluasanya hidup dan pikiran kita jika kita tidak marah dan khawatir!

Sebagian kita mungkin menganggap mustahil untuk tidak khawatir. Bahkan kita mungkin diajar bahwa khawatir adalah tanda bertanggungjawab, seolah tanpa khawatir kita sama dengan tidak peduli. Dalam Matius 6:24 Yesus mengajar kita bahkan untuk tidak memikirkan keadaan hidup kita. Alasan-Nya: Bapa kita yang besar kasih-Nya kepada kita memelihara seluruh kebutuhan kita.

Kiranya hari ini setiap kita akan diyakinkan bahwa kita memiliki Bapa di surga yang sungguh bekerja untuk kita dalam tiap keadaan. Kiranya damai sejahtera-Nya yang melebihi segala pengertian melindungi kita seperti benteng yang aman atau selimut yang hangat bagi akal budi kita. Kiranya kita mengalami sukacita besar dari menjalani hidup dengan sikap berhenti mengatur sendiri dan belajar beristirahat dalam Tuhan dan menanti dengan sabar Ia akan memenuhi janji-janji-Nya untuk kita mewarisi berkat dan waris surgawi dalam perjalanan bumiah kita kini.

Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN! - Mazmur 27:13-14

Senin, 15 April 2013

FOKUS

Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi... "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!" - Wahyu 5:6, 12
Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan! - Mazmur 119:37;
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? - Lukas 6:42

Tuhan, terlalu sering kami lebih mementingkan isu ketimbang manusia, barang ketimbang relasi, menyelamatkan uang ketimbang menyelamatkan orang.
Tolong agar kami tidak gagal untuk saling mengakui kemanusiaan sesama kami, ampuni kami dan tolong agar kami tidak lagi mem-barangkan orang dan meng-orangkan barang. Bantu kami untuk menyadari gambar-Mu yang tak ternilai dalam tiap orang yang kami jumpai. Amin

Jumat, 12 April 2013

DOA yang Hidup

Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya. - 1 Yohanes 5:14, 15

Doa - doa yang hidup, doa yang benar, kehidupan doa - adalah bukti nyata bekerjanya anugerah Allah dalam hidup kita. Dalam percakapan anak-Bapa, orang beriman-Sahabat, terungkaplah bahwa memang ada persekutuan antara kita dengan Allah, Allah dengan kita.
Persekutuan yang sejati, percakapan yang baik, doa yang hidup dan benar - bersifat dua arah. Bukan saja kita mengungkapkan syukur dan cinta kepada Allah, dalam doa kita juga mendengar ungkapan sayang, cinta, perhatian Allah kepada kita. Bukan saja kita menyatakan permohonan dari kehendak dan hal yang kita rasakan sebagai kebutuhan, Allah melalui Roh-Nya juga membisikkan apa yang Ia ingin berikan kepada kita. Tidak saja kita membuka diri kita apa adanya dan memohon ampun bila ada kesalahan, pelanggaran, kecenderungan jahat, Allah juga menunjukkan ke dalam hati kita apa yang telah Ia berikan dalam Anak-Nya demi untuk mengampuni-menyucikan kita dari segala pelanggaran dan kejahatan. Doa yang hidup adalah doa dalam Roh-Nya. Doa yang senada hati Allah adalah doa di mana firman-Nya berbicara, kita ingini, kita ambil menjadi bagian hidup kita. Ketika firman menjadi isi doa kita, kita sedang melangkahi hidup di mana firman mewujud.
Maka, jangan sedikit pun mengabaikan doa. Jangan sekejap pun meringankan pentingnya persekutuan dua arah ini. Jangan anggap ini sepele, sampingan, seadanya. Peliharalah doa yang hidup, yang intim, yang dekat - dua hati saling mendekat, saling membuka, hati kita menyesuaikan diri, menyatu dengan kehendak-Nya.
 
Dan ketika doa-doa kita dikabulkan, tahulah kita bahwa kehendak-Nya sedang menjadi kehendak kita, karya-Nya sedang mewujud di dalam dan melalui kita. Ketika doa kita belum atau tidak dikabulkan, kita makin mendekat dan tunduk menyerasikan doa kita dengan rencana-Nya. "...jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga..."

Senin, 01 April 2013

INFO 2 JUDUL BARU

SELAMAT PASKAH? HAPPY EASTER? HAPPY PASSOVER? HAG PESACH SAMEACH? HAPPY VICTORIOUS CHRIST'S RESURRECTION DAY? - YG MANA?


 Haleluyah bagi Anak Domba Allah yang telah menang atas maut!
Selamat Paskah! Happy Easter! Selamat Keluaran Baru! Victorious Passover of the Risen Christ!

Kemarin ada terusan email yang intinya menyoal kebenaran mengucap Happy Easter. Beberapa hari yl ada tulisan yang kurang... lebih sama di status salah seorang sahabat FB. Menurut anggapan itu, ungkapan "easter" bukan saja tidak datang dari Alkitab, tetapi juga bermuatan kepercayaan kafir. Easter berasal dari perayaan Istar yang bersangkutan dengan beberapa mitos sehubungan dengan Nimrod cucu Nuh dari Ham yang berzinah dengan ibunya sendiri, Semiramis dan dari hasil perzinahan itu lahir Tamus disembah sebagai ratu surga. Jadi anggapan ini menuduh merayakan atau menyebut "Happy Easter" tidak saja tidak alkitabiah tetapi juga mengulang kembali perayaan Istar yang kafir tadi. Lebih jauh argumen ini menegaskan bahwa istilah yang seharusnya adalah pesakh, atau dalam bahasa Inggris passover, atau "Hag Pesach Sameach" (bhs Ibrani).

Berikut saran kami:
1. Ucapkanlah "Happy Easter," atau Selamat Paskah, atau Victorious Pesakh - dengan keyakinan jernih bahwa yang kita maksud adalah Puji Tuhan, Yesus Tuhan kita sungguh sudah bangkit dari kematian!

2. Siapakah dari kita yang ketika menyebut "easter" lalu perhatian imannya terbagi ke astra, istar, asytarot, dlsb. itu. Yang lebih relevan mungkin (kalau dianggap ada pengaruh kepercayaan lain setempat yang bisa mengaburkan iman Kristen kita) untuk kita yang tinggal di Indonesia adalah dewi Sri, atau yang keturunan Cina dewi Kwan Im. Argumen bahwa "easter" bersumber pada perayaan istar, dan istar adalah perayaan yang berkaitan dengan mitos2 Babilonia, mengandung beberapa lompatan logika dan budaya. Pertama easter adalah bahasa Inggris dan tentunya kaitannya pertama harus dicari ke rumpun bahasa2 indo-jerman bukan ke mesopotamia (yang datang dari beberapa milenium yl.). Dari segi etimologi easter berkaitan dengan ester (inggris kuno) dan ostern (jerman). Maka argumen tadi hanya berdasarkan kesamaan / kedekatan bunyi. Bila ingin suatu argumen yang tepat, harusnya diperiksa akar budaya Eropa apakah ke Roma, Mesir atau ke Babilonia, Asyur dll.

3. Argumen bahwa Alkitab tidak pernah menerjemahkan pesakh dengan easter tetapi dengan passover adalah keliru. Dalam Alkitab terjemahan Martin Luther (Jerman - 1523) pesakh diterjemahkan sebagai "osterfest," dan dalam terjemahan William Tyndale (1525) diterjemahkan ester. Andaikata ada kaitan antara kata oster atau ester dengan festival di bangsa-bangsa Eropa kuno yang merayakan musim semi dan fajar, maka pasti Luther dan Tyndale mengetahui itu dan telah mempertimbangkan bahwa aman memakai istilah yang berasal dari suatu perayaan yang tidak Kristen namun kini dikaitkan dengan peristiwa nyata kebangkitan Yesus Kristus dengan muatan makna teologisnya sendiri.

4. Memang dalam terjemahan2 Inggris berikutnya dipakai kata passover yaitu suatu kata yang diciptakan dari dua kata pass dan over seperti halnya atonement juga kreasi teologis untuk konsep istilah dalam Perjanjian Lama tentang penebusan-penyelamatan melalui kurban, dengan cara menggabungkan dua istilah: at-one-ment. Alkitab terjemahan Indonesia mengikuti bahasa Belanda pask (untuk pesakh) laku menjadi paskah.

5. Dalam memahami dan menghidupi kebenaran-kebenran Alkitab, kerap kita harus memutuskan apakah mengulang saja istilah dari asalnya (seperti pesakh ini), atau melakukan transliterasi (menjadi paskah), atau melakukan penerjemahan (misalnya passover, atau dalam bahasa Indonesia "keluaran"). Coba kita pikirkan mana lebih baik, mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli atau Doa Bapa Kami dalam bahasa Latin dengan fasih tetapi tidak mengerti artinya (seperti yang terjadi sebelum era Reformasi; atau seperti dalam penghayatan iman-kepercayaan lain) atau membunyikannya ke dalam ucapan yang lebih akrab dengan telinga Indonesia atau menerjemahkannya?

6. Pilihan dari tiga opsi di atas tidak mudah. Luther rupanya memilih yang terakhir yaitu menerjemahkan ke dalam ungkapan yang kontekstual dikenal dalam budaya setempatnya. Passover maju lebih jauh lagi, yaitu dengan mencipta suatu istilah baru yang menerjemahkan konsep dari istilah asalnya. Perlu kita ketahui bahwa iman Kristen hakikatnya adalah iman pada tindakan Allah menerjemahkan dirinya menjadi manusia - yaitu berinkarnasi dalam diri Yesus. Seandainya Allah tidak datang berkemah dalam tubuh-roh seorang Yahudi bernama Yesus, Allah pastinya tidak kita kenal. Iman Kristen menganjurkan prinsip penerjemahan! Dalam Perjanjian Lama Allah bahkan mengambil nama dewa yang sudah dikenal di Mesopotamia untuk merujuk ke diri-Nya, yaitu EL dan ELOHIM. Dalam Perjanjian Baru, karena Injil sudah memasuki berbagai budaya bangsa-bangsa dunia, Allah disebut Theos, Yeshua menjadi Yesus, firman-Nya datang dalam bahasa Yunani, meski percakapan keseharian Yesus dalam khotbah2Nya kemungkinan besar diucapkan dalam bahasa percakapan orang Yahudi waktu itu (seperti "Abba" untuk bapa) dalam bahasa Aram. Maka iman yang benar-benar alkitabiah justru menganjurkan pendekatan penerjemahan bukan pengulangan istilah asli atau transliterasi.

7. Dengan sedih perlu kita katakan bahwa gerakan gencar akhir-akhir ini yang ingin sedikit-sedikit bernuansa Yahudi sebenarnya adalah gerak mundur. Allah Abraham ingin menjadikan Abraham berkat bagi bangsa-bangsa; Yesus yang bangkit dan naik ke surga adalah Tuhan yang harus diakui oleh semua lutut dan semua mulut - dan dalam Yesaya (juga Wahyu) Raja langit dan bumi sejatinya akan disembah oleh segala bangsa dan berbagai manifestasi budaya-budaya dunia yang sudah dikuduskan - bukan segalanya mengalami pen-yahudian. Menyebut kebangkitan Yesus sebagai pesakh atau passover sepertinya "aman" dari distorsi kafir; tetapi, apakah istilah-istilah itu tidak hanya mengulang peristiwa pembebasan orang Yahudi mulai dari peristiwa sepuluh tulah, darah anak domba yang dioles di ambang pintu rumah orang Yahudi, makan roti tak beragi, menyeberang laut Merah? Atau bukankah kematian-kebangkitan Yesus merupakan suatu peristiwa dari sesuatu yang jauh lebih dalam dan luas yang hanya dapat dibayangkan oleh pesakh orang Yahudi? Yaitu, suatu kemenangan baru, keluaran baru, kelepasan bukan dari Mesir dan dari maut fisik belaka, tetapi kelepasan dari dosa dan maut?

Nah, semoga dengan paparan dan saran ini - kita boleh dengan iman yang teguh pada Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit dari maut - mengucap Selamat Paskah, Selamat Keluaran Baru, Happy Easter, Victorious Life in the Risen Christ - Haleluyah