Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah. Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya, puncak gunung-gunungpun kepunyaan-Nya. Kepunyaan-Nya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darat, tangan-Nyalah yang membentuknya. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu... - Mazmur 95:1-8
Wajarnya manusia, mood atau keadaan membuat kita gembira, bersyukur, memuji Tuhan atau tidak. Tetapi penyembahan kepada Allah tidak boleh digantungkan pada mood atau keadaan luar kita, tetapi pada kenyataan diri, sifat., dan karya Allah semata. Worship adalah karena "worth"-ship-Nya. Coba saja kita bayangkan Allah seperti yang dipaparkan dalam Mazmur di atas sesudah bagian panggilan untuk menyembah Dia. Atau, coba bayangkan paparan Yesaya berikut ini: "Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca?" (Yesaya 40:12).
Kita menyembah Dia (bersyukur, bersuka akan Dia, menyembah Dia) sebab Allah yang dahsyat itu aalah pemilik, pemelihara, pembebas kita. Jadi, penyembahan bukan ungkapan dari mood tetapi dari keakraban relasi kita dengan Allah. Semakin kita dekat Dia, semakin kita kagum kepada-Nya; semakin kita kagum kepada-Nya semakin kita jatuh cinta kepada-Nya; semakin kita mencintai Dia sungguh-sungguh semakin kita ingin memberi yang paling layak dari diri kita serasi dengan kelayakan-Nya. Seberapa pun kecil, rendah dan down kita, tetap saja Ia patut kita tinggikan dan percayai penuh.
Maka mari kita tidak mengeraskan hati - artinya , menjalani jalan kita sendiri, meragukan-mencobai-tidak memercayai Dia. Mari kita tatap Dia, jatuh cinta pada-Nya, dengar sabda-Nya dan beranikan diri beri hati kita, cinta kita, sembah-syukur-sujud kita untuk-Nya saja, bukan untuk berhala-berhala dunia ini, bukan juga untuk allah-allah yang kita buat sendiri dalam angan-angan atau keinginan kita.