Sabtu, 29 Juli 2017

Suka dan Gentar

Diambilnyalah semuanya itu bagi TUHAN, dipotong dua, lalu diletakkannya bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua. Ketika burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya. Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan... Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu. Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram... -- Kejdian 15:10-18

Apabila firman dan petunjuk alami telah cukup membuat Abram menujukan imannya kepada Tuhan sang pemberi janji, mengapa Tuhan masih mengaruniakan lagi suatu tanda, upacara atau ritual pemenggalan binatang-binatang yang ditumpuk dua baris membentuk lorong yang kemudian Ia sendiri berjalan melaluinya? Apakah ritual ini semata untuk memenuhi kebutuhan Abram sebagai manusia yang tidak saja rasional namun juga emosional? Atau ada prinsip lain di dalam pemberian ritual ini?
Nas ini dibuka dengan Tuhan menguatkan Abram untuk tidak takut; sesudah pemberian korban itu Abram tertidur dan terjadi hal yang dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai "kegelapan dahsyat yang menggentarkan turun meliputinya." Emosi takut akan berbagai faktor manusiawi dalam diri Abram berganti dengan emosi-intuisi-imajinasi gentar yang dahsyat karena mengalami hadirat Tuhan, menyadari berbagai segi sifat Allah diungkapkan di dalam dan melalui ritual persembahan korban itu. Ketika takut akan Tuhan sungguh ada pada kita, semua takut lainnya dengan sendirinya menepi dan sirna!
Esok kita kembali akan beribadah, menjalani berbagai ritual yang tersusun dalam liturgi yang intinya mengakui kemuliaan Allah, mengakui keberdosaan dan ketidaklayakan kita, menerima sakramen ekaristi, membuka diri kepada penyingkapan diri dan rencana-Nya dari dalam isi firman tertulis, mengungkapkan doa-doa syafaat, mengikrarkan kembali intisari iman Kristen dan menyatakan syukur kita dalam bentuk persembahan nyata sebagian dari harta yang dari Dia juga asalnya,lalu diakhiri dengan pengutusan kita ke keseharian dalam lingkup berkat-Nya. Urutan liturgis ini mungkin bisa berbeda-beda dari denominasi ke denominasi, namun intinya kurang lebih sama. 
Berbagai ritus dalam ibadah bukan saja memenuhi kebutuhan kita sebagai makhluk dengan kapasitas rasio-emosi-intuisi-imajinasi-volusi, tetapi lebih dari itu harus sesuai dengan sifat Allah yang Ia nyatakan dalam Alkitab, harus mengokohkan kita makin dalam ke dalam karya-karya-Nya yang ya dan amin, dan harus dihayati dalam kehadiran diri kita penuh tanpa distraksi dalam kepenuhan suka dan gentar akan Tuhan.

Jumat, 28 Juli 2017

Korban -- Peneguh Perjanjian

sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri,  -- Kejadian 15:8-13 dst.

Sebelum nas ini kita dapatkan Allah menjadikan firman dan alam sebagai alat untuk meneguhkan hati Abram memercayai diri-Nya dan memiliki keyakinan teguh tentang janji-janji-Nya. Dalam lanjutan peristiwa itu kini Tuhan bahkan mencelikkan penglihatan rohani Abram ke apa yang akan terjadi dengan keturunannya beberapa generasi, beberapa ratus tahun ke depan. Yang paling penting dalam nas ini untuk Abram dan kita juga ialah bagaimana Tuhan Allah memberikan semacam meterai yang mensahkan dan meneguhkan ikatan perjanjian antara diri-Nya dan Abram. Yaitu, di dalam pemberian korban darah tiga dari lima macam binatang. Perjanjian darah adalah sejenis perjanjian paling serius dengan implikasi maut yang dikenal dalam kisah-kisah peradaban manusia. Orang-orang yang mengikat janji mengucurkan darah mereka, mengaduk-satukan sebagai tanda mereka menyatukan diri dalam perjanjian itu. Kini Tuhan memakai ritus yang mungkin sudah dikenal sejak zaman pra-Abram yaitu pemberian korban. Hanya sifat dan tujuan korban itu berubah total. Korban-korban sejak Abram seterusnya dalam PL dan puncaknya dalam korban kematian Yesus Kristus bukan upaya manusia untuk menyenangkan dan membujuk Allah agar berdamai dan memberkati, melainkan sebaliknya. Korban adalah pemberian Allah kepada manusia supaya melalui hal yang ditandai oleh korban itu boleh terbuka jalan untuk manusia bersekutu, bersahabat dengan Allah. Tiga binatang itu dipenggal menjadi dua dan dua jenis burung, ditumpukkan menjadi dua baris yang di antaranya terjadi lorong untuk dilalui. Semestinya kedua pihak yang membuat perjanjian berjalan di lorong di antara tumpukan penggalan badan binatang yang darahnya telah dicurahkan dan hidupnya telah dicabut, tetapi kini Abram hanya mencegah burung bangkai dari memakan tumpukan daging itu dan ia kemudian tertidur. Yang berjalan di sana adalah "gelap-terang" / perapian berasap dan suluh berapi yaitu gambaran kehadiran Tuhan Allah sendiri. Inilah sifat korban dalam Alkitab: perjanjian dua pihak yang intinya hanya sepihak yaitu Tuhan yang menginisiasi, menganugerahkan jalan untuk penggenapan perjanjian-Nya tanpa syarat kondisi apa pun pada pihak manusia. Apabila kita merentangkan gambaran korban ini jauh ke korban yang Yesus lakukan dengan memberikan hidup-Nya bagi kita domba-domba sesat, bukankah kita melihat ada sesuatu yang dipenggal-dipisah dalam Allah sejati-manusia sejati Yesus dalam kematian-Nya yaitu Ke-Allahan-Nya dari kemanusiaan-Nya sehingga itu bukan saja boleh menjadi meterai peneguh perjanjian yang baru bagi kita, tetapi sesungguhnya ini adalah sumber pemberi hidup dan pewujud hubungan kekal Allah dan manusia, manusia dan Allah!

Sepanjang proses peziarahan iman kita, ingatlah firman dan alam sebagai media penguat, dan utamanya berpusatlah pada salib-kebangkitan Yesus sebagai meterai, penggenap, wujud perjanjian kekal Allah untuk umat pilihan-Nya. Maka sepanjang keseharian dan kebergerejaan kita jadikanlah firman, alam dan tanda-tanda sakramental lain yang menunjuk pada salib-kebangkitan Yesus sebagai sumber penguat iman-harap-kasih kita seterusnya. Amin.

Rabu, 26 Juli 2017

Menjadi Sahabat Tuhan

Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.  -- Kejadian 15:6
Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.  -- Roma 4:19-22
"Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah." -- Yakobus 2:23

Dua puluh lima tahun telah lewat sejak Abram dipanggil meninggalkan tempat kediamannya sampai ke peristiwa yang dicatat di nas ini. Ini merupakan yang ke lima dari sembilan rangkaian penyataan Tuhan dan firman-Nya kepada Abram. Pasti ada hal penting dalam peristiwa ini, dan diperkaya oleh pemaknaan nas-nas PB kita boleh mengambil banyak pelajaran tentang berbagai aspek iman, pertumbuhannya dan damoaknya.
Dari tiga janji berkat Tuhan kepada Abram, yang paling sentral adalah janji beroleh keturunan. Justru janji ini yang semakin Abram menjalani panggilan Tuhan semakin tampak menjauh kemungkinannya untuk dapat digenapi. Berulang kali nuansa keraguan dan kecemasan tentang keturunan ini muncul di pasal ini. Dua puluh lima tahun penantian ini menjadi semacam pengujian yang meluruhkan semua dasar-dasar potensi manusiawi bagi penggenapan janji tersebut. Maka yang terjadi pada Abram adalah dari belajar memercayai janji Allah, berharap janji itu dapat digenapi melalui cara yang lebih masuk akal (mengadopsi hambanya Eliezer) sampai sepenuhnya hanya mengandalkan Tuhan sendiri -- kesungguhan janji-Nya, kesanggupan-Nya menggenapi janji itu, kesetiaan-Nya mengingat dan memenuhi janji-Nya -- Dan, ketika sampai di iman yang sepenuhnya mengandalkan sang pemberi panggilan dan janji, di sinilah ia diperhitungkan sebagai orang benar. Secara khusus surat Roma dan Galatia menyorot hal ini sebagai prinsip pembenaran dalam proses keselamatan yang dihasilkan oleh Tuhan Yesus untuk orang yang memercayai Dia. Sejauh ini kita melihat jatuh-bangun moral-spiritual Abram yang hanya menegaskan bahwa ia bukan orang benar, jauh dari sempurna. Tetapi karena imannya sungguh ditujukan kepada Tuhan maka itu menjadi dasar untuknya diperhitungkan oleh Tuhan sebagai kebenaran. Dan dari pembenaran ini boleh tumbuh persatuan iman lebih dalam yang menghasilkan beragam perubahan hidup dan pewujudan janji-janji Allah seterusnya. Sisi kelanjutan dari iman yang diperhitungkan benar ini yaitu pertumbuhan persahabatan antara Abram dan Allah ini yang dilihat oleh Yakobus. 
Iman dan pembenaran adalah bagian dari proses pertumbuhan persahabatan antara kita dan Allah; proses persahabatan ini mengandung aspek pemurnian sifat dan dasar iman kita, pengerahan percaya lebih dalam kepada Tuhan, dan pengenalan makin nyata dan intens akan diri Tuhan. Dalam bahasa soteriologis ini adalah pembenaran, pematian diri, pengambilan kuasa dan karya Tuhan, pengudusan dan pemuliaan seterusnya sampai ke konsumasi (penyempurnaan keselamatan kita kelak). Kiranya kita boleh menjalani proses persahabatan iman ini semakin riil.

Selasa, 25 Juli 2017

Firman dan Alam

TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Lagi firman TUHAN kepadanya: "Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu." -- Kejadian 15:5-7

Ketika dalam proses panjang mengikut Tuhan timbul kesadaran akan lemah dan lelahnya diri, harus bagaimanakah kita? Dari pengalaman Abram, bagaimana penguatan dan topangan dari Allah itu boleh kita alami? Firman Tuhan datang dalam suatu penglihatan, demikian catatan ay. 1. Dalam hikmat dan kedaulatan-Nya Allah tahu kapan dan bagaimana Ia akan meneguhkan hati orang yang dipimpin-Nya. Apabila dalam pimpinan sebelum ini dapat kita simpulkan bahwa Allah berfirman melalui kapasitas batiniah Abram, dalam nas ini Ia menyatakan firman-Nya kepada kapasitas pendengaran dan penglihatan Abram -- dalam suara dan penampakan. Sepanjang catatan Alkitab seterusnya kita masih kerap berjumpa dengan cara penyataan yang sama. Ini membuktikan bahwa kita bukan mengikuti patung berhala yang mati yang tidak dapat berbicara, bertindak, membimbing, menghibur dlsb. melainkan Allah yang hidup dan aktif bekerja mewujudkan kehendak dan rencana-Nya. Kita bersyukur bahwa catatan tentang sifat Allah, kehendak dan rencana Allah, kehendak moral dan spiritual Allah bagi kita, berbagai bentuk pengalaman nyata umat dengan Tuhan ada pada kita dalam kanon Alkitab yang boleh menjadi sumber untuk prinsip dan contoh bagi perjalanan iman kita kini. Pengalaman kita hidup dalam hadirat dan pimpinan Allah dan perjumpaan kita akan Allah dalam firman tertulis logisnya berjalan seiring dan serasi. 
Allah kemudian membawa Abram keluar dan memerintahkan dia untuk melihat ke langit. Di hadapan hamparan langit bertaburan benda-benda langit yang keseluruhannya infinit secara jumlah, ukuran, dinamika dan estetikanya -- Allah menyatakan kepada Abram bahwa akan seperti itu juga keturunannya kelak. Dalam nas sebelum ini Allah memakai pasir di tepi laut sebagai rujukan, kini Ia memakai benda-benda langit di angkasa -- kini kita sebut ini sebagai bagian dari penyataan umum, alam sebagai media Allah menyatakan kemuliaan dan penyelenggaraan-Nya kepada umat-Nya. 
Akibat dari dua perjumpaan ini -- firman dan alam, Abram percaya (Ibr.: aman) -- teguh atas dasar bukan saja janji Allah tetapi atas dasar Ia yang memberikan janji. Hal ini diperhitungkan Allah sebagai kebenaran.
Kita pun boleh mengalami penguatan iman secara kognitif, emotif dan volutif dengan bersandar penuh kepada Tuhan dan janji-janji-Nya dalam perjumpaan di dalam firman tertulis, di dalam pengalaman nyata yang sesuai Alkitab, dan di dalam penalaran akan penyataan umum alami Tuhan.

Sabtu, 22 Juli 2017

Perisai dan Pahala

Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar." Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu." Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku." Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu." -- Kejadian 15:1-4
Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. -- Efesus 6:13

Sesudah menang gemilang, berhasil menyangkal diri, dan diberkati oleh Melkisedek mengapa datang firman Tuhan agar Abram tidak takut? Kok bisa? Apa yang ia takuti? 
Dalam perjuangan orang bisa takut sebelum berjuang -- takut kalah, takut tidak bisa; atau orang bisa takut sesudah berhasil dalam perjuangan -- takut karena menyadari berbagai kerentanan diri dan sifat tidak mutlak dari keberhasilan yang telah dicapai. Yang terjadi pada Abram adalah takut sesudah menang. Ketakutannya ini sangat mungkin merupakan gabungan dari tiga unsur. Pertama, dalam keheningan kesendiriannya ia mungkin tiba-tiba menyadari betapa bahaya situasi dirinya, Ia hanya peternak pengembara bukan kepala pasukan perang. Ia belum memiliki teritorial wilayah tetapi baru menjelajah menjajagi wilayah yang akan Tuhan berikan kepadanya. Bagaimana bila lima kerajaan yang dikalahkannya menyusun kekuatan kembali dan menyerangnya balik? Kedua, penyangkalan dirinya untuk tidak mengambil pemberian dari raja Sodom bisa jadi dalam kilas pikirnya secara manusiawi terasa sebagai pengorbanan berlebihan dan kerugian. Bukankah ia memang telah berjasa melepaskan mereka. Andai ia menerima pemberian itu bukankah itu wajar saja, dan tidak perlu disamakan seakan ia menarik upeti yang justru memang harus dibayar rutin oleh raja-raja jajahan itu? Ketiga, untuk apa semua kemenangan dan berkat dan keberhasilan itu sementara ia tidak juga punya keturunan? 
Ke dalam berbagai kegelisahan yang ia alami ini -- datanglah firman Tuhan yang luar biasa ini "Janganlah takut" -- pertama dari rangkaian penguatan yang sama sekujur Alkitab yang kata peneliti statistik ayat Alkitab cukup untuk sepanjang hari-hari setahun kita -- 365 kali banyaknya. Yang lebih hebat lagi adalah ucapan Tuhan berikutnya: Akulah perisaimu, Akulah pahalamu... Jika Tuhan sendiri perisai atas ancaman bahaya dari luar dan dari dalam; Jika bukan sekadar akan memberikan berkat tetapi diri Tuhan sendiri merupakan pahala... mengapa perlu takut, rugi, gelisah? Kita perlu mengenakan selengkap senjata Allah bukan saja supaya dapat menang dalam peperangan iman, tetapi supaya tetap berdiri teguh sesudah berhasil di satu fase dan siap maju ke fase berikutnya. 

Jumat, 21 Juli 2017

Berkat Raja dan Imam

Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram, katanya: "Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu." Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya. -- Kejadian 14:18-20

Anugerah Tuhan terus bekerja dalam sejarah purba umat manusia. Kendati dosa telah merusak hubungan dan pengenalan manusia akan Tuhan, dalam catatan Kejadian sebelum ini berulang kali tampil dengan indahnya catatan tentang orang tertentu memanggil nama Tuhan, memberikan korban kepada-Nya. Dan, kini Melkisedek raja (Yeru-)Salem disebut sebagai imam Allah yang Mahatinggi (El Elyon). Melkisedek datang memberikan roti dan anggur kepada Abram, dan memberkati. Ia bertindak selaku raja dan imam, dan juga dari persepuluhan yang Abram berikan kepadanya menunjukkan kedudukan Melkisedek lebih tinggi dari Abram. 
Ada beberapa hal penting dari catatan tentang Melkisedek ini. Penyebutan imam muncul pertama kali, menyiratkan yang ditegaskan dalam Surat Ibrani bahwa ada keimamatan yang jauh lebih dulu ada sebelum keimamatan Harun/Lewi. Demikian juga pemberian persepuluhan untuk pertama kali disebutkan di sini, sebagai bentuk pengakuan Abram akan keimamatan Melkisedek. Berarti keimamatan Melkisedek -- seperti disimpulkan Ibrani -- jauh lebih unggul ketimbang keimamatan Harun/Lewi yang keturunan Abram. Juga pertama kali disebut Allah sebagai El Elyon, Pencipta langit dan bumi yang telah menjadi sumber kemenangan Abram, ini senada dengan Kejadian 1 dan 2. Maka kehadiran dan tindakan Melkisedek selaku raja dan imam memberikan anggur dan roti dan menyebutkan berkat bukan saja untuk menyegarkan tubuh Abram, melainkan juga untuk menegaskan perkenan Allah kepada Abram dan semua tindakannya dalam nas ini. 
Kita boleh mengantisipasi prinsip yang sama: bahwa, tiap kali kita selesai melakukan tindakan yang serasi dengan kehendak baik Tuhan, kita boleh dijumpai-Nya dengan semacam pesta rohani yang meneguhkan dan meluaskan rencana berkat-Nya bagi dan melalui kita. 

Kamis, 20 Juli 2017

Berkat: Diberkati-Memberkati

Ketika Abram mendengar, bahwa anak saudaranya tertawan, maka dikerahkannyalah orang-orangnya yang terlatih, yakni mereka yang lahir di rumahnya, tiga ratus delapan belas orang banyaknya, lalu mengejar musuh sampai ke Dan. Dan pada waktu malam berbagilah mereka, ia dan hamba-hambanya itu, untuk melawan musuh; mereka mengalahkan dan mengejar musuh sampai ke Hoba di sebelah utara Damsyik. Dibawanyalah kembali segala harta benda itu; juga Lot, anak saudaranya itu, serta harta bendanya dibawanya kembali, demikian juga perempuan-perempuan dan orang-orangnya. Setelah Abram kembali dari mengalahkan Kedorlaomer dan para raja yang bersama-sama dengan dia, maka keluarlah raja Sodom menyongsong dia ke lembah Syawe, yakni Lembah Raja. Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram, katanya: "Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu." Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya. Berkatalah raja Sodom itu kepada Abram: "Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambillah untukmu harta benda itu." Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: "Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasutpun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya. Kalau aku, jangan sekali-kali! Hanya apa yang telah dimakan oleh bujang-bujang ini dan juga bagian orang-orang yang pergi bersama-sama dengan aku, yakni Aner, Eskol dan Mamre, biarlah mereka itu mengambil bagiannya masing-masing."  -- Kejadian 14:14-24

Inilah teladan orang yang dipilih Tuhan untuk diberkati menjadi berkat! Ketika mendengar bahwa terjadi peperangan antara lima kerajaan yang tadinya menjajah lima kerajaan dimana Lot tinggal, Abram memutuskan untuk mengerahkan anak buahnya yang terlatih untuk mengalahkan musuh dan merampas kembali harta rampasan mereka. Sungguh keputusan yang luar biasa terpuji dan teramat berani. Sebenarnya Abram bisa saja "memberi pelajaran" kepada Lot yang telah memilih untuk tinggal di dekat Sodom. Lagi pula Abram hanya seorang peternak pengembara -- bagaimana mungkin ia sanggup melawan pasukan sekutu lima kerajaan yang sebelumnya sudah sanggup menjajah lima kerajaan sekutu Sodom selama 13 tahun? Terbukti sikap terpuji Abram yang mengingat Lot dan sikap beraninya melawan lima kerajaan itu berhasil gemilang. Sekelompok peternak pengembara berhasil mengalahkan pasukan sekutu lima kerajaan! Sikap berikut dari Abram sebagai orang yang diberkati ialah ia tidak mau mengambil hasil rampasan itu meski raja Sodom menawarkannya. Berkat untuk Abram bukan datang dengan cara memanfaatkan kesusahan orang lain. Juga bagaimana Abram bisa menjadi teladan untuk Lot yang telah kompromi tinggal di dekat Sodom jika Abram sendiri mau mengambil harta orang Sodom? 

Berkat datang dari Allah, melalui cara yang benar, diperlakukan sebagai saluran untuk memberkati semua orang yang di sekeliling kita! Wujud terdalam dari berkat adalah berbagi kebebasan dan hidup memuliakan Allah! 

Rabu, 19 Juli 2017

Iman itu Perjuangan!

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya. Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu." Sesudah itu Abram memindahkan kemahnya dan menetap di dekat pohon-pohon tarbantin di Mamre, dekat Hebron, lalu didirikannyalah mezbah di situ bagi TUHAN. -- Kejadian 13:14-18

Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. -- 2 Timotius 1:6

Ada konsep keliru tentang Tuhan dan cara kerja-Nya yang tidak menghasilkan pertumbuhan iman dan kehidupan pelayanan yang sehat. Sadar atau tidak sadar kita sering menjadikan Tuhan dan cara kerja-Nya sebagai "Lord of the gap" -- maksudnya, Tuhan kita jadikan penjelas untuk hal-hal yang tidak dapat kita jelaskan; Tuhan kita jadikan sumber terakhir yang menolong kita menambah atau melengkapi atau menyelesaikan ketika semua usaha sudah kita kerahkan namun belum tampak hasilnya. Slogan seperti ini lazim kita dengar: "ketika kita angkat tangan, Tuhan turun tangan"; atau bahkan "cukup diam berdoa menonton saja, Tuhan akan melakukannya bagi kita." Dari kisah Abram dan semua tokoh Alkitab termasuk Yesus dan para rasul kita harus menyimpulkan bahwa Tuhan bukan hanya berdaulat atas ruang kosong yang tidak sanggup kita kendalikan -- Ia adalah Tuhan atas segala sesuatu, cara kerja-Nya bukan sebagai tambahan dari yang kurang dalam usaha kita melainkan anugerah, kuat-kuasa, sumber daya-Nya berlangsung di dalam, bersama, menopang, menyanggupkan semua usaha kita baik yang sifatnya umum maupun yang sering digolongkan sebagai wilayah kegiatan rohani. Jadi adalah kurang tepat berdoa "tambahkanlah kecerdasan," sementara usaha dan kerajinan belajar tidak penuh. Tidak benar meminta urapan Roh dalam khotbah padahal persiapan untuk eksegesis, merenungkan bagaimana mengkonekkan khotbah itu kepada pendengar hanya ala kadarnya. Demikian juga pertumbuhan kapasitas karunia-karunia rohani kita lainnya akan seiring dengan kesungguhan kita mencoba, melatih, memercayai penyertaan-Nya -- dengan kata lain "mengobarkan" talenta dan karunia baik natural maupun supernatural yang kita perlukan dalam kehidupan dan pelayanan. Sebab, berbagai karunia rohani itu akan ditambahkan dan ditumbuhkan Tuhan kepada para pelayan-Nya yang setia mengembangkan diri dan talentanya. 

Angkat matamu, pandanglah, bangkit dan jalanilah -- inilah prinsip pertumbuhan daya terwujudnya berbagai rencana Allah yang imani.  

Selasa, 18 Juli 2017

Beriman itu Aktif!

Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya. Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmupun akan dapat dihitung juga. Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu." Sesudah itu Abram memindahkan kemahnya dan menetap di dekat pohon-pohon tarbantin di Mamre, dekat Hebron, lalu didirikannyalah mezbah di situ bagi TUHAN.  -- Kejadian 13:14-18


Sesudah Abram merendah-mengalah-menyilakan Lot mengambil bagian yang tampak paling menjanjikan, apa yang terjadi? Apakah Abram hanya mendapat sisa? Apakah ia kehilangan hak untuk beroleh tanah yang akan Tuhan brikan kepadanya? Sama sekali tidak! Kini bahkan janji tentang tanah di pasal 12 makin diperjelas oleh Allah di samping janji bahwa keturunannya akan menjadi seperti debu banyaknya. Dalam peneguhan janji ini, terkandung prinsip iman penting baik untuk Abram juga untuk kita masa kini. Allah bukan saja menyampaikan firman berisi janji, tetapi juga menyampaikan firman berisi perintah: "Pandanglah sekelilingmu (harfiah: Angkatlah matamu) dan lihatlah ke timur, barat, utara, selatan." Apabila Lot memandang dengan mata kedagingan, Abram diperintahkan Tuhan untuk memakai mata yang sama untuk melihat pemandangan iman, imajinasi iman, impian iman dalam bingkai rencana dan janji Allah. Seiring dengan penglihatan iman diperlukan juga penjelajahan iman: "Bersiaplah, jalanilah (harfiah: Bangkit, jalanilah) negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu." Tuhan pasti akan meneguhkan janji-janji-Nya, Ia pasti berniat memberi kepada Abram dan semua orang beriman apa yang memang ada dalam rencana kekal-Nya yang baik dan menyukakan dan bermakna, namun demikian Abram dan semua kita yang beriman harus aktif memandang dan menimbang dengan iman, mengambil langkah-langkah yang merupakan bagian integral dari memperoleh dan mengalami hal-hal yang Tuhan janjikan. 



Beriman bukan berarti menjadi pasif, sebaliknya beriman berarti melatih wawasan hidup, pertimbangan, keberanian dan tindakan nyata mewujudkan janji-janji dan prinsip-prinsip Kerajaan ke dalam berbagai aspek kehidupan -- pertumbuhan karakter, keluarga, studi, pekerjaan, pelayanan gerejawi, dlsb. 

Sabtu, 15 Juli 2017

Jangan Matre!

Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. --Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora. -- Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah. Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom. Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN.  -- Kejadian 13:10-13
Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? -- Matius 16:26

Semua syarat untuk sukses, hak untuk sukses menurut slogan-slogan para motivator duniawi masa kini ada pada Lot: ego yang kuat, 'assertiveness', perhitungan yang jeli, 'BQ' (business quotient) yang kuat dan serakah, lengkap ada padanya. Maka, begitu disilakan oleh Abram untuk memilih mana saja yang ia inginkan, Lot yang telah menjadi kaya karena mengikut Abram ini tanpa sungkan dan dengan tidak memiliki prinsip hidup yang lebih mendasar langsung memilih  tanah yang tampak subur, memiliki sumber daya air melimpah, dan merujuk selain ke taman Tuhan juga ke salah satu pusat budaya dunia waktu itu yaitu Mesir. Ia ingin mendapatkan surga dan dunia sekaligus -- tidak peduli bahwa pilihannya itu menyebabkan ia mengkompromikan nilai-nilai dan mendekat ke kota-kota yang sangat jahat dan berdosa terhadap Tuhan, Demi makin kaya, makin berkembang bisnis ternaknya, makin melimpah asetnya Lot mengorbankan prinsip "cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya" -- dengan akibat kelak ketika murka Tuhan membumi-hanguskan Sodom dan Gomora, seluruh pencapaiannya musnah begitu saja.

Pilihan Lot bukan pilihan orang beriman. Orang percaya melihat, menimbang, memutuskan, bertindak dengan iman bukan dengan kalkulator. Orang beriman menjadikan Tuhan dan kebenaran-Nya sebagai standar mutlak dan semua pertimbangan lain harus tunduk kepada standar ini.

Jumat, 14 Juli 2017

Manajemen Konflik

Juga Lot, yang ikut bersama-sama dengan Abram, mempunyai domba dan lembu dan kemah. Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama. Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan para gembala Lot. Waktu itu orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu. Maka berkatalah Abram kepada Lot: "Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri." -- Kejadian 13:5-9

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. -- Matius 5:9

Abram menunjukkan perubahan berarti dalam pertimbangan dan keputusannya. Andai ia masih memakai pertimbangan seperti ketika ia memutuskan untuk pergi ke Mesir, pertikaian tentang keterbatasan lahan untuk ternak peliharaannya dan Lot itu pasti diselesaikannya dengan cara lain. Dipandang dari sisi jasmani apalagi rohani Abram berhak menentukan dan memilih yang utama, Lot tidak. Sebab, Lot hanya keponakannya, yang bersama Abram karena ikut dan bukan karena menerima panggilan khusus Allah. Perhatikan bagaimana Abram menyelesaikan masalah ini. Pertama, ia yang lebih tua yang menerima pimpinan ilahi yang mengambil inisiatif mendatangi Lot dan mengusulkan jalan keluar. Orang yang lebih dewasa secara mental dan rohani seharusnya menjadi panutan tentang keputusan dan solusi yang benar. Kedua, ia lebih mementingkan relasinya sebagai paman dan ponakan ketimbang kepentingan bisnis dan miliknya. Apabila di Mesir ia lebih mementingkan makanan dan keselamatan diri sendiri ketimbang kehormatan istrinya, di sini ia menunjukkan perubahan signifikan. Ini salah satu tolok ukur dari orang sungguh memiliki relasi yang riil atau tidak dengan Tuhan: yaitu, menomorsatukan relasi kasih dengan Allah dan manusia serta menempatkan harta tidak dalam urutan prioritas. Sayangnya masa kini masih banyak orang percaya yang membendakan manusia dan memuja-muja harta! Ketiga, Abram bersedia melepas hak pilih padahal wajarnya ia sebagai paman, sebagai yang dipanggil Tuhan dan sebagai pihak yang mengajak Lot, yang berhak memilh lebih dulu. Kini, dalam percaya akan kedaulatan Tuhan ia mengalah. 

Tiga tanda pertumbuhan iman Abram: berinisiatif membawa damai, mementingkan relasi ketimbang harta, mengalah karena percaya akan kendali Tuhan atas segala sesuatu. Kiranya Tuhan menolong kita bertumbuh dalam tiga segi ini juga. Amin.

Kamis, 13 Juli 2017

Mengulang Kembali

Maka pergilah Abram dari Mesir ke Tanah Negeb dengan isterinya dan segala kepunyaannya, dan Lotpun bersama-sama dengan dia. Adapun Abram sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya. Ia berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, dari Tanah Negeb sampai dekat Betel, di mana kemahnya mula-mula berdiri, antara Betel dan Ai, ke tempat mezbah yang dibuatnya dahulu di sana; di situlah Abram memanggil nama TUHAN. -- Kejadian 13:1-4
Kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit -- Kolose 1:23

Meski firman Tuhan tidak menyatakan adanya teguran Tuhan terhadap tindakan Abram pergi ke Mesir yang kemudian diikuti dengan rangkaian peristiwa memalukan, jelas kisah itu memaparkan kegagalan Abram. Ia gagal memercayai pemeliharaan Tuhan, bertanya pimpinan Tuhan, dengar-dengaran kehendak-Nya, berlaku benar di hadapan manusia. Sesudah ditolak Firaun ke luar dari Mesir, apa yang Abram buat? Ia kembali ke Negeb, lalu ke Betel dan Ai tempat pertama ia mendirikan mezbah. Ia kembali ke jalur perjalanan pertama ketika ia memasuki Kanaan, persis dari titik awalnya. Ia kembali ke awal ketika ia memanggil nama Tuhan! Pelajaran tentang hidup, iman, kasih pada intinya sama dengan pelajaran tentang pokok-pokok pelajaran apa pun. Kebenaran seperti jejaring yang masing-masing simpulnya berkaitan satu sama lain. Apabila ada satu simpul yang rapuh atau yang tidak tuntas kita hidupi, itu bisa menyebabkan simpul-simpul lain yang dekat maupun jauh darinya menjadi rentan dan rapuh juga. Maka seperti halnya Abram, jika ada pelajaran hidup yang di dalamnya kita gagal -- entah itu soal mengandalkan Tuhan, kejujuran, kerendahhatian, kerelaan, penyembahan, dlsb. -- kita perlu ditolong Tuhan agar simpul rapuh itu sungguh dikuatkan. 

Selasa, 11 Juli 2017

Penjelajahan Iman

 Abram berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu. Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN. Sesudah itu Abram berangkat dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb. -- Kejadian 12:6-9

Iman, pengalaman iman, pencapaian iman -- tidak otomatis cepat dan kuat bagaikan kendaraan dengan rpm tinggi. Perlu pertumbuhan dalam ketaatan, keberanian untuk bertualang yang mempertajam insting tentang kehendak dan bimbingan Tuhan, imajinasi yang melampaui apa yang dilihat sedang berlaku. Itulah iman pada Abraham, demikian juga kita yang oleh karya Yesus disebut sebagai anak-anak Abraham karena mengikuti imannya. Ia harus taat meninggalkan kediamannya, harta miliknya dan keluarga asalnya -- berarti ia sedang mengikuti penciptaan suatu manusia baru yang disaring terus sejak dari Adam-Hawa, Set, Nuh, Sem, Terah dan kini dirinya. Oleh iman akan panggilan dan rencana ilahi ia pergi menjelajahi tanah Kanaan -- ternyata tanah itu telah lebih dulu dihuni oleh orang Kanaan (keturunan Ham). Bahkan sudah ada lingkungan hunian yaitu Sikhem, juga Betel dan Ai. Nama-nama ini kelak akan muncul lagi dalam kisah penaklukan Kanaan oleh bani Israel -- berarti Abram adalah pembuka jalan untuk yang kelak terealisir dalam bani para buyutnya. Di tengah penjelajahan iman itu TUHAN menampakkan diri dan berfirman bahwa negeri itu -- yang sudah dihuni bani lain itu -- adalah pemberian Dia yang empunya langit dan bumi -- kepada keturunan Abram. Merespons firman itu Abram mendirikan mezbah, yang juga didirikan lagi di antara Betel dan Ai. Inilah penjelajahan iman -- Allah menyatakan rencana dan bimbingan-Nya, Abram merespons dalam ucapan syukur, sembah dan klaim iman -- mezbah. Mezbah di sini menjadi berfungsi jamak -- penyembahan kepada Tuhan, pengingat tentang tahap-tahap kemajuan iman, dan klaim penaklukan oleh iman kendati kenyataan saat itu masih belum merupakan milik Abram.
 

Mezbah syukur bukan saja karena sesuatu yang sudah terjadi namun juga untuk sesuatu yang dalam terang penyataan ilahi yang kita imani pasti akan terjadi. Mari penjelajahan hidup iman kita dipandu oleh terang firman dan ditandai oleh tebaran 'mezbah' syukur-klaim iman. 

Sabtu, 08 Juli 2017

Barak -- Barakah

Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." -- Kejadian 12:2-3
Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.-- Mazmur 103:1-5
Berkati orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. -- Lukas 6:28

"Berkat" -- wow, siapa yang tidak ingin. Masa kIni, ini sudah menjadi kata sentral dalam kebanyakan khotbah, tujuan hidup Kristen, bahkan motif dalam menarik orang kepada Injil! Yang dimaksud, pasti Anda setuju -- tidak jauh-jauh dari: umur panjang, banyak rejeki jasmani, keluarga bahagia, sukses di segala bidang hidup dan kerja, di samping tentunya juga (supaya tidak terdengar duniawi) dalam kerohanian. Mengingat "berkat" dan "sukses duniawi" seringkali tumpang tindih, mari kita dalami apakah sesungguhnya berkat dalam ajaran Alkitab itu? Kata kerja memberkati adalah "barak" dan kata benda berkat adalah "barakah." Kata kerja barak atau memberkati bisa berlaku dari Tuhan kepada manusia dan dari manusia kepada Tuhan (yang dalam Alkitab Indonesia dimodifikasi menjadi "memuji"). Coba bayangkan ketika kita sujud sambil menengadah memuliakan (memberkati) Tuhan dan pada saat sama Tuhan merunduk dari ketinggian-Nya ke kerendahan kita memberkati (memuliakan) kita. Begitulah yang terjadi dengan berkat Tuhan kepada Abram ketika Ia memanggil dia untuk memiliki perjalanan hidup dan tujuan hidup dan kenyataan hidup yang dibimbing-Nya. Jika berkat hanya dipahami sebatas kesehatan, kekayaan, keberuntungan, keberhasilan -- pastinya di Haran Abram sudah mengalami itu. Tetapi berkat dalam hal memiliki hidup yang diubahkan Tuhan, dibimbing menuju kebermaknaan baru tentang hidup yaitu sesuatu yang mulia, yang memuliakan Tuhan bahkan sampai juga memuliakan sesama, memuliakan lingkungan manusia dan alam -- inilah berkat, barak, BARAKAH yang dimaksud sepanjang Alkitab dan diawali pertama dalam nas ini. Bayangkan wajah yang bercahaya para orang kudus karena terus menerus hidup dalam terang ilahi -- mau tidak mau cahaya wajah (berkat) itu memberkati (menerangi) orang-orang yang berjumpa/bergaul dengannya. 

Inilah proses berkat: Tuhan menumpangkan tangan-Nya memuliakan kita, kita sujud dalam segala yang kita alami dalam hidup sambil memuliakan (memberkati) Dia, dan mengalami hidup kita diubahkan, diarahkan, dikuatkan, dilengkapi, dimuliakan, dimaknai -- sampai memancar ke orang-orang ke sekeliling kita!


Jumat, 07 Juli 2017

Iman -- dari Narasi Lama ke Narasi Baru

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ. -- Kejadian 12;1-5
Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu, dan Sara yang melahirkan kamu; ketika Abraham seorang diri, Aku memanggil dia, lalu Aku memberkati dan memperbanyak dia. -- Yesaya 51:2
Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui...Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. -- Ibrani 11:8-10

Dengan nas ini kita memasuki perubahan besar menyangkut pewujudan rencana Allah mencipta suatu bangsa yang di dalamnya Ia boleh memberkati sekalian bangsa di bumi. Untuk itu Tuhan berfirman kepada Abram agar ia meninggalkan Haran dan pergi dengan mengandalkan bimbingan dan petunjuk-Nya. Sukarkah perintah ini? Apakah iman taat Abram sepenuhnya baru dan sama sekali tidak ada hubungan dengan bagian narasi sebelum dan sesudahnya? Jawabnya ya dan tidak! Sebagai generasi dari Sem anak Nuh, tentu kisah bagaimana Allah memberi perintah janggal dan muskil untuk Nuh membangun bahtera keselamatan dari air bah sampai juga kepada Terah dan Abram. Bahkan, tujuan ke Kanaan sudah dimulai dengan Terah dan keturunannya hanya sayangnya terhenti 2/3 jalan sampai di Haran. Sepertiga jalan lagi sebelum masuk ke Kanaan, inilah yang diperbarui oleh panggilan dan petunjuk Allah kepada Abram. Lagi pula kendati anak kalimat "ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadam" yang terkesan menjadi semacam perjalanan tanpa tujuan jelas, sebenarnya dimaksud untuk menekankan kepemimpinan Allah akan intens untuk Abraham dan kaumnya. Perjalanan iman dalam pimpinan Tuhan akan menjadi tidak tahu yang tahu, tahu yang tidak tahu. Jika Tuhan di perjalanan kita tidak tahu kita menjadi sangat tahu. Yang lebih dipentingkan Tuhan untuk Abraham adalah ia sungguh percaya bahwa dengan berjalan mengikuti pimpinan-Nya kelak ia akan dijadikan bangsa yang besar, akan diberkati supaya menjadi berkat, akan termasyhur. Dimana dan bagaimana itu akan terwujud bergantung pada proses ketaatan aktif mengikuti pimpinan dan petunjuk-Nya.

Beberapa pelajaran bagi kita. Pertama, sadari aktif bahwa kita meneruskan narasi dari para pendahulu iman sebelum kita, dan bahwa narasi kita kini kepada anak-cucu akan berpengaruh besar ke dalam narasi iman mereka sendiri juga. Kedua, kiranya Tuhan menyanggupkan kita untuk lebih mengutamakan relasi yang hidup dengan Tuhan ketimbang wujud kuantitatif "berkat-berkat" atau sukses yang ingin kita dapatkan. Yang benar bagi orang beriman bukanlah mengejar berkat tetapi mengupayakan relasi riil dengan Tuhan supaya rencana-rencana baik-Nya mewujud berbuah-buah melimpah di dalam dan melalui kehidupan kita dan keluarga. 

Kamis, 06 Juli 2017

Perlu Bimbingan Ilahi

Inilah keturunan Terah. Terah memperanakkan Abram, Nahor dan Haran, dan Haran memperanakkan Lot. Ketika Terah, ayahnya, masih hidup, matilah Haran di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim. Abram dan Nahor kedua-duanya kawin; nama isteri Abram ialah Sarai, dan nama isteri Nahor ialah Milka, anak Haran ayah Milka dan Yiska. Sarai itu mandul, tidak mempunyai anak. Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana. Umur Terah ada dua ratus lima tahun; lalu ia mati di Haran.  -- Kejadian 11:27-32
Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak kepadanya. -- Yosua 24:2-3

Terah adalah generasi ke delapan dalam garis keturunan Sem, sesudah Arphaksad, Selah, Eber, Peleg, Rehu, Serug, dan Nahor ayahnya. Cabang-cabang keturunan Nuh sesudah kekacauan Babel pasti telah bertambah banyak dan menyebar ke mana-mana. Sejauh ini beberapa kali kita berjumpa dengan penyataan bahwa manusia tertentu berjalan dengan Allah, menyembah Allah, memberi korban kepada Allah. Tetapi kita juga menyaksikan terjadinya berbagai kemerosotan seperti orang menjauhi Allah, memberikan peribadatan yang tidak berkenan, melakukan berbagai bentuk kejahatan, penegasan diri sendiri sampai kepada penyembahan berhala. Maka berbeda dari pandangan sosiologi tentang evolusi religius Kejadian memaparkan adanya dua kecenderungan berlawanan arah yang hadir dalam riwayat kemanusiaan -- kemajuan religi di samping kemerosotan religi. Maka apabila manusia ingin diluputkan dari kemerosotan menuju kehancuran perlu ada prakarsa ilahi yang menerangi, membimbing, memelihara, memanggil, memilih generasi demi generasi yang akhirnya menghadirkan keselamatan manusia. Kepergian dari Ur ke Kanaan ternyata bukan mulai dengan Abraham, melainkan dalam bimbingan dan gerakan secara umum telah dimulai dengan Terah. Tetapi Terah rupanya cukup puas dengan Haran dan tidak lanjut ke Kanaan, dan dalam 12:1 dst. akan kita lihat perlu panggilan dan pilihan khusus dari Allah kepada Abram untuk itu. Juga kita ketahui kendati Abram menikah dengan Sarai adik tirinya, ternyata Sarai mandul. Maka kembali perlu anugerah khusus Allah agar keluarga ini boleh berkembang menjadi pokok yang darinya keluar keselamatan. 

Tuhan Allah, Penyelamat mahakasih mahakuasa, kami memuji-Mu untuk kesabaran dan kesetiaan-Mu mengurus umat manusia. Tolong kami untuk memperbarui komitmen iman dan ketaatan kami dari waktu ke waktu agar kami selalu ada di jalan keselamatan dari-Mu. Amin.

Rabu, 05 Juli 2017

Peninggian Diri

Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat. Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi." Lalu turunlah TUHAN dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."  -- Kejadian 11:3-7
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. -- Wahyu 21:1-3


Babel adalah lambang kesombongan, keengganan memercayai janji Allah (kepada Nuh) dan pemberontakan. Selanjutnya Alkitab cenderung menilai kota-kota dunia secara negatif: tempat berlangsungnya berbagai kejahatan. Selain Babel. kita ingat misalnya Yerikho, Sodom-Gomora, NIniwe yang dalam keputusan ilahi harus dihancurkan. Bahkan Yerusalem yang artinya mungkin adalah kota (pemilik) damai, kota tempat Allah menghadirkan pemerintahan yang adil dan benar, telah menjadi kota dimana para utusan Allah dibunuh. Sepanjang sejarah dunia terlebih masa kini kota menjadi tujuan hidup kebanyakan orang. Kota menjanjikan kehidupan yang nyaman, ketersediaan banyak pekerjaan, pola hidup yang modern, dsb. Sehingga terjadilah urbanisasi besar-besaran ke kota-kota dunia yang sering menimbulkan masalah ekologi di samping moral. Kota dalam pesan apokaliptik kitab Wahyu memang menjadi tujuan akhir semua orang yang percaya dan taat kepada Tuhan Yesus. Kebalikan dari Babel yang ingin menjangkau surga dengan usaha sendiri, Yerusalem baru akan turun dari surga dan Allah akan berdiam bersama umat-Nya di Yerusalem baru itu, di bumi dan langit yang telah diperbarui. Sebagai orang yang memiliki harapan menghuni Yerusalem baru, hendaknya pola hidup kita di kota-kota dunia disesuaikan dengan kota suci, damai, mulia itu dan bukan dengan pola hidup kota dunia ini. 
Mari wujudkan kesucian, keramahan, keadilan, kepedulian, pemeliharaan alam dakam hidup keseharian kita.

Sabtu, 01 Juli 2017

Babel, atau Kalvari-Pentakosta?

Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana. Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat. Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi." Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu, dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing." Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.  -- Kejadian 11:1-9


Mengapa pendirian menara Babel dianggap salah dan berbahaya oleh Allah sampai Ia harus turun, menghentikan usaha itu, mengacaukan bahasa mereka dan menciptakan kebingungan komunikasi antara mereka? Karena tiga ungkapan mereka dalam upaya itu: "puncaknya sampai ke langit," "mencari nama" untuk diri sendiri," dan "jangan terserak ke seluruh bumi." Dari tiga ungkapan ini tersirat campuran motif-motif kesombongan, mendirikan sistem pengamanan sendiri (dari kekhawatiran akan terjadi lagi air bah -- yang berarti tidak memercayai janji Tuhan kepada Nuh), dan keengganan untuk menaati mandat dari Tuhan agar mereka berkembang mengelola bumi sebagai gambar Allah. Dengan kata lain potensi dalam kesatuan itu telah sedemikian dirusakkan oleh dosa dan mendorong penciptaan sistem politik, budaya, religi yang menentang Allah dan rencana-Nya. Dalam penialaian Tuhan kesatuan yang sesungguhnya indah dan berpotensi dahsyat ini menjadi suatu pemberontakan yang berbahaya. Tuhan lalu mengadakan mukjizat pengacauan bahasa. Bahasa bukan sekadar getaran lidah dan bibir dan pita suara di rongga mulut dalam pengkondisian iklim dan kebiasaan makan. Bahasa sesungguhnya adalah bagian integral dari mentalitas, pikiran, perasaan dan kemauan. Maka ketika Tuhan mengacaukan bahasa mereka sebenarnya Ia mengacaukan kesanggupan mental mereka untuk berkomunikasi yang berarti dan bermakna. Pemulihan kesatuan dan potensi manusia yang boleh kembali kepada kehendak-Nya hanya terjadi di dalam karya Salib Yesus dan pencurahan Roh ketika orang dari berbagai suku, bahasa dan budaya di penjuru bumi disanggupkan untuk menjadi satu kawanan Allah dan karena kesatuan kasih.semua yang berbeda mentalitas dimungkinkan untuk saling mengerti. 

Dalam pembangunan keluarga, kerja, masyarakat, gereja kita -- apakah kita mengupayakan pendirian Babel atau mengandalkan kuasa Kalvari dan Pentakosta?