Kamis, 29 September 2016

Tahu & Dengar

Tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu dengar? Tidakkah diberitahukan kepadamu dari mulanya? Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar bumi diletakkan? -- Yesaya 40:21
Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku... Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku -- Yohanes 10:14, 27
Setujukah Anda dengan pengamatan berikut, bahwa: Kita semakin tidak tahan membaca dan mendengar lama/panjang? Kita semakin malas berpikir? Kita cenderung menganggap kebenaran mutlak berarti pemaksaan, dan seharusnya tiap orang punya kebenarannya sendiri? Kita semakin menyukai ibadah yang seperti hiburan/pertunjukan/pencerahan ketimbang keterlibatan penuh pikiran-perasaan-kemauan pada kebenaran dan kehadiran Tuhan? Dalam suasana zaman seperti ini, ada baiknya merenungkan beberapa pertanyaan berikut?
1. Cara apa yang menolong kita lebih mengenal penyataan Allah? 1. Bagaimana kita boleh tumbuh dalam kesanggupan mendengar, mengenali dan mengerti suara Tuhan? 3. Bagaimana kita boleh menanggapi peringatan firman Tuhan baik sebagai hajaran juga sebagai hiburan? 4. Bagaimana kita boleh menjadikan kebenaran menjadi pengetahuan otak sekaligus hati? 5. Harus bagaimana kita menghadapi bagian Alkitab yang tidak dimengerti? 6. Bagaimana pengetahuan, pengenalan, kenyataan moral dan hubungan sosial serta spiritual saling berhubungan?

Selasa, 27 September 2016

Pertanyaan Tuhan

... Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! -- Ulangan 6:4

Tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu dengar? Tidakkah diberitahukan kepadamu dari mulanya? Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar bumi diletakkan? -- Yesaya 40:21
Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? -- Markus 8:18

Mengapa sampai umat Tuhan terpesona pada berhala mati dan meninggalkan Tuhan sumber hidup? Tidak tahukah mereka siapa sejatinya Pencipta mereka, siapa sesungguhnya Pelepas dan Pemelihara mereka, siapa yang Allah sejati? Bentuk waktu pertanyaan ini bisa diterjemahkan: Tidak ingin tahukah kamu? Tidak ingin mendengarkah kamu? Sampai kapan? Bukankah dari keadaan bumi kamu bisa menyimpulkan? Tidakkah di undang-undang dasar pembentukanmu sebagai umat sudah Ku nyatakan! Tidakkah "shemma" (dengarlah) telah Ku perintahkan agar diberlakukan dalam keluargamu? Masa kini pun banyak anggota gereja yang tergiur oleh dunia, bingung tentang keutamaan Yesus, malu menghidupi imannya secara terbuka di depan publik, menghayati iman gado-gado/campur sari alias pluralis-relativis! Pertanyaannya: Sampai kapan kamu punya otak tetapi tidak mau berpikir, punya mata tetapi tidak mau melihat, punya telinga tetapi tidak mendengarkan? Mengapa tidak setia dalam kawanan domba Yesus? Mengapa terima berbagai info sampah di berbagai medsos tetapi mengabaikan Alkitab? Mengapa terhibur dengan guyonan rendah dan menghindari penghiburan firman? Mengapa?? Sampai kapan???


Senin, 26 September 2016

Berhala Menjaminkah?

Orang yang tak mampu membeli emas atau perak, memilih kayu yang tak mudah rusak. Ia mencari tukang yang ahli untuk membuat (mendirikan/menegakkan) patung yang tak mudah goyang. -- Yesaya 40:20 (BIS)

Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya. -- Mazmur 115:3-8.


Harus diakui bahwa secara universal: yang kaya, terpelajar, berkuasa (ay 19), dan yang miskin, tak berpendidikan, kaum lemah (ay 20) sama cenderung menjadikan sesuatu sebagai berhala. Berhala bisa berkisar pada soal keindahan (sesuatu yang dipuja, dikagumi, dimuliakan) bisa juga sekitar soal keamanan (dianggap menjamin, melindungi -- 20: tidak mudah goyang, stabil). Ironisnya, kata kerja yang dipakai, mendirikan, sebenarnya hanya tepat dipakai untuk Tuhan: Tuhanlah yang mendirikan dan menopang langit dan bumi dan segala isinya. Lebih ironis lagi, berhala yang diharapkan memberi jaminan keamanan itu sendiri perlu diamankan! Bahkan,apa pun yang jadi berhala yang sejatinya mati -- harta, pangkat, gelar, dlsb. -- tidak bisa merespons kepada doa, iman, harap kita di berbagai situasi kehidupan sebagaimana Adonai YHWH yang hidup merespons dalam kasih setia dan kuasa-Nya yang tak terbatas. Maka, jika firman ini mengusik hati kita, kita perlu mengakui, mohon ampun, dan mohon kelepasan Tuhan dari berbagai berhala modern kita.


O Tuhan Sumber dan Penopang Hidup, mohon terang-Mu menyelidik ke kedalaman hati kami dan ke seluruh segi kehidupan kami, tunjukkan jika ada hal yang kami puja, dan kami jadikan jaminan menggantikan Engkau. Ampuni kami, ya Tuhan. Tolong lepaskan kami dari pesona kepalsuan berhala. Sanggupkan kami menyembah mengandalkan-Mu saja, dan menjadikan semua sarana hidup  pemberian-Mu sungguh sebagai sarana saja. Amin.

Jumat, 23 September 2016

Sifat Berhala




Patungkah?-- menuang tukang besi, dan melapisi pandai emas dengan emas, merantainya dengan rantai-rantai perak?. -- Yesaya 40:19 (terj. mendekati yang harfiah)
Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. -- 1 Yohanes 2:15-16

Dengan konstruksi kalimat yang terasa janggal, ayat ini menelanjangi kebodohan penyembahan berhala. Patungkah yang menuang tukang besi, melapisi pandai emas, merantai dengan rantai pemegang? sampai orang boleh mencari keamanan, jaminan, bimbingan, percaya diri, self-esteem darinya? Konstruksi ayat ini sekaligus membukakan dua hal: sifat penyembahan berhala, dan kebodohan menyembah berhala. Objek dijadikan subjek, subjek menjadi objek -- atau, alat dijadikan tujuan, tujuan dijadikan alat -- itulah sifat inti penyembahan berhala. Lebih fatal lagi, bukan saja objek dijadikan subjek atas manusia, malah disandingkan seakan ia/mereka adalah "allah." Jelas bodohnya orang membuat patung lalu menyembah patung itu, bukan? Jelas betapa bodohnya meninggikan uang, benda, pengaruh, kedudukan, kesehatan seakan hal itu yang memberi kita hidup, jaminan, bimbingan, nilai diri kita? Satu-satunya cara untuk lepas dari belenggu berhala adalah membawanya ke bawah salib Yesus, agar kedudukannya ditegaskan hanyalah alat/objek bukan subjek.Agar peruntukkannya diatur ulang, semua berkat Tuhan perlu dari waktu ke waktu kita persembahkan untuk kemuliaan Tuhan. Hanya dengan cara inilah kita boleh luput dari jerat keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup.  


Rabu, 21 September 2016

Menilai Bangsa dengan Tepat


Segala bangsa seperti tidak ada di hadapan-Nya mereka dianggap-Nya hampa dan sia-sia saja. -- Yesaya 40:17
Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat -- Filipi 3:20
Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu. -- Yeremia 29:7


TUHAN Allah, Raja atas segala yang dirajakan, Pemilik Bumi dan segala isinya, Penyelenggara jalannya sejarah dunia ini, terima kasih Engkau mengasihi setiap dan segala bangsa. Sadarkan kami bahwa bukan kebetulan kami lahir, hidup, bekerja sebagai bangsa Indonesia. Ingatkan kami bahwa terlepas dari kendali-Mu, perkenan-Mu, kebenaran-Mu  keberadaan dan keadaan bangsa kami di hadapan-Mu adalah sia-sia, hampa bahkan tidak ada. Namun demikian, Engkau mengasihi bangsa Indonesia, dan memiliki rencana-Mu yang khusus dalam rencana besar kerajaan-Mu. Karena itu ya Raja kami, tolong kami memiliki keterhisaban, kesetiaan dan pengabdian mutlak kepada kerajaan-Mu sambil dalam doa, hidup dan usaha mewujudkan kesejahteraan, kebenaran, keadilan, kemajuan seturut kuat-kuasa-Mu dan serasi dengan kehendak-Mu untuk bangsa kami. Demi Yesus, Raja yang kini memerintah dari surga dan kelak akan mewujudkan bumi dan langit baru. Amin.

Selasa, 20 September 2016

Persembahan yang Layak

[Seluruh hutan] Libanon tidak mencukupi bagi kayu api dan margasatwanya tidak mencukupi bagi korban bakaran. -- Yesaya 40:16

Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." -- Markus 12:42-44

Mengapa persembahan begitu besar dianggap tidak memadai sementara yang jumlahnya tak berarti dipuji Tuhan? Karena Tuhan melihat ke hati, pada ada tidaknya kasih, pada sepadan tidaknya persembahan kita dengan kemurahan-Nya, pada apa sesungguhnya yang kita sembah! Alkitab banyak sekali bicara tentang persembahan. Bahkan, Paulus lebih banyak bicara tentang persembahan ketimbang doktrin pembenaran karena iman! Maka penting kita membiasakan diri bertanya hal-hal berikut: Apakah saya memberikan persembahan secara mekanistis atau segenap hati? Apakah tiap memberi persembahan saya suka atau duka, rela atau terpaksa, percaya atau khawatir? Apakah pemberian saya terpatok jumlah dan peruntukkannya atau terbuka pada apa yang Tuhan tunjukkan dan gerakkan? Apakah gairah saya dalam memberi sebanding bahkan melebihi gairah saya untuk menyimpan dan memakai bagi kepentingan diri sendiri? Apakah saya hitung-hitungan terhadap Tuhan dalam memberi atau saya menghitung dengan penuh syukur segala bentuk berkat Tuhan untuk saya? Apakah persembahan saya juga mengandung sifat berkorban yang sepadan pengorbanan Kristus?

Senin, 19 September 2016

Penyembahan Sejati

[Seluruh hutan] Libanon tidak mencukupi bagi kayu api dan margasatwanya tidak mencukupi bagi korban bakaran. -- Yesaya 40:16
Ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku-- Ibrani 10:5


Bait Allah, tempat Israel menyembah Tuhan dibangun pada zaman Salomo dengan menggunakan kayu aras Libanon. Tetapi kini Allah menyatakan bahwa baik hutan maupun hewan sehutan Libanon tidak mencukupi untuk membakar dan mempersembahkan korban. Tidak ada apa pun dari manusia -- air mata, taubat, perbuatan baik, persembahan, ibadah -- dapat menyelamatkan manusia dari dosanya di hadapan kekudusan Tuhan. Hanya satu korban yang dapat menghasilkan keselamatan yaitu hidup dan salib Yesus. Satu-satunya cara untuk selamat adalah berhenti berusaha dan berserah penuh kepada anugerah-Nya. Dan, satu-satunya respons orang yang diselamatkan oleh anugerah Yesus adalah terus hidup dalam penyerahan penuh kepada-Nya. Kita berutang nyawa kepada Yesus. Maka pantas kita berikan dan pantas Ia dapatkan kasih kita, hati kita, hidup kita seutuhnya. Kerap kita kembali ke pola hidup lama kita yang menganggap Tuhan dapat dibeli dibujuk dengan uang, moral terpuji, kegiatan rohani, tanpa memberikan seluruh hidup kita kepada-Nya. Kita jadikan persembahan, perbuatan baik, penyembahan tidak saja sebagai penutup dosa kita, tetapi juga pengganti persembahan sejati yaitu kasih yang bulat dari segenap akal, perasaan, kemauan dan kekuatan. Jika sungguh ada anugerah dari korban-Nya dalam hati kita, wajar kita mempersembahkan hidup secara utuh dan tulus yang berikutnya memancarkan penyembahan dalam roh dan kebenaran, persembahan yang sukacita dan sepadan, pengabdian yang rela dan gembira, pelayanan yang sungguh dan berenergi.

Sabtu, 17 September 2016

Bangsa bagaikan Setitik Debu

Lihat (harfiah), bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca. Lihat (harfiah), pulau-pulau tidak lebih dari abu halus beratnya. -- Yesaya 40:15

Kristus sendiri adalah pendamai kita. Ia mempersatukan orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi menjadi satu bangsa. Tembok pemisah antara mereka, yakni permusuhan, sudah dihancurkan oleh Kristus dengan mengurbankan diri-Nya sendiri. -- Efesus 2:14


Kesombongan bangsa/kebangsaan, kebanggaan ras bahkan klan dan keluarga telah menghasilkan banyak kisah gelap sepanjang sejarah peradaban manusia. Darinya telah muncul penghinaan terhadap golongan lain, rasialisme, bahkan genosida yang masih terjadi sampai di era super modern kini. Manusia rumput adanya (ay. 6), bangsa (adidaya sekalipun) adalah setetes air dalam timba, sebutir debu pada neraca... sama sekali tidak berarti! Lagi Yesaya menyerukan "Lihatlah!" sebanyak dua kali. Kita perlu melihat sungguh, saksama, sampai berdampak ke praktis: pertama, ke Tuhan dalam segala kekuasaan dan kejayaan-Nya, kedua, melihat ras/bangsa/kebangsaan yang tidak dapat dibandingkan dengan kebesaran dan kemuliaan Allah, sampai kita tiba pada kesadaran praktis. Dimanakah wajarnya dua pandangan ini ditegaskan dan dipraktikkan? Seharusnya di dalam gereja, di antara umat yang telah mengenal kebesaran kasih-setia dan anugerah Tuhan yang mengangkat orang dari kehinaan dan ketidakberdayaan tanpa memandang latarbelakang apa pun, dan menyatukan semua milik-Nya menjadi kawanan domba-Nya, umat berkerajaan. Indonesia membutuhkan cara pandang dan perlakuan praktis yang tidak mengutamakan golongan, klan, suku, ras tetapi menilai dari titik tolak kepenciptaan, kebaikan, kedaulatan Tuhan. Dan, gereja / orang Kristen harusnya aktif mewujudnyatakan hal prinsip ini.

Jumat, 16 September 2016

Pertanyaan-pertanyaan Krusial

Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca? Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat? Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian? -- Yesaya 40:12-14

Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu...-- Markus 2:9-12

Pertanyaan Yesaya, dan pertanyaan Yesus ini sangat perlu kita tanyakan dari waktu ke waktu di perjalanan hidup kita, entah saat kita tiba di puncak pencapaian, atau di proses hidup yang menuntut, atau di titik terendah hidup. Siapakah Tuhan untuk makro kosmos kita -- planet, satelit, bintang, tata surya, galaxy? Siapakah Tuhan untuk bumi kita -- mineral, air, tanah, pasir, udara, tumbuh-tumbuhan,   binatang? Siapakah Tuhan untuk mikro kosmos diri kita -- cairan, darah, enzim, seluler, molekul, energi, jaringan, kelenjar, organ, pikiran, emosi, kemauan...? Siapakah Tuhan untuk saya? Siapakah saya di hadapan, dan untuk Tuhan? Dari mana semua kesan ini kita dapat? Adakah hal yang terlalu besar/berat melebihi kewenangan dan kesanggupan Tuhan? Adakah hal yang terlalu kecil yang diabaikan oleh Adonai YHWH? Bagaimanakah saya menyikapi tubuh, benda, karier, cita-cita, kesehatan/penyakit, sukses/gagal? Serasikah semua ini dengan kata Tuhan sendiri dalam Alkitab?

Kamis, 15 September 2016

Ia Sumber Terpercaya

Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian? -- Yesaya 40:14 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?...segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! -- Roma 11:33-36

Pengenalan diri manusia dan pengenalan akan Tuhan adalah dwi-tunggal pengenalan esensial bagi hidup manusia. Sayang, kebanyakannya kesadaran akan kesengsaraan manusia menyebabkan pendakwaan terhadap Allah, dan kesadaran akan keberhasilan manusia menyebabkan pengabaian terhadap Allah. Sepanjang sejarah peradaban kita saksikan bahwa bila tidak terjadi kemajuan sejati dalam kedua pengenalan itu, atau tegasnya jika pengenalan akan Tuhan diabaikan, maka pasti yang terjadi adalah kemunduran. Baik moral-spiritual, juga kemunduran intelektual. Di mana dalam ekspresi budaya mana pun di seluruh dunia yang luput dari penodaan religiositas yang menyimpang dan moralitas yang cemar? Bukankah kendati peradaban sudah berkembang dari era primitif ke modern ke pasca-modern, ternyata manusia tetap saja primitif? Pertanyaan Yesaya ini sesungguhnya bersisi ganda. Tuhan tidak membutuhkan nasihat kita untuk hikmat, keadilan, dan ketrampilan dalam bertindak, sebaliknya Ia yang sesungguhnya sumber untuk semua kebutuhan kita akan hal-hal itu, dan tujuan dari semua yang kita cari dan agungkan dalam hidup. Jadi persoalan kita ialah bagaimana boleh mendapatkan hikmat, keadilan, nasihat, ketrampilan Tuhan untuk beragam situasi dan keadaan? Sejauh mana kita praktikkan hikmat, keadilan, ketrampilan Allah dalam hidup pribadi, keluarga, kerja, bermasyarakat, bergereja, ekonomi, politik....?

Rabu, 14 September 2016

Kekayaan Sumber dalam Allah

Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian? -- Yesaya 40:14

O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! -- Roma 11:33-36

Penghiburan sejati, kelepasan dari kemuskilan kondisi manusia, datang dari dua pengenalan dan keinsyafan: keinsyafan akan kesengsaraan manusia dan keinsyafan akan kebesaran diri dan tindakan Allah. Ini berlaku untuk Israel di pembuangan, juga berlaku untuk kita dalam masing-masing kondisi "pembuangan/ketertawanan" kita. Dalam segala keadaan juga dalam keadaan kita terpuruk, tidak cukup hanya mawas diri melihat ke dalam, tidak cukup berbagi atau mencari pertolongan ke luar, harus lebih lagi menatap dan mencari dari Dia yang di atas, hal-hal seperti: hikmat, pengetahuan, keputusan-Nya, jalan-jalan-Nya, pikiran-Nya, nasihat-Nya, keadilan-Nya, keterampilan-Nya. 

Selasa, 13 September 2016

Penasihat Ilahi

Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat? -- Yesaya 40:13
Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. -- Yohanes 14:26


O Tuhan, tolonglah kami untuk mengakui kebesaran-Mu secara teoretis dan praktis. Tolong kami menyadari kami tidak layak dan tidak mungkin sanggup mengatur Engkau yang mengatur alam semesta hanya dengan menjengkalkan jari-jari-Mu. Tolong kami insyaf bahwa Roh-Mu yang mengerami kekosongan dan kekacauan (Kej. 1:2) sebelum jadi segala yang indah dan teratur dalam alam ini, adalah juga Roh kehidupan, hikmat, kebenaran, penghiburan, Roh sumber kiat dan giat kami, Roh yang bersih-murni. Maka, ya Roh Allah ampunilah kecenderungan kami memberhalakan akal, emosi, pengaruh dan berbagai kapasitas fana manusiawi kami dalam kami menimbang, merencanakan, menyiasati dan menjalani hidup. Dan terutama, tolong kami untuk mendisiplin diri dengar-dengaran kepada firman-Mu agar doa, ibadah kami dan semua ungkapannya bukan upaya untuk mengatur atau mendikte Engkau. Kiranya Roh-Mu terus menerus memurnikan kami dalam kebenaran-Mu dan makin menguatkan di dalam kami sifat ketundukan dan penyerahan diri penuh kepada-Mu. Amin.

Senin, 12 September 2016

Allah yang Menakjubkan

Siapa menakar samudra dengan lekuk tangannya, atau mengukur (harfiah: mengatur) angkasa dengan jengkal? Siapa menakar tanah bumi dengan takaran atau menimbang gunung dan bukit dengan dacing? (Yesaya 40:12)
Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" -- Markus 9:23


Seberapa berat/besar masalah pribadi/keluarga/kerja/pelayanan kita sampai kita kehilangan harapan dan menganggap situasi/kondisi kita mustahil? Muskil mana dibandingkan dengan Israel di masa pembuangan di kerajaan adi-daya Babel? Mungkinkah mereka bebas kembali, balik ke tanah mereka sendiri? Berat mana? Besar mana? Muskil mana? Kepada situasi Israel di Babel Allah mengajak mereka menimbang ini: Bayangkan air hujan, air di semua sungai, air di semua teluk dan selat, air di semua laut dan samudra, semua air tanah... Menurut Google semua air di lautan, laut dan teluk adalah 1338 juta km3 (1,338,000,000,000,000 liter)! Semua air berbentuk es, glacier, salju abadi 24 jt km3, air dalam tanah 23,4 jt km3, air segar 10,53 jt km3. Dan menurut wahyu Tuhan kepada Yesaya semua itu hanya perlu satu (digunakan kata benda tunggal bukan majemuk) lekuk telapak Tuhan untuk menampungnya. Lagi: bumi ada di tata surya, tata surya kita hanya satu dari jutaan tata surya dalam galaxy kita (bukan Samsung galaxy 7! :) ), dan galaxy kita hanya satu titik di alam semesta ini. Firman Tuhan: hanya dengan menjengkal Ia mengatur semua yang dahsyat itu! Teruskan dengan wahyu berikut: menimbang semua debu, semua gunung dan bukit dst.... Dahsyat!? Dahsyat mana itu semua dibanding penyataan tangan Adonai YHWH memeluk, memberi makan, menuntun kita kawanan domba-Nya? Jadi, menjalani kehidupan ini, apa atau siapakah yang harus kita lihat, cari, percayai, besarkan/agungkan?
Aku percaya, tolonglah aku yang kurang percaya ini! (Markus 9:24)

Jumat, 09 September 2016

Gembala yang Baik

Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya (harfiah: digendong/dipeluk), induk-induk domba (harfiah: yang menyusui) dituntun-Nya dengan hati-hati. -- Yesaya 40:11
Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;... Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku. -- Yohanes 10:11, 14


Tuhan Allah, Adonai YHWH, terima kasih Engkau berdaulat dan beranugerah, Engkau kuat dan berkuasa namun lembut dan berlimpah kasih-setia dan rahmat. Dalam segala keadaan dan kebutuhan kami Engkau menjamin keamanan, kebutuhan, pertumbuhan kami. Sejak kami masih kanak-kanak dalam perjalanan iman sampai Engkau mempercayakan kami boleh berbagi karya kasih-Mu kepada anak rohani yang Kau percayakan kepada kami, Engkau selalu menjadi penyedia terpercaya. Segala puji, syukur dan hormat bagi-Mu o Gembala Agung. Kami ingin makin nyata mengalami manifestasi lengan-Mu yang perkasa, pelukan-Mu yang akrab, jejak kaki-Mu yang pasti, suara-Mu yang sarat pengenalan... sepanjang kehidupan dan karya pelayanan kami. Demi Yesus Gembala yang Baik. Amin.
Doa: Agar para orangtua, pendidik, pembina rohani, pastor... dari sendirinya mengalami penggembalaan Allah boleh menjadi penggembala kepada orang lain seturut model penggembalaan Allah sendiri.

Kamis, 08 September 2016

Pandanglah pada Yesus

Lihat, itu Tuhan ALLAH,
Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa.
Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia,
dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya. -- Yesaya 40:10

Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. -- Yohanes 1:2
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan... -- Ibrani 12:2

Tanpa visi jangan harap ada perubahan atau kemajuan. Apabila kita terpaku pada keadaan kita sekarang -- entah itu keberhasilan atau kegagalan, kebahagiaan atau kesengsaraan -- kita terbelenggu oleh yang sementara, yang dekat, yang tidak bernilai kekal. Bila Allah -- sifat-Nya, rencana-Nya, karya-Nya -- kita jadikan visi kita, hidup menjadi imajinatif dan kreatif, tidak terpaku oleh kemapanan, tidak terbatasi oleh kenyataan jasmani, tidak menjadikan kegagalan vonis akhir. Lalu, bagaimanakah visi kehidupan kita seharusnya? Dalam konteks asli Yesaya 40, firman tentang kuat-kuasa Tuhan dan rencana-Nya untuk mengembalikan mereka dari pembuangan, adalah visi yang menjadi babakan baru dalam kehidupan mereka. Dalam konteks Perjanjian Baru, cahaya kemuliaan Tuhan sepenuhnya telah dinyatakan kepada kita di dalam hidup dan karya Yesus Kristus. Maka kita memandang ke wajah Yesus, hati Yesus, uluran-tuntunan-penguatan tangan Yesus, kepemimpinan Yesus. Apa yang dulu telah Ia buat masih Ia lakukan kini kepada siapa pun yang memandang dalam iman kepada-Nya. Namun kita tidak saja memandang kepada Yesus yang dulu hidup di bumi dan kepada Ia yang kini bersyafaat di surga sambil hadir bersama kita dalam Roh-Nya, kita juga memandang kepada Ia yang akan datang kelak dalam kemuliaan penuh, untuk menuntaskan keselamatan kita sambil melaksanakan penghukuman final kepada para penolak anugerah-Nya.

Lagu: Pandanglah pada Yesus, pandang wajah-Nya mulia; kemilau dunia menjadi sirna, dalam t'rang kemuliaan-Nya. Pandanglah pada Yesus... b'lenggu dosa menjadi hancur, dalam t'rang kemuliaan-Nya. Pandanglah pada Yesus... kelemahan/kegagalan/sakit-penyakit/takhta dan harta.... hilang cengkeramannya, dalam t'rang kemuliaan-Nya. Amin.

Rabu, 07 September 2016

Rohani itu Riil

Lihat, itu Tuhan ALLAH,
Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa.
Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia,
dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya. -- Yesaya 40:10
Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.-- Kolose 2:15


Sebelum ini penekanan ada pada kata: seruan penghiburan, penyiapan jalan bagi lawatan Tuhan, panggilan pertobatan, dan paparan tentang sengsara manusia. Firman Tuhan bukan kata atau janji kosong, tetapi keluar dari gairah hati Allah. Maka semua yang difirmankan-Nya pasti benar berbukti! Kini dua kali diserukan "Lihatlah!" Apa hal yang akan dilihat umat Tuhan dan bahkan seluruh manusia dalam perjalanan sejarah?: Kedaulatan Adonai YHWH yaitu "kekuatan-Nya dan kuasa tangan-Nya" (bdk. ay. 5), dan tujuan serta hasil kerja-Nya yaitu keselamatan bagi umat dan pembalasan atas musuh-musuh-Nya. Kita hidup dalam era yang sangat menekankan aspek visual -- selfie, FB, tampilan, bungkus... yang sebenarnya tanpa substansi kekal. Di sisi lain iman Kristen hampir seluruhnya berorientasi pada aspek audio -- khotbah, pembinaan, penyuluhan, seminar,.. yang kebanyakannya miskin realitas visual (paling hanya dibantu PowerPoint dan "ragam pertunjukan penyembahan"). Sesungguhnya prinsip "iman bukan penglihatan," tidak menyingkirkan aspek visual sebab iman sendiri adalah sejenis penglihatan, yaitu penglihatan rohani, mata hati yang celik untuk melihat realitas Allah yang dicanangkan dalam Firman. Apabila firman yang berisikan hasrat Allah, datang dalam pemerdayaan Roh, kepada hati yang dicelikkan Roh -- maka realitas bermakna dan kekal dari karya penciptaan ulang Allah akan kita lihat.


Doa: agar imajinasi rohani kita hidup, sanggup melihat realitas firman; untuk kehidupan Kristen yang memvisualkan secara signifikan kesejatian firman ke sekeliling; agar mimbar Kristen kaya dengan imaji firman dalam pemberdayaan Roh.

Selasa, 06 September 2016

Mengenal Dia dengan Sungguh

Lihat, itu Tuhan ALLAH,
Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa.
Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia,
dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya. -- Yesaya 40:10


Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.-- Kolose 2:15


Mengapa lawatan Tuhan sumber penghiburan? Bukankah Ia dahsyat dan manusia rumput? Bisa dibayangkan dampak kebinasaan ketika kita rumput bertemu hembusan nafas Allah! Tetapi Allah bukan saja api yang menghanguskan, Ia juga Bapa yang penuh rahmat. Ia adalah Adonai YHWH, Allah yang Mahamulia dan berdaulat yang juga adalah Tuhan Perjanjian yang penuh anugerah dan yang kasih-Nya tak berubah. Lengan-Nya kuat, tangan-Nya berkuasa, dan semua ini adalah sumber pengharapan dan kekuatan orang percaya. Kedaulatan yang telah menghajar Israel dengan dibuang ke Babel, secara simultan beroperasi dalam kasih perjanjian yang kekal, mendisiplin mereka di Babel, dan sesudah selesai pendisiplinan itu Ia menggerakkan para pemimpin negara adidaya waktu itu untuk mengembalikan umat ke Tanah Perjanjian. Lawatan-Nya menghasilkan dua hal: pahala dan perolehan. Ketika Ia mengeluarkan Israel dari Mesir, Israel dilimpahi dengan pemberian orang Mesir; ketika Ezra dan kemudian Nehemia memimpin kepulangan bangsa yang tidak mengenal Tuhan itu melengkapi mereka dengan berbagai kekayaan (Ezra 1:4; Nehemia 2:8). Tuhan Allah mengubah status dan sikon dunia; umat yang ditawan menjadi merdeka, penindas dan penawan memperkaya umat itu. Sungguhkah kita mengenal Ia sebagai Adonai YHWH? Bagaimanakah seharusnya respons kita kepada kedaulatan-Nya dan kasih perjanjian-Nya yang kekal? Bagaimanakah dampak semua ini dalam sikap dan tindakan keseharian kita?


Senin, 05 September 2016

Dekat Dia

Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya... -- Ulangan 30:19-20
Allah bagi kita adalah Allah yang menyelamatkan, ALLAH, Tuhanku, memberi keluputan dari maut. -- Mazmur 68:21
Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. -- Markus 1:32-35

 Bapa, dalam kelelahan dan kelesuan kami, kuatkan dan segarkan kami. Dalam tindihan berbagai beban, hiburkan kami. Dalam kelemahan atau sakit, sembuhkan kami. Dalam segala keadaan tolong kami untuk selalu menghayati hadirat-Mu dan mengandalkan pertolongan-Mu. Amin.

Jumat, 02 September 2016

Berani Bersaksi


Siarkan itu dari puncak gunung, kamu umat Allah, para pembawa pesan kabar baik. Proklamirkan itu dengan cara apa saja, hai kamu orang kudus yang adalah para pewarta kabar baik. Teriakkanlah itu lebih kuat lagi, jangan takut. Katakan kepada setiap dan semua yang kamu temui, "Lihat! Allahmu di sini." -- Yesaya 40:9 (parafrase)
...mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani. -- Kisah Rasul 4:31


TUHAN, Engkau telah memungkinkan manusia yang fana dan akan binasa untuk mengalami kebaikan-Mu. Kehidupan-kematian-kebangkitan-kenaikan-kedatangan kembali Yesus Kristus telah memungkinkan kami untuk meninggalkan kisah sengsara kami dan masuk ke dalam kisah bahagia dari-Mu. Engkau telah melayakkan kami menjadi rekan sekerja-Mu mewujudkan Kerajaan-Mu dengan menjadikan kami para saksi, para pewarta Kabar Baik dari-Mu itu. Untuk semua ini, kami bersyukur ya Allah. Bahkan, kami meyakini bahwa situasi zaman kami sekarang ini: begitu banyak masalah, begitu banyak tawaran dan klaim "kebenaran," adalah kebutuhan dan kesempatan untuk kesaksian dan pewartaan Kabar Baik-Mu. Mohon ampun ya Tuhan, karena sebaliknya dari mewartakan dengan bersemangat dan berani kami cenderung lemah dan takut untuk bersaksi. Yakinkan kami bahwa Kristus jauh lebih tinggi dari semua "tempat tinggi" yang orang andalkan. Sadarkan kami bahwa kesaksian kami berfondasikan fakta kemenangan Kristus bukan bergantung pada bagaimana pandangan atau sikap orang. Kiranya Roh-Mu menolong kami untuk menimbang zaman kami sesuai firman-Mu, agar kami berani mensyukuri karya penyelamatan-Mu di depan umum. O Roh Allah, penuhi kami agar Engkau riil dalam pengalaman keseharian kami dan melimpah ke kata dan karya kami. Dalam Yesus sang Kabar baik itu sendiri. Amin.

Kamis, 01 September 2016

Firman Allah Kekal Adanya

Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya. -- Yesaya 40:7
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." -- Yohanes 8:51


Mengapa Injil cenderung diabaikan orang; juga, PI cenderung dilupakan oleh gereja dan orang percaya masa kini? Sebabnya, orang tidak sungguh menyadari kesengsaraan manusia tanpa Injil! Kabar Baik tidak akan dirasakan urgensinya bila orang tidak dibukakan realitas kefanaan, kesementaraan, dan kebinasaan yang mengancam.  Menarik konstruksi Yesaya 40 ini. Sesudah ucapan penghiburan ke hati (ay 1-2), diikuti panggilan untuk menyiapkan diri bagi lawatan Tuhan (3-5), datang pencanangan tentang kesengsaraan manusia (6-8). Berulang kali kefanaan, kerentanan manusia dipaparkan dalam paralelisme Ibrani, dimana manusia disamakan dengan rumput mengering dan bunga melayu. Ajaibnya, sesudah paralelisme sedih itu datanglah sebuah perkembangan baru (8b). Narasi Israel yang dibuang bukan titik. Ada narasi besar dari Allah yang siap memberikan penghiburan, pengampunan, pemulihan. Demikian juga narasi kesengsaraan tiap kita bukan titik. Ada narasi penyelamatan, pembaruan, pengalaman akan kemuliaan Allah secara berkelanjutan dan meningkat dalam Yesus Kristus. Meta narasi itu tidak datang dari teknologi, atau perbaikan ekonomi, atau terapi psikologis, atau ucapan hikmat ala motivator, dlsb., melainkan dari Firman Allah yang kekal. Firman kuasa Allah yang mencipta segala yang ada, yang telah menjelma menjadi manusia, Firman kebenaran yang menghidupkan, inilah satu-satunya pengharapan kokoh sejati untuk manusia. Untuk kita yang sedang tertekan oleh miseri hidup carilah sungguh jalan keluar dari Firman kekal Allah. Untuk kita yang melayani pastikanlah pembinaan, pewartaan, penyuluhan yang kita sampaikan sungguh adalah Firman Allah yang murni, kekal, berkuasa itu.