Minggu, 30 Juni 2013

Pakaian Baru

Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai. - Mazmur 30:6
 
Sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. - Kolose 2:12-13
 
Ketika anak bungsu yang hilang itu kembali - di luar yang ia harapkan - ayahnya merangkul dia dengan penuh kemurahan dan memerintahkan para pembantunya agar anak itu boleh membasuh badannya sampai bersih dan pakaian compang-camping yang ia kenakan diganti dengan jubah dan cincin keanakan.
 
Paulus mengambil simbolisme pakaian tentang sifat dan sikap baru yang seharusnya kita periihatkan kepada sesama kita sebagai ungkapan dari pemulihan dan pembaruan yang telah kita nikmati karena kasih Bapa dan anugerah Yesus Kristus. Sikap itu lahir dari sifat baru yang terus menerus Roh Kristus wujudkan dalam kita, yaitu yang dalam Galatia 5 disebut sebagai buah Roh.
 
Marilah jadikan doa dan tindak nyata kita bahwa dalam sikap serta perlakuan keseharian kita kita tidak mempraktikkan prinsip dunia ini sebab itu bukan datang dari kasih, anugerah dan rahmat Allah. Mari pancarkan sikap belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Energi Roh sendiri akan mengerjakan semua itu dalam hidup kita.

Kamis, 27 Juni 2013

Perak atau Emas?

Bahkan burung pipit mendapat rumah dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat mereka menaruh anaknya di dekat mezbah-Mu, ya TUHAN Yang Mahakuasa, Rajaku dan Allahku. Sungguh bahagia orang yang tinggal di Rumah-Mu, dan menyanyikan pujian bagi-Mu selalu. - Mazmur 84:4-5
 
Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." - Matius 8:20
 
Ketika emas dibakar,yang pertama akan tersingkir ke luar adalah berbagai kotoran. Yang terakhir ke luar dalam proses pemurnian itu adalah perak, logam yang setingkat di bawah emas dalam derajat kemuliaan. Demikian juga dalam pembentukan mutu kemuridan kita yang paling sukar untuk dilepaskan adalah hal-hal baik yang tanpa sadar merintangi munculnya yang terbaik dari Tuhan untuk hidup kita.
 
Dalam hidup ini ada begitu banyak hal-hal buruk yang dikemas dengan sangat baik oleh "dunia" ini - semisal berbagai hal yang tidak layak dalam kemasan tayangan yang canggih menarik. Menolak hal-hal seperti itu sudah termasuk sukar masa kini, tetapi bila kita ingat bahwa kandungan apa pun yang bersifat dosa menceraikan kita dari Allah, maka sebenarnya tidak sukar menilai hal sedemikian sebagai hal yang harus tegas dibuang dari hidup kita.
 
Namun, ada hal-hal lain dalam hidup ini yang tidak tergolong dosa yang sebenarnya tidak hakiki bagi mutu keakraban dan pengenalan kita akan Allah Hal sedemikian jauh lebih sulit untuk kita pisahkan dari "emas murni" kualitas hubungan kita dengan Allah. Dalam firman Allah di atas kita diingatkan untuk merindukan hadirat Allah melebihi semua "perak" yang kita sukai dan nikmati dalam hidup ini. Realitas kepengikutan kita akan Yesus harus senyata-nyatanya kita alami, sebab Ia telah mengupayakan dan membukakan itu bagi kita dengan pengorbanan yang tak terperikan: meninggalkan kemuliaan suran masuk ke kondisi tan layak dari manusia sezaman-Nya.
 
Mari dalam mutu hubungan kita dengan Allah, dalam ibadah, dalam ketaatan, dalam karya kasih untuk sesama demi Dia, dst. - dalam kuat-kuasa Roh kita usahakan mencapai standar emas dan bukan perak.

Rabu, 26 Juni 2013

Penghakiman atas Para Allah

Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia menghakimi:
"Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Sela Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!" - Mazmur 82:2-4
 
Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan. Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka. - Efesus 6:8-9
 
Betapa besar kehormatan dan kesempatan yang diemban oleh para pemimpin - pemimpin politis, pemimpin masyarakat, pemimpin organisasi, pemimpin perusahaan, pemimpin umat, pemimpin keluarga, [embimbing dan pengarah dalam berbagai aspek kehidupan - sampai disebut sebagai "para allah." Arti ungkapan itu adalah bahwa para pemimpin adalah wakil Allah yang menentukan arah dan mutu hidup banyak orang - seumpama menentukan gaji dan taraf hidup, menentukan suasana hubungan antar orang, menentukan kesempatan berkembang dan bertumbuh sesama di bawah kepemimpinannya, dlsb.
 
Bagaimana para allah menatalayan kuasa dan kehormatan yang sedemikian besar itu harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah sejatinya, di hadapan sang Gembala Agung, di hadapan Hakim atas segala hakim. Maka dari waktu ke waktu - sebagai direktur, pemilik saham, decision-maker, manager, kepala bidang, kepala rumah tangga, majikan - apa pun kita, ingatlah untuk selalu bertanya-tanya, menimbang, apakah sikap dan keputusan kita kepada orang yang di bawah sayap kepemimpinan kita sudah sungguh mencerminkan sikap hati dan rencana Allah. Maka sebagai para allah, Anda perlu benar-benar akrab dengan Allah, dan bertindak sebagai wakil-Nya di lingkup penatalayanan apa pun yang Ia percayakan kepada Anda.

Sabtu, 22 Juni 2013

Regenerasi

Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami, kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan
ajaib yang telah dilakukan-Nya. Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka, supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka, supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya; dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah. - Mazmur 78:3-8
 
...hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. - 2 Timotius 3:14-15
 
Tugas dan tanggung jawab utama para orangtua - baik orangtua jasmani maupun rohani - bukanlah sekadar menyediakan makanan, pakaian, sekolah, gadget-gadget canggih masa kini. Melainkan, menyediakan fondasi hidup atau menolong generasi muda mengakarkan hidup dalam karya-karya besar Allah. Seperti halnya pemazmur, tekadnya adalah menceritakan perbuatan-perbuatan besar Allah yang telah memilih, menyelamatkan, membimbing mereka menjadi umat-Nya sambil membeberkan semua pelajaran dari jatuh-bangun nenek-moyang mereka di masa lalu untuk pembelajaran di masa kini. Atau, seperti halnya Timotius yang telah diakarkan oleh nenek dan ibunya dalam kisah dan kebenaran Alkitab.
 
Khusus pada akhir pekan dan masa liburan sekolah ini, jangan hanya sibuk dengan urusan pendaftaran sekolah anak,rencana berlibur ke mana, mau makan di restoran mana atau ke tempat belanja mana. Doa, pikirkan dan aturlah waktu agar terjadi interaksi di sekitar kisah-kisah fondasional yang datang dari Alkitab, dari perjalanan iman keluarga, dan dari riwayat gereja kita masing-masing. Supaya generasi akan datang dari orang Kristen dan gereja sungguh menjadi generasi yang kenal Allahnya, hidup akrab dengan-Nya dan merupakan kelanjiutan dari perbuatan-perbuatan besar-Nya dalam dunia ini.

Jumat, 21 Juni 2013

Melankolia

Dengan nyaring aku berseru kepada Allah; dengan nyaring aku berseru, dan Ia mendengar aku... Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu. Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami? Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa. - Mazmur 77:1, 12-15

Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? - Roma 8:31-32

Kita tidak selalu berada di kemuncak bukit keceriaan dan kegembiraan. Terkadang dan tidak jarang suasana hati mendung, pedih, kecil hati dst. kita alami. Entah itu disebabkan oleh peristiwa buruk di luar, atau suasana batin yang kait-mengait sebabnya sering terlalu rumit untuk dapat kita urai. Yang jelas, seperti Mazmur 77 ini kita bisa mengalami "melankolia" dan mendung jiwa. Bagaimana kita harus menjalaninya?
 
Doa, itulah hal pertama "pelarian" pemazmur. Sejak awal di ayat 1 ia membulatkan hati untuk mencari Allah dalam doa. Kesusahan dalam hati dan suasana hidup tidak boleh dizinkan untuk kita menjauh dari Allah. Dalam doa ada tempat untuk kejujuran - mengakui kegundahannya, mengeluhkan kegalauan bahwa Alah jauh dan tak peduli, mencurahkan kekhawatiran bahwa Allah berubah kasih setia.
 
Ketika membuka diri itu pemazmur mendapatkan kekuatan untuk mengingat-ingat berbagai perbuatan ajaib Tuhan di masa lalu. Dalam perenungan itu terjadilah pembaruan iman akan keperkasaan Allah, kebesaran, penyelamatan dan penyertaan-Nya yang telah umat alami. Semua perkara besar historis itu datang dari Allah meski jejak-Nya tidak kelihatan (ay 20). Karena ia (pemazmur yang sedang melankolis) adalah bagian dari umat yang dituntun, maka dalam keadaan melankolia pun sebenarnya ia sedang dituntun Allah. Sebab tidak ada keadaan apa pun di luar - politis, ekonomi, sosial, relasi, dlsb; atau di dalam - turun naik jiwa - yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dalam Kristus Yesus. (Ini kesimpulan yang tidak dituangkan dalam Mazmur 77 tetapi yang bisa kita alami seperti dalam lanjutan kutipan Roma 8 di atas).

Kamis, 20 Juni 2013

Nazar

Bernazarlah dan bayarlah nazarmu itu kepada TUHAN, Allahmu! Biarlah semua orang yang di sekeliling-Nya menyampaikan persembahan kepada Dia yang ditakuti, - Mazmur 76:12
 
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. - Roma 12:1-2
 
Dalam pengalaman pemazmur, alasan untuk menggenapi nazar (janji memberi korban syukur dalam berbagai wujudnya) banyak sekali:
1. di antara begitu banyak bangsa waktu itu, hanya kepada Israel Allah memperkenalkan Nama-Nya.
2. sementara mereka harus menghadapi berbagai peperangan, Allah diam (bertabernakel) di antara mereka dan mencukupi kebutuhan hidup dan keamanan mereka.
3. sepanjang perjalanan mereka menuju tanah perjanjian, mereka menyaksikan Allah sepenuhnya mengendali alam dan kekuatan bangsa-bangsa demi mengayomi umat-Nya itu.
 
Dalam Roma 12 (era Perjanjian Baru kita kini, hanya satu alasan tunggal yang jauh melampaui semua alasan tadi: DEMI KEMURAHAN ALLAH - bagaimanakah kita menjabarkan alasan ini baik secara teologis maupun secara eksperential? Perlu penelusuran seluruh sebelas pasal terdahulu untuk kita memiliki penglihatan lebih baik tentang apa dan bagaimana kemurahan Allah untuk hidup kita itu terjadinya.
 
Dan karena satu alasan dahsyat itu - seyogianya nazar kita adalah mempersembahkan tubuh seutuhnya, yaitu hidup seutuhnya dalam segala kekayaan aspek dan pengalamannya, dalam bentuk ternyatanya yang bersumber dari kondisi batin terdalam dan ter-riil. Sebab, kita adalah milik-Nya karena harga tebusan yang mahal yaitu darah-Nya.
 
Maka, membayar nazar berbentuk pesembahan hidup sebenarnya hanyalah mengakui dan mengambil langkah sepadan dengan apa yang Yesus telah lakukan demi kita. Dan, nazar serta pwujudannya itu wajar harus terjadi sepanjang hidup, sebab tubuh adalah manifestasi hidup kita. Maka, sepanjang hidup mencakup segala ungkapannya meliput segala daya hidup yang darinya ia berasal, perlu senantiasa ditujukan, dikuduskan, diakui sebagai milik sang Pembeli hidup kita dari perbudakan dosa dan kesia-siaan.
 
Selamat hidup sebagai kurban yang hidup dan kudus!

Sabtu, 15 Juni 2013

Cerminan Sifat Allah

Nama-Nya ialah TUHAN; beria-rialah di hadapan-Nya! Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus; Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara, Ia mengeluarkan orang-orang tahanan, sehingga mereka bahagia, tetapi pemberontak-pemberontak tinggal di tanah yang gundul. - Mazmur 68:5-7
 
Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu. Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari. TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan. - Yesaya 58:8-11
 
Oleh pencerahan Roh kedua kutipan di atas seharusnya cukup menegaskan bahwa memerhatikan orang papa, mengulurkan tangan kepada yang berkebutuhan, melepas hak dan keinginan sendiri demi membuat hidup orang lain dapat melanjut adalah tindakan yang mencerminkan hati & tindakan Allah sendiri. Ia adalah Bapa dari yang tak berbapa, Ia adalah Pencipta yang memberikan seluruh potensi kaya bumi ini kepada semua orang tanpa membeda-bedakan, Ia adalah Penyelamat yang datang dan memberlakukan pembebasan atas mereka yang terbelenggu baik oleh roh jahat, sakit-penyakit maupun berbagai jenis dosa sosial seperti keserakahan.

Maka, sifat dan perilaku penuh peduli seharusnya ada dalam para kristus kecil (Kristen). Dorongan firman ini jelas, bila kita bertindak nyata berbagi keceriahan hidup kepada sesama, berarti terang Allah sedang terbit memancar di dalam dan melalui kita. Di dalam tindakan mencerminkan anugerah-Nyalah berlaku pancaran terang dan aliran maa air rahmat-berkat-hadirat dari Allah itu.

Rabu, 12 Juni 2013

Selamat Ber-Surga-Ria

Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Katakanlah kepada Allah: "Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu; oleh sebab kekuatan-Mu yang besar musuh-Mu tunduk menjilat kepada-Mu. Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu, dan bermazmur bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu. - Mazmur 66:1-4
...mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi." - Wahyu 5:9-10
Firman Tuhan sendiri menjelaskan bahwa akan seperti apa tepat dan detailnya kehidupan dalam langit dan bumi baru kelak (surgawi) masih belum jelas. Tetapi ada satu yang sangat jelas dan tidak mungkin salah, yaitu bahwa dalam realitas baru kelak di mana hadirat Allah penuh diagungkan dan diakui, pujian syukur dan nyanyian tentang penyelamatan akan membahana penuh daya.
Maka, membiasakan diri bersyukur karena penciptaan, pemeliharaan dan penyelamatan dari-Nya, memuji dan mengagungkan kemuliaan Allah Tritunggal dalam keseharian kita sebenarnya adalah menghayati suasana surga di bumi sudah kini dan di sini. Mari, nyanyikanlah nyanyian syukur karena kemuliaan diri-Nya, mari alunkanlah dari hati melalui mulut dan hidup seutuhnya nyanyian syukur karena semua karya-karya dahsyat-Nya terkhusus penyelamatan dalam Yesus Kristus. Selamat bersurga-ria hari ini dan seterusnya.

Sabtu, 08 Juni 2013

Rahasia Hidup Berkemenangan

Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. - Mazmur 62:6-7
Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. - Wahyu 12:10-11
Seingat saya tema yang banyak dibahas oleh para pengkhotbah dan penulis buku sekitar 40 tahun yang lalu adalah soal "berkemangan." Itu beda dari tema yang banyak disukai orang masa kini, yaitu di sekitar soal sukses yang lebih menekankan hal-hal materiil dan bumiah.
Hal ini menunjukkan bahwa memang sudah terjadi pergeseran jauh dalam cara orang memahami jati hidup Kristen. Beda tersebut antara melihat hidup Kristen sebagai peperangan rohani atau sebagai tamasya rohani. Alkitab mengungkapkan bahwa hidup Kristen adalah suatu paradoks. Di satu pihak kita memang terus menerus merayakan anugerah Allah dalam Kristus yang telah menang menjadi penyelamat kita. Pada saat yang sama perayaan tersebut belum klimaks dan kemenangan Kristus masih harus kita jalani dan gumuli dalam perjuangan kita mengambil kemenangan-Nya dalam keseharian kita. Sebab, seperti kata Mazmur 23, Ia menyediakan hidangan, mengurapi kepala kita dengan minyak, piala kita melimpah... di hadapan musuh-musuh kita.
Bagaimana kita boleh memiliki hidup berkemangan? Ini bukan saja tetap relevan, tetapi juga lebih tepat ketimbang bagaimana kita boleh sukses. Jawabnya terdapat dalam dua ayat di atas, keduanya lahir dari konteks perang fisik dan perang iman yang nyata. Daud sudah berhasil mengalami perlindungan dan pemberdayaan Allah. Rahasianya - "hanya dekat Allah saja." Orang Kristen yang tiba di hadirat-Nya jelas sudah menang. Rahasia mereka? Karena terus menerus berlindung dan mengenakan kuasa penebusan dan pengudusan darah Yesus serta menjadikan perkataan firman Allah menjadi kesaksian hidup mereka sendiri.
Ingat kita bukan sedang tamasya, kita sedang berperang namun sambil merayakan kemenangan Kristus. Siaga, dekat Allah, mengandalkan kemenangan Kristus, sambil bersenjatakan firman - hendaknya terus menjadi ciri kehidupan keseharian kita.

Jumat, 07 Juni 2013

Pelayanan Doa Syafaat

Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus. - 1 Samuel 12:23
...setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, akupun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia... Efesus 1:15-17
Bagaimanakah supaya syukur dan sembah karena sesuatu yang terjadi dalam kehidupan orang lain menyemaraki doa-doa kita? Mengapa kebanyakannya kita tidak merasa berdosa karena tidak mendoakan pihak selain diri dan keluarga sendiri? Apa yang harus berubah dalam kita agar visi dan cakupan doa-doa kita meluas dan makin jelas?

Kamis, 06 Juni 2013

Damai yang Membentengi dan Meronda Hati

Aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku. Ya kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur; sebab Allah adalah kota bentengku, Allahku dengan kasih setia-Nya. - Mazmur 59:17-18
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus - Filipi 4:6-7
Sedikit dari kita pernah mengalami situasi yang melatarbelakangi mazmur ini. Bayangkan Daud yang masih muda dan baru mulai menjalani panggilan yang Allah percayakan kepadanya, harus menanggung kebencian, ancaman, tekanan, bahkan usaha jahat yang ingin mencabut nyawanya., Bukan dari sembarang musuh, tetapi dari orang yang seyogianya membimbing dia, mertuanya sendiri, raja Saul.
Situasi dan kondisi luar tidak boleh diizinkan untuk mengaduk-aduk suasana batin kita dalam hubungannya dengan Allah. Maka senada mazmur Daud yang di tengah ancaman bahaya justru menemukan kekuatan untuk bermazmur tentang kekuatan dan kesetiaan Allah, demikian juga Paulus mengnjurkan kita untuk menemukan "benteng" terpercaya bagi hati kita dalam tekanan dan ancaman dari dunia jahat ini: yaitu, damai sejahtera Allah.
Maka, jangan bayangkan damai sejahtera seumpama perasaan tenang sesuai kesanggupan batin kita. Damai sejahtera Allah itu dahsyat dan perkasa, dan akan berperan seolah benteng atau perisai untuk pikiran dan perasaan kita yang lemah dan bisa terombang-ambing. Damai sejahtera Allah itu tidak pasif, melainkan aktif meronda terhadap semua kekuatan jahat dari luar dan menopang kondisi batin kita. Karenanya, kita bisa tidak kuatir, sejahtera, bahkan bersyukur akan kekuatan Allah yang penuh anugerah dan setia itu.

Damai yang Meronda Hati

Aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku. Ya kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur; sebab Allah adalah kota bentengku, Allahku dengan kasih setia-Nya. - Mazmur 59:17-18
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus - Filipi 4:6-7
Sedikit dari kita pernah mengalami situasi yang melatarbelakangi mazmur ini. Bayangkan Daud yang masih muda dan baru mulai menjalani panggilan yang Allah percayakan kepadanya, harus menanggung kebencian, ancaman, tekanan, bahkan usaha jahat yang ingin mencabut nyawanya., Bukan dari sembarang musuh, tetapi dari orang yang seyogianya membimbing dia, mertuanya sendiri, raja Saul.
Situasi dan kondisi luar tidak boleh diizinkan untuk mengaduk-aduk suasana batin kita dalam hubungannya dengan Allah. Maka senada mazmur Daud yang di tengah ancaman bahaya justru menemukan kekuatan untuk bermazmur tentang kekuatan dan kesetiaan Allah, demikian juga Paulus mengnjurkan kita untuk menemukan "benteng" terpercaya bagi hati kita dalam tekanan dan ancaman dari dunia jahat ini: yaitu, damai sejahtera Allah.
Maka, jangan bayangkan damai sejahtera seumpama perasaan tenang sesuai kesanggupan batin kita. Damai sejahtera Allah itu dahsyat dan perkasa, dan akan berperan seolah benteng atau perisai untuk pikiran dan perasaan kita yang lemah dan bisa terombang-ambing.Damai sejahtera Allah itu tidak pasif, melainkan aktif meronda terhadap semua kekuatan jahat dari luar dan menopang kondisi batin kita. Karenanya, kita boleh tidak kuatir, sejahtera, bahkan bersyukur akan kekuatan Allah yang penuh anugerah dan setia itu.

Sabtu, 01 Juni 2013

UJIlah Allah? Atau, diri sendiri?

Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. - Maleakhi 3:10
Mungkin Anda seperti saya, ada masalah dengan cara orang memakai ayat ini secara kurang tepat. Ayat ini - seperti juga semua isi Alkitab lainnya - harus dilihat dalam konteks aslinya. Karena itu, tidak benar bila kita memakai ayat ini secara legalistis. Juga bila kita menjadikan kebiasaan memberi persepuluhan yang legalistis sebagai dasar untuk mengklaim pemliharaan Tuhan.
Namun, dengan tetap waspada tentang penyalahgunaan di atas, janganlah kita luput dari menangkap tekanan kuat yang Allah tegaskan dalam perintah-Nya ini. Tidak pernah ada ayat Alkitab yang mengizinkan kita menguji apalagi memerintahkan kita unutk mencobai Allah. Sikap menguji Allah ini justru mengundang hukuman berat dari Allah atas umat-Nya Israel di padang gurun.
Tetapi, bertolak belakang dari kenyataan tadi, kini Allah sendiri justru yang mengundang umat-Nya untuk mencobai atau menguji Dia, Yaitu, apabila mereka setia dalam bersyukur, dalam mengingat kebaikan-Na, dalam memerhatikan kebutuhan operasional dan para pelayan-Nya di Bait-Nya, maka itu semacam kesempatan untuk menguji atau membuktikan betapa limpah pemeliharaan Allah atas mereka akan mereka alami.
Karena itu, marilah kita awali bulan baru ini dengan menghormati Allah dengan penghasilan kita. Mari terbuka pada pimpinan Roh yang akan mengingatkan dan menaruh dalam hati Anda, ke mana saja baiknya Anda menujukan persembahan Anda dari penghasilan bulan lalu untuk bulan ini. Ini kesempatan untuk bersyukur sekaligus untuk melihat bagaimana Ia tidak akan membiarkan Anda dan keliarga terlantar bila mendahulukan kepentingan-Nya.