Jumat, 31 Maret 2017

Perubahan Ajaib

Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: "Siapa namamu?" Jawabnya: "Namaku Legion, karena kami banyak." Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!" Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka.  -- Markus 5:6-15

Kehadiran Yesus, Perkataan Yesus, Perintah Yesus tidak mungkin tidak berdampak menghasilkan perubahan yang ajaib. Itu yang kita saksikan dari cara Markus memaparkan hal yang dilakukan, diucapkan dan dialami orang yang dirasuk roh jahat selegion di Gerasa ini ketika terjadi "encounter" dengan Yesus. Pertama, begitu melihat sosok Yesus datang "ia" berlari dan menyembah Yesus. Agaknya di tengah kegilaan masih ada sedikit kewarasan, di tengah kegelapan dahsyat itu masih ada harap lemah dirinya untuk mengalami kelepasan? Memang ia masih terbelenggu oleh ribuan roh jahat sehingga ekspresi sembah dan mohonnya bercampur dengan penolakan dan tantangan. Namun begitu Yesus menanyakan siapakah namamu, ketidakjelasan antara orang itu dan roh-roh jahat itu mulai terurai dan kata ganti orang yang dipakai berubah menjadi "kami." Menjadi jelas bahwa "ia" si gila dan "kami" roh-roh jahat tidak sama, tidak identik. Lalu sesudah Yesus mengabulkan mereka pergi ke tempat yang dimaui yaitu binatang yang dalam taurat Tuhan Perjanjian Lama dianggap najis, orang itu pun berubah total. Perhatikan kata-kata yang dipakai menggambarkan keadaannya sebelum betemu Yesus dan sesudah dibebaskan Yesus (bdk. Lukas 8:35: "orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu duduk di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras"). 

TIPS: Teringat kisah Joni Earickson Tada (eks atlit ski yang lumpuh karena kecelakaan) berkhotbah di sebuah panti orang-orang dengan gangguan mental. Sepanjang ia bicara mereka asyik bercanda, melamun, beracara sendiri. Namun begitu Joni bicara bahwa ketika Yesus datang kembali mereka yang percaya akan diubahkan, dibaharui total, tiba-tiba mereka mendengar dengan penuh perhatian. Orang segila, dirasuk roh jahat separah apa pun, begitu diperhadapkan dengan berita Yesus diberi kesempatan baru untuk mengalami perubahan ajaib kembali sebagai jatidirinya yaitu gambar mulia Allah. Maka jangan kita batasi siapa yang layak dan boleh menerima lawatan Injil.

Kamis, 30 Maret 2017

Konflik Supernatural

Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" -- Markus 5:1-8

Orang "gila" di Gadara itu bukan gila dalam artian medis atau psikis tetapi karena dirasuk selegion -- kira-kira 6,000 dalam sistem tentara Romawi -- roh jahat banyaknya. Dari paparan Markus ini dapat kita simpulkan betapa ngeri penampilannya, rusak akhlaknya, dahsyat melebihi manusia biasa kekuatannya, gelap tempat yang disukainya. Ia dirasuk roh jahat sampai berkepribadian jamak -- kita sukar membedakan yang mana gestur, ucapan, tindakan orang itu yang mana yang dari roh-roh jahat itu. Bagaimana mungkin manusia yang adalah gambar Allah bisa berubah menjadi begitu rusaknya? Apa sebab sampai begitu banyak roh jahat mendapat peluang merasuki orang itu? Kejatuhan manusia pertama menyebabkan semua manusia mewarisi sifat dosa. Namun untuk sampai ke keadaan kerasukan ada progres penurunan yang meliputi pilihan untuk memasuki teritorial kegelapan lebih dalam: dari kecenderungan dosa ke berbuat dosa ke belenggu dosa ke menyukai dosa ke memasuki dosa-dosa yang datang dari perlawanan iblis kepada Allah seperti berbagai penyembahan berhala, pedukunan, magis, dst. Sampai terjadi "blend" antara ia dan mereka, aku dan kami dalam pernyataan orang itu. Syukurlah ada Orang lebih kuat kini yang menghadang dan akhirnya memerintahkan roh-roh jahat itu keluar meninggalkan orang yang kerasukan itu. Ini sungguh Kabar Pembebasan teramat dahsyat yang memberi harapan bagi manusia, keluarga, bangsa, kebudayaan yang telah sedemikian jauh dilingkupi oleh perbuatan kegelapan.

TIPS: Kita butuh karunia membeda-bedakan Roh, agar sanggup membedakan mana masalah yang masih dalam lingkup manusiawi dan mana yang dalam cengkeram super-manusiawi sambil dilengkapi kuasa firman dan Roh untuk mengklaim kemenangan Yesus atas kuasa-kuasa kegelapan.

Rabu, 29 Maret 2017

Mengalami Yesus di tengah Kesukaran

Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."  Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"  -- Mrkus 4:25-41

Murid Yesus perlu belajar bukan saja pengertian tentang Kerajaan tetapi juga dalam pengalaman nyata bagaimana manifestasi Kerajaan itu terjadi. Itu terjadi sebagai kelanjutan dari sepanjang hari Yesus mengajar dengan berbagai perumpamaan, dan lalu penjelasan khusus bagi para murid-Nya. Itu terjadi di danau yang ketinggiannya 200 meter di bawah permukaan laut dan sebelah utaranya terdapat gunung Hermon bersalju yang membuat sering terjadinya aliran udara dingin memasuki danau sehingga sewaktu-waktu bisa terjadi badai hebat seperti dialami di kisah ini. Yesus yang lelah tertidur  di atas tilam nelayan seadanya. Ketika taufan mengamuk, ombak menyembur masuk ke dalam perahu, Yesus tetap tidur dengan tenang yang mencengangkan. Keadaan di luar kendali mereka membuat para murid panik, takut, dan jelas dari teguran Yesus bahwa saat itu tidak tampak ada iman bekerja dalam reaksi mereka terhadap situasi penuh bahaya itu. Dari teguran Yesus tentang ketiadaan iman mereka, bisa jadi ucapan para murid waktu membangunkan Yesus: "Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?" bukan bermaksud meminta Yesus mengendalikan keadaan tetapi menegur Yesus mengapa tidak bangun dan bersama mereka mengendalikan perahu yang hampir tenggelam. Syukurlah Yesus ada, bangun, bertindak -- kendati seruan itu adalah seruan panik tanpa iman, Ia bertindak. Hanya dengan kata-kata bersahaja namun penuh kuasa, Yesus yang lelah yang tadi tidur atas tilam sederhana bertindak menyatakan kuat-kuasa-Nya sebagai raja juga atas alam!

Sedang belajar apakah kita tentang kesahajaan dan kemuliaan Yesus dalam keseharian kita sepanjang minggu sengsara ini?

Selasa, 28 Maret 2017

Diubahkan dan Mengubahkan

yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat." Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. -- Markus 4:20-33

Perumpamaan Yesus ini -- perumpamaan penabur, pelita, ukuran, benih yang tumbuh dan biji sesawi -- semua bicara tentang Injil Kerajaan yang berdampak dahsyat, bekerja di dalam kehidupan para penerimanya dan berdampak ke luar melalui mereka. Di dalam dirinya sendiri -- bagaikan benih yang tumbuh dengan sendirinya -- Injil yaitu kabar tentang hidup dan karya Yesus yang diberdayakan oleh Roh Kudus -- mengandung kuasa untuk memperbarui ke dalam dan berdampak ke luar para pengikut Yesus. Kendati demikian hal bertumbuh, berbuah, berdampak. menjadi berkat itu hanya terjadi pada para pengikut sejati yaitu yang sungguh mendengar, menyambut, mengerti, memberlakukan dengan konsekuen dan konsisten Injil Kerajaan itu. Itu sebabnya Yesus berulangkali mengatakan, "camkanlah," "bercahayalah," "berbuahlah sebab yang tidak memiliki akan diambil darinya," menunjukkan perlunya iman dan perbuatan aktif sepadan dengan kuasa Injil 

Doa & Syafaat: Agar pribadi, keluarga dan komunitas Kristen berbuah nyata yaitu hidup dalam sifat dan karya Kristus dalam berbagai lapis dan aspek kehidupan sehari-hari. 

Sabtu, 25 Maret 2017

Kesahajaan Ajaran Yesus

Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.  Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka:...Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu. Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun."...Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri. -- Markus 4:1-2, 9-12, 23-24

Cara / metode Yesus mewartakan kabar baik Kerajaan yang mengubahkan itu adalah melalui perumpamaan-perumpamaan. Hanya kepada para murid yang telah merespons panggilan-Nya dan yang tengah menjalani proses pengenalan akan Dia -- sang isi dan kuasa kabar baik itu -- Ia lanjut memberikan penjelasan. Yesus tidak mencari popularitas melainkan melakukan penyaringan. Ia tidak menyesuaikan cara / metode pengajaran-Nya dengan keinginan atau kesukaan pendengar agar Ia disukai orang. Ia dengan otoritas, kepekaan rohani yang tajam membuat pesan Kerajaan itu sampai kepada kenyataan terdalam pendengar-Nya dengan persuasi kuat ("dengarlah, camkanlah") sampai berdampak pada penerimaan atau penolakan mereka terhadap Dia. Perumpamaan mengandung kesejajaran dengan bagaimana Yesus membuka sekaligus menutup jatidiri dan wujud karya-Nya yaitu kemesiasan-Nya terhadap para murid dan orang banyak. Berulangkali setiap Ia memancarkan kuasa kemesiasan-Nya keluar peringatan-Nya agar yang bersangkutan tidak mewartakan itu. Ia melakukan itu sebab mereka tidak siap menerima hakikat kemesiasan-Nya sebagai hamba yang menderita bukan pahlawan yang digjaya. Pengajaran-Nya bersahaja, tindakan kemesiasan-Nya bahkan terhina, membuat hanya orang yang sungguh mengakui kerendahannya boleh masuk lebih jauh ke dalam Dia. 

Jumat, 24 Maret 2017

Penabur-Benih-Tanah

Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka: "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat." Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"  -- Markus 4:1-9

Cobalah kita renungkan beberapa hal berikut:
1. Mengerti atau tidak perumpamaan ini menentukan pengertian tentang perumpamaan Yesus lainnya (ay 13). Bagaimana perumpamaan ini merangkumkan seluruh pelayanan Yesus?
2. Bagaimana berbagai macam orang dan sikapnya terhadap Yesus di pasal 1-3 (juga di pasal-pasal selanjutnya) digambarkan dalam berbagai kondisi tanah di perumpamaan ini? 
3. Jika penabur itu Yesus, mengapa Ia menabur di berbagai jenis tanah berbeda? Jika benih itu adalah euangelion Kerajaan, apa yang dikerjakan oleh Injil dalam kehidupan manusia?
4. Perintah ini ditujukan kepada semua kita: "Siapa punya telinga, dengarlah baik-baik!" Seserius apa, sepenuh apa, sefokus bagaimana -- kita memberi perhatian kepada firman Kerajaan sehingga kita tiap hari bertumbuh dan berbuah-buah karena merespons Injil Kerajaan sebagai tanah hati yang baik?!

Tuhan yang empunya benih Kerajaan, mohon ampunan-Mu karena kerap kami terbiasa saja dengan tidak tertarik dan mengerti firman-Mu, atau tidak merespons sungguh kepada ajaran-Mu. Mohon Roh-Mu senantiasa menopang kami untuk boleh menjadi tanah yang baik, yang menyambut, mengerti, merespons taat kepada pesan Kerajaan-Mu dalam hidup kami. Amin.

Kamis, 23 Maret 2017

Pemuridan

Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan merekapun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. -- Markus 3:13-15

Ada yang khas dan tak berulang dalam panggilan dua belas rasul ini sehingga disebut sebagai fondasi bangunan gereja dalam Efesus 2:20. Namun demikian ada prinsip yang berlaku umum dari mereka sebagai pengikut Kristus yang juga menjadi kriteria bagi pemuridan kita sebagai orang Kristen. Pertama, mereka bukan hanya penggembira yang mencari peninggian rohani dengan menyaksikan hal-hal ajaib yang Yesus buat. Mereka dipanggil, menyambut panggilan itu dengan respons "meninggalkan segala sesuatu" (ingat panggilan Simon, Andreas, Yakobus, Yohanes di psl 1) lalu datang kepada dan mengikut Yesus. Kedua, mereka dan Yesus mengalami persekutuan riil. Meski Yesus sebagai yang memanggil dan berotoritas sebagai guru, Ia secara riil menunjukkan kebutuhan-Nya untuk memiliki pertemanan yang tulus. Sekaligus, mereka belajar tentang kemanusiaan sejati dalam beragam interaksi Yesus dengan bermacam jenis orang, kehidupan doa Yesus (psl. 1), hati dan tindakan Yesus terhadap berbagai masalah yang mengerdilkan kehidupan manusia, dst. Inilah komunitas baru, dua belas yang memaknai baru dua belas (suku) umat pilihan Allah dalam Perjanjian Lama yang gagal menjadi komunitas Kerajaan-Nya. Ketiga, mereka diutus untuk mewartakan Injil Kerajaan dengan disertai kuasa untuk menghancurkan para musuh Kerajaan. Pewartaan dan kuasa penaklukan para musuh Kerajaan dan berbagai manifestasinya bukan untuk dibaca terpisah seakan yang sesudah "dan" menjadi anak bawang! Melainkan "dan" di sini dimaksud untuk menunjukkan sesuatu yang kumulatif. Sebab, apalah arti dan mungkinkah berdampak pewartaan tentang Kerajaan bila tanpa realitas? 

Doa & Syafaat: Mohonlah Roh menjadikan kita mengalami makin penuh tiga faktor pemuridan ini. Juga, agar ciri-ciri esensial ini hadir dan tumbuh dalam komunitas Kristen kita.

Rabu, 22 Maret 2017

Pemisahan

Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan merekapun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan... Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau." Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." -- Markus 3:13-15; 32-35

Kabar dan tindakan Kerajaan yang Yesus lakukan segera menghasilkan pemisahan antara mereka yang di pihak Yesus dan mereka yang melawan. Kita perlu membaca seluruh pasal 3 untuk menangkap pesan ini dari cara Markus merangkai beragam peristiwa dan ucapan Yesus. Hanya ada dua kemungkinan. Di satu pihak ada para penggembira, penonton, roh jahat yang mengacau keadaan, pihak-pihak yang aslinya berseberangan malah berubah menjadi berkomplot untuk menyingkirkan Yesus, para ahli dalam Taurat yang menghujat Yesus, dan bahkan kaum kerabat-Nya yang menuduh Dia gila. Di pihak lain mereka yang sungguh menerima pelepasan Kerajaan dari-Nya, dipanggil-Nya untuk ikut menjadi pewarta Kerajaan, dan yang sungguh melakukan kehendak Allah yang sejatinya adalah kaum keluarga dan kerabat Yesus melebihi hubungan darah yaitu melalui hubungan Kerajaan. Marilah kita pastikan bahwa oleh pertolongan Roh kita ada di pihak yang sungguh menerima kuasa pelepasan Kerajaan, menjadi murid Yesus yang ikut meluaskan Kerajaan Allah di bumi ini, dan berkarakter serta berperilaku sebagai anggota keluarga Allah satu terhadap yang lain.

Sabtu, 18 Maret 2017

Hati Yesus

Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran. -- Hosea 6:6
Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Dengan marah dan berdukacita karena kedegilan mereka Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia. -- Markus 3:1-6

Emosi Yesus adalah emosi dari seorang manusia sejati yang memiliki hubungan tak bercacat dengan Allah sehingga sempurna dan murni menceminkan sikap dan perasaan Allah sendiri juga. Apabila terhadap orang bermasalah yang datang kepada-Nya hati-Nya digerakkan oleh belas kasihan (1:41), kini terhadap orang Farisi yang mencari celah untuk menyalahkan Dia hati-Nya digerakkan oleh duka dan marah. Bukankah sepatutnya bagi para teolog terhormat itu untuk mendoakan orang sakit, atau bila tidak sanggup membawa penyembuhan paling tidak membawa orang sakit itu kepada Ia yang terbukti memiliki otoritas ilahi untuk penyembuhan? Tetapi mereka justru berharap Yesus menyembuhkan agar Ia dapat disalahkan melanggar Sabat. Dalam Injil-injil ada tiga kali penyembuhan Yesus lakukan pada hari Sabat. Itu membuktikan bahwa sungguh Ia Tuhan atas Sabat -- Tuhan pemberi sabat / perhentian / kemerdekaan / kelepasan dari berbagai perbudakan dan permasalahan yang mengerdilkan kehidupan manusia. Maka kini Ia yang mengambil prakarsa -- meminta orang yang lumpuh tangan sebelah itu berdiri di spot orang banyak, bertanya kepada orang Farisi apa yang boleh dibuat di hari Sabat. Diamnya mereka mungkin sekali menunjukkan rasa bersalah bercampur kesombongan dan keras hati. Itu sebabnya hati Yesus marah dan masygul. Lalu begitu si lumpuh menaati perintah Yesus untuk mengulurkan tangan yang tidak dapat digerakkan itu, ketika sabat diwujudkan Yesus atasnya, mereka malah bersekongkol untuk membunuh Yesus. Reaksi mereka tepat tersirat dalam pertanyaan Yesus: "Manakah yang diperbolehkan di hari Sabat -- menyelamatkan atau membunuh?" Betapa gelap hati mereka. Terus menerus membungkus hati jahat dengan topeng dan jubah keagamaan sampai kini sebegitu jahatnya berencana menyingkirkan sang Tuhan Sabat.

Lagu Doa: Ke dalam hati Yesus, ku masuk, masuki t'rus. Ku hendak tahu sebabnya, ku dikasihi-Nya... Ke dalam nikmat Yesus, ku masuk, masuki trus....
Ke dalam salib Yesus, ku masuk, masuki trus. Dari kebun sehingga ke Bukit Golgota...
Ke dalam suka Yesus, ku masuk, masuki trus...

Jumat, 17 Maret 2017

Tuhan atas Sabat

Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu--yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam--dan memberinya juga kepada pengikut-pengikut-Nya. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."  -- Markus 2:23-28

Dua konflik Tuhan Yesus dengan para pemuka keagamaan sebelum ini berkisar pada aturan yang ditradisikan untuk memantapkan "kekudusan" berdasarkan perbuatan sendiri. Konflik ketiga ini jauh lebih serius sebab Yesus menyatakan diri-Nya lebih tinggi dari aturan Sabat versi penjabaran orang Farisi atas hukum Sabat dari Allah. Mereka menganggap perbuatan para murid telah melanggar hukum Sabat, sebab dengan memetik gandum, dan pasti sebelum bisa dimakan perlu "digiling" dulu dengan telapak tangan, berarti mereka telah memanen dan menggiling gandum -- bekerja -- yang dilarang dalam hukum Sabat. Jawab Yesus menelanjangi parahnya penghayatan firman orang Farisi. Seumur hidup mereka berbangga sebagai penjaga kebenaran taurat tetapi ternyata mereka tidak sungguh menyimak beberapa hal: 1) kisah Daud dan para pengikutnya yang mengambil roti sajian bait Allah. Pengetahuan mereka akan firman tidak memadai atau pilih-pilih; 2) tujuan hukum Sabat adalah memelihara hidup dan bukan memberi aturan yang mencekik hidup. Mereka gagal membedakan huruf dari maksud; 3) bahwa nafas di dalam hukum Allah adalah hubungan kasih yang akrab dengan Allah dan dengan sesama, dan karenanya perbuatan kemurahan adalah pemenuhan hukum Allah bukan pelanggaran; 4) dan, ini bagian yang luar biasa penting: Yesus lebih dari Daud, Ia adalah Tuhan atas Sabat, artinya Ia sendiri pemberi hukum Sabat maka tidak mungkin Ia salah dalam mengizinkan murid-Nya memetik gandum untuk memperbarui hidup di hari Sabat.

TIPS: Yesus bukan mencari gara-gara tetapi dalam kasih Ia menggoncang rasa benar orang yang menutupi kemiskinan hati dengan bungkus berbagai aturan dan kebiasaan pembenaran diri sendiri. 

O Tuhan, kasihani kami yang miskin rohani dan penghayatan firman ini. Tolong kami untuk sungguh memper-Tuhankan Engkau dalam berbagai kebiasaan, tradisi, aturan dan penghayatan keagamaan kami, sehingga kami benar-benar berbuat yang harus dalam semangat anugerah. Demi Tuhan Sabat kami berdoa. Amin

Rabu, 15 Maret 2017

Daya Baru vs Habit Lama

Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: "Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula." -- Markus 2:18-22

Injil Markus unik dan sangat beda dibanding tiga injil lainnya. Dengan cepat dan memangkas berbagai peristiwa penyiap kehidupan Yesus, pasal 1 langsung mencatat permulaan pelayanan Yesus. Pasal 1 ini penuh dengan gegap gempita penyambutan banyak khalayak terhadap pewartaan apalagi sisi adikodrati pelayanan Yesus. Orang berbondong-bondong siap memasuki Kerajaan yang Ia tawarkan. Tetapi begitu masuk pasal 2, segera terasa suasana kritis, bahkan mempertanyakan -- hak-Nya mengampuni, kepantasan-Nya bersekutu dengan orang yang disingkirkan karena oleh mereka yang "suci" terhormat, dan kini protes itu datang dari orang banyak yang rupanya sudah mulai terjangkit "ragi" orang Farisi. Isunya di sekitar tradisi puasa -- murid Yohanes dan murid orang Farisi memelihara tradisi itu, murid Yesus tidak. Murid mengikut guru, bukan? Berarti guru-Nya perlu dipertanyakan. Kebiasaan baik, tradisi baik adalah hal penting, namun terlebih penting adalah menghayati tujuan dari tradisi tersebut. Jika orang terpaku pada tradisi tetapi melupakan maksudnya yaitu agar kita menyadari kebutuhan akan dan responsif kepada lawatan Tuhan, maka tradisi itu "menjadi pagar makan tanaman" atau lebih ngeri lagi kubur berkapur berisi tengkorak mati. Injil Kerajaan yang Yesus bawa diumpamakan sebagai anggur baru dan kain baru dengan daya amat dinamis dan hanya dapat / layak ditampung dalam kerangka dan konteks yang baru juga. Para murid-Nya sedang merayakan lawatan Allah dalam Yesus, maka bukan saatnya untuk berpuasa. Mereka adalah para pengiring sang mempelai -- jadi, yang memelihara tradisi tanpa penghayatan tidak termasuk dalam pesta nikah itu.  Ini sebuah peringatan keras: sebaik apa pun tradisi dan berbagai kebiasaan kita harus selalu diisi dengan daya pembaruan Injil Kerajaan. Kita tidak boleh berhenti hanya pada memerhatikan dan mempertahankan tradisi dan pengalaman tertentu, kita bahkan harus siap mengubah kebiasaan, tradisi, konteks kita -- seperti liturgi, istilah dan gaya dalam pewartaan kita, metode dan pelayanan kita, bagaimana kita berkomunikasi dengan pihak luar kalangan kita... -- demi supaya daya pembaruan dahsyat Injil Kerajaan tidak sampai harus "merobek" tradisi lama yang usang atau bahkan menolak tradisi mati.
TIPS: Sebagai pribadi, keluarga, gereja -- mari introspeksi adakah kebiasaan dan tradisi baik yang telah usang dan hampa daya pembaruan Injil Kerajaan yang harus kita izinkan diubah oleh firman dan Roh-Nya.
Doa & Syafaat: Untuk gereja-gereja tradisional dan gereja-gereja pembaruan agar sungguh setia kepada Alkitab dan seiring derap pembaruan Injil Kerajaan oleh Roh Kudus. 

Selasa, 14 Maret 2017

Sahabat orang Terbuang

Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." -- Markus 2:13-17

Sikap Yesus memanggil Matius (Lewi -- si pemungut cukai) menjadi murid dan kemudian makan di rumahnya dengan "banyak" pemungut cukai dan orang berdosa menganggu kesopanan dan menggoyahkan benteng rohani "kaum suci" ahli Taurat dan golongan Farisi. Bagaimana mungkin Ia pro kebaikan orang banyak bila menerima orang yang dianggap antek penjajah menjadi murid? Bagaimana mungkin Ia dianggap membawa kebenaran bila bersedia makan bersama, berakrab-ria, bersekutu dengan begitu banyak orang yang justru dianggap terbuang oleh para suci itu? Lalu mereka mempertanyakan kredibilitas Yesus kepada para murid-Nya. Mungkin, dengan tujuan agar para murid mulai meragukan guru mereka. Dengan pertanyaan itu mereka menempatkan diri sebagai orang baik, orang banyak itu sebagai orang tidak baik, mereka sendiri yang paling baik. Tetapi Yesus mendengar pertanyaan itu dan menjawab dengan mengubah gambaran dan posisi mereka. Semua orang dalam keadaan sakit tak terkecuali ahli Taurat dan orang Farisi, Yesus membawa penyembuhan rohani, sosial bahkan jasmani. Tetapi penyembuhan dari-Nya hanya efektif bila orang menyadari sakitnya dan bersedia menyambut panggilan-Nya.

TIPS: Sebagai orang yang mengalami penyembuhan dari Yesus sepatutnya kita bukan menyingkirkan orang yang butuh penyembuhan dari Dia tetapi mendekati dan menyaksikan kemurahan-Nya.

Tuhan kiranya Engkau yang mencari, memanggil, mengampuni, menyembuhkan, memulihkan boleh semakin kami alami dan semakin terpancar dalam hidup keseharian kami. Amin.

Sabtu, 11 Maret 2017

Surprise Injil

Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--:"Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat." -- Markus 2:6-12

Coba perhatikan beberapa catatan Markus tentang peristiwa ini: 1) Yesus menyapa si lumpuh dengan panggilan "anak-Ku."; 2) Yesus mendeklarasikan bahwa dosa si lumpuh "sudah diampuni[-Nya]; 3) Yesus mengetahui pikiran hujatan para doktor Taurat yang menuduh deklarasi Yesus itu adalah hujatan, kendati tuduhan itu tidak diucapkan; 4) Untuk Yesus ternyata hak-kuasa-Nya mengampuni dosa didukung oleh 'mudahnya" untuk Dia menyembuhkan si lumpuh; 5) kembali hanya dengan mengucap "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" -- benar-benar ucapan itu terjadi. Inilah bukti bahwa euangelion itu bukan lagi janji yang masih harus dinanti-nanti, tetapi sungguh sudah datang di hadapan penglihatan mereka dan tersedia bagi seluruh keberadaan mereka dulu... dan kita kini. 

TIPS: Bagaimana sikap dan tindakan kita akan kuasa Injil mengingat Yesus berhak mengampuni dosa, berkuasa menyembuhkan, sanggup melihat ke kedalaman batin kita, bersedia memperlakukan kita sebagai anak-Nya?

Doa & Syafaat: Kiranya seperti surprisenya si lumpuh mengalami kuasa Injil untuk berbagai aspek kebutuhannya, juga kita masa kini membawa aura ketakjuban akan kuasa Injil dalam kesaksian hidup kita.

Jumat, 10 Maret 2017

Iman "Gotong-Ulur"

Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya. -- Mazmur 133

Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" -- Markus 2:1-5

Orang itu lumpuh fisiknya -- syaraf, otot, kemungkinan juga tulangnya tidak berfungsi. Ini pasti penyakit berat dan tak berpengharapan. Mungkin ia kena stroke berat, atau berbagai penyakit yang menyerang sistem syaraf dan otot seperti MS, pokoknya berat. Bahkan lebih parah lagi ada masalah rohani yang mungkin menyebabkan kelumpuhan itu, yaitu dosa. Tetapi syukur bahwa berbagai pewartaan dan pelayanan yang Yesus buat di Kapernaum membuat iman bersemi dalam dirinya. Bahkan -- mungkin karena ada hubungan tanggungjawab kekerabatan (ingat kisah Boas, Rut, Naomi -- goel -- kerabat penebus) -- empat orang itu bertindak menopangnya dalam iman yang melahirkan kisah penyelamatan rohani-jasmani dramatis ini. Mereka menggotong dia,  mungkinsekaligus dengan tilamnya, dan untuk mengatasi kerumunan orang banyak yang menghalangi jalan masuk, mereka melubangi atap rumah (kemungkinan rumah Petrus) dan mengulurnya sampai ke hadapan Yesus. Yesus melihat iman mereka dan memberikan lebih dulu hal yang terpenting dan yang rupanya justru merupakan penyebab utama penyakit fisiknya itu: dosanya diampuni. Dari lima kali Markus mencatat tentang iman, ini yang pertama. Iman kita patut dikoreksi melalui kisah ini. Pertama, iman tidak menyingkirkan tindakan atau perbuatan atau pengorbanan, sebaliknya justru iman yang hidup menghasilkan hal-hal itu. Kedua, iman boleh tidak lengkap secara teori atau doktrin namun Tuhan tetap memberkati iman sekecil apa pun dan sesamar apa pun asalkan ditujukan kepada Dia. Ketiga, iman memang sikap pribadi dan tidak bisa dititipkan atau mengandalkan orang lain. Namun, di sini jelas bahwa dalam pertalian kekerabatan atau persahabatan yang benar boleh tumbuh iman "gotong-ulur" seperti contoh peristiwa ini. Markus mencatat bahwa karena melihat iman mereka -- bukan hanya iman individu si sakit -- maka Tuhan memberikan ampunan dan kemudian menyembuhkan. Ini menjelaskan nilai dari ibadah bersama, persekutuan doa, kelompok pembinaan, dlsb. Kiranya Tuhan menolong kita memiliki iman yang bertindak, iman yang sungguh ditujukan kepada Tuhan dan firman-Nya, iman yang dihidupi dalam persekutuan yang saling dukung secara sehat dan benar. 

Tuhan, tolong tumbuhkan dalam kami iman seperti yang terjadi dalam peristiwa ini. Amin.

Yang mana dari 3 ciri iman di atas yang mengoreksi iman kita? 

Kamis, 09 Maret 2017

Dukacita berganti Sukacita

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! -- Mazmur 42:12

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu. -- Yohanes 16:20-22
O Allah sumber segala penghiburan dan anugerah, kiranya Engkau dekat sekali kepada mereka yang mengalami berbagai penyakit dan penderitaan, berbagai pergumulan melawan kebiasaan buruk dan dosa yang membelenggu. Kiranya jiwa dan tubuh mereka dilimpahi dengan cahaya yang menembusi kegelapan terdalam kami. Karuniakanlah kehadiran-Mu yang menyembuhkan hari ini. Amin.
Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur! 

Rabu, 08 Maret 2017

Penyembuhan dan Pemulihan

"Inilah yang harus menjadi hukum tentang orang yang sakit kusta pada hari pentahirannya: ia harus dibawa kepada imam,... -- Imamat 14 (baca juga psl. 13). 
Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru. -- Markus 1:42-45

Dalam hukum taurat Musa Allah mengatur bagaimana memperlakukan orang yang menderita penyakit kusta. Dalam Imamat 13, definisi kusta itu sangat luas, yaitu segala jenis penyakit kulit yang dianggap bisa menular. Untuk mencegah terjadinya wabah, orang dengan gejala "kusta" itu harus ke luar dari perkemahan, dan menyebut dirinya "najis" tiap kali ia bertemu dengan orang sehat. Apabila proses kesembuhan terjadi, si mantan kusta perlu dinyatakan tahir oleh imam melalui pemberian korban pentahiran dan deklarasi ketahiranoleh imam. Tujuan proses pentahiran ini adalah membalikkan si kusta ke komunitas orang sehat. Dengan Yesus menyatakan bahwa Ia mau orang itu sembuh. lalu menyentuh dan memerintahkan kesembuhan, baru sebagian kesembuhan diterima orang itu. Ia masih harus menerima proses pentahiran dari imam supaya secara resmi lingkungan sosialnya lega untuk menerimanya kembali. Bukan tugasnya menyatakan dirinya tahir melalui bercerita tentang kesembuhan yang ia alami dari Yesus. Sayangnya perintah tegas Yesus ini tidak ia ikuti, akibatnya pemulihan sosialnya tidak sungguh ia alami. Dan lebih buruk lagi, "kesaksian"-nya itu menyebabkan gangguan pada kelancaran kemajuan Injil Kerajaan dalam pelayanan Yesus. 

TIPS: Sebagaimana ada banyak aspek akibat dosa demikian pun perlu banyak aspek keselamatan yang harus kita alami, dan yang perlu kita pastikan berproses juga dalam beragam pelayanan kita.

Doa & Syafaat: Tuhan Yesus, terima kasih Engkau datang untuk keselamatan sempurna kami. Mohon anugerah-Mu agar dalam perilaku kami dan pelayanan gerejawi kami, aspek pemulihan komunitas boleh kami perhatikan lebih sungguh. Amin.

Selasa, 07 Maret 2017

"Passion"

Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara -- Yesaya 61:1

Murid-murid-Nya berkata: "Semua orang mencari Engkau." Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan. Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. -- Markus 1:37-42

Kabar baik dan kuasa Kerajaan tidak hanya untuk orang-orang sekota Petrus. Kendati begitu banyak orang mencari Dia karena manifestasi penyembuhan dan pengusiran roh jahat yang telah Ia lakukan, Yesus memilih untuk melanjutkan pewartaan euangelion ke kota-kota berdekatan sebab "untuk itu Aku telah datang." Inilah passion atau hasrat atau gairah kuat yang memenuhi benak Yesus serta menjadi energi pendorong dahsyat untuk Ia melangkah maju seterusnya memenuhi keharusan Kerajaan. Inilah passion yang hanya Markus satu-satunya penulis Injil mencatat bahwa "hati-Nya tergerak oleh belas kasihan" ketika berhadapan dengan seorang kusta yang memohon ketahiran. Hanya satu kata yang diterjemahkan sebagai tergerak oleh belas kasihan" ini, yaitu sesuatu yang semacam sentakan kuat dalam hati Yesus. Maka di samping sentakan belas kasihan kepada si kusta, bisa juga itu adalah sentakan kemarahan Yesus kepada sakit yang dalam konteks taurat diartikan juga sebagai keterkutukan karena dosa. Inilah passion Yesus  yang semasa minggu-minggu sengsara kita renungkan dan coba hayati lebih dalam bagi kehidupan pemuridan kita. Passion-Nya untuk Kerajaan, passion-Nya untuk kelepasan dan kesembuhan kita, passion-Nya untuk kemajuan Injil -- adalah juga passion -- sengsara-Nya yang rela Ia tanggung. 

TIPS: Dalam terang sengsara Yesus, panggilan hidup kita hendaknya adalah mengikuti dorongan kuat Kerajaan, bukan memenuhi impian ambisius kedagingan kita.

Terima kasih o Tuhan Yesus atas passion-Mu untuk menyembuhkan, membebaskan, memuridkan, menjadikan kami bagian dari Kerajaan-Mu. Tolong kami Tuhan untuk mengalami perjumpaan lebih dalam dan menghayati makna passion-Mu lebih sepadan. Amin. 

Sabtu, 04 Maret 2017

Diamlah dan Ketahuilah

Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! -- Mazmur 46:11
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. -- Markus 6:31
Allah sumber kedamaian, dari waktu ke waktu ingatkan kami untuk berdiam diri agar kami dapat menyegarkan dan memperbarui kehidupan kami. Kiranya teladan Yesus ini menjadi pola untuk kami latih sepanjang hari-hari kesibukan kami -- untuk dalam keheningan mengasah kepekaan kami akan hadirat-Mu dan menantikan suara serta bimbingan-Mu, agar kami boleh membaktikan ulang diri kami untuk melayani-Mu dan anak-anak-Mu. Amin.
Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!

Doa Yesus

TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu. -- Mazmur 5:4

Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau." Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." -- Markus 1:35-38

Pengikut Kristus bukan saja percaya kepada karya-Nya, kita juga mengikuti model kehidupan dan ragam daya pelayanan-Nya. Dari ayat 21 kita melihat betapa menyita waktu, kasih dan energi pelayanan yang harus Yesus berikan. Sesudah siangnya berjalan menyusuri danau Galilea sampai di Kapernaum, lalu begitu hari Sabat mulai (ingat Kejadian, orang Ibrani menghitung hari mulai dari petang ke siang, bukan sebaliknya) berlangsunglah rangkaian penyataan kuasa Kerajaan oleh-Nya dalam khotbah, pengusiran roh jahat di sinagoge, penyembuhan ibu mertua Petrus yang selanjutnya diikuti oleh pelepasan dan penyembuhan semua orang yang bermasalah di kota itu yang berkumpul berkerumun di pintu rumah Petrus. Andai untuk tiap orang Ia memberi waktu untuk mendengarkan, menyentuh, bicara memberi petunjuk sekitar 6 menit, dan andai yang berkerumun itu sekitar 40 orang -- berarti total 4 jam sesudah rangkaian sebelumnya di sinagoge dan di rumah Petrus butuh 2 jam; Katakanlah total seluruhnya 6 jam dari jam 6 petang. Kemudian Ia tentu tidur sebentar sebab pagi-pagi benar saat masih gelap -- mungkin jam 3 - 4 pagi -- Ia sudah bertelut berdoa. Ini pasti disiplin hidup-Nya sebab para murid tahu kemana mencari Dia. Belajar apa kita dari arti doa bagi Yesus ini? Kira-kira apakah sifat doa-Nya itu? Mendengar suara Bapa yang menyatakan kasih-Nya kepada Yesus? Menyatakan kasih-Nya kepada Bapa dalam ketundukan kepada rencana pewujudan Kerajaan melalui cara Ia berkorban? Berdoa agar Ia konsisten dalam rencana Bapa? Mendoakan agar Ia membimbing para murid dengan tepat dan agar mereka bertumbuh dalam pengenalan akan jatidiri dan misi-Nya? Mendoakan orang yang Ia bebaskan dari roh jahat, ibu mertua Petrus, mereka yang sembuh. Berdoa untuk progres Kerajaan dalam pelayanan-Nya selanjutnya...?

TIPS Doa: Kiranya doa kita seintens, sehangat, seurgen, seluas, segairah doa Yesus.

Jumat, 03 Maret 2017

Pelepasan & Penyembuhan

Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang. -- Mazmur 91:4-6
Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.  -- Markus 1:29-34

Di rumah ibadat harusnya orang berjumpa Tuhan, tetapi ternyata justru ada orang kerasukan roh jahat di sana. Dan, ironisnya orang itu tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan, tidak menerima kelepasan dari Tuhan. Pada hari Sabat harusnya umat beristirahat menikmati istirahat sambil mensyukuri kuasa penciptaan, pemeliharaan dan pembebasan (Keluaran dari perbudakan di Mesir) oleh Allah. Tetapi kenyataannya ada banyak orang mengalami sakit-penyakit entah karena usia lanjut, masalah jasmani bahkan berbagai gangguan supernatural. Tentu seluruh perangkat keagamaan -- tradisi, liturgi, doa, khotbah, beragam kegiatan rohani -- penting, namun di dalamnya harus hadir hal yang ingin dimaknai melaluinya, yaitu pemerintahan Allah. Tanpa kehadiran-Nya semua yang baik itu bahkan akan menjadi beban dan belenggu tambahan. Syukurlah sang pewujud Kerajaan sudah datang, dengan ajaran-Nya, dengan klaim-Nya, dengan hardikan-Nya, dengan sentuhan-Nya, dengan berbagai gestur pembebasan lain Ia menyebabkan kabar baik Kerajaan berlaku bagi semua orang. Syaratnya, prakarsa-Nya kita sambut dengan sikap dan tindakan yang menyilakan Ia bertindak leluasa melayani kita.

Tuhan, terima kasih Engkau penuh rahmat sedia melawat dalam kegelapan hidup kami supaya kami boleh mengalami pelepasan dan penyembuhan serta membaktikan kehidupan kami untuk melayani-Mu dan sesama. Amin.