Di meja kerja saya berdiri sebuah ukiran kayu kecil, karya seniman Tanzania tak dikenal. Itu menggambarkan seorang perempuan sedang berlutut. Yang menarik mata kita adalah wajahnya... yang seakan memancarkan rahasia besar yang memberinya sukacita mendalam. Rahasia itu jelas berkaitan dengan buku dengan salib yang ia pegang tinggi di atas kepalanya.
Dalam ukiran itu sang seniman ingin menangkap klimaks dari kisah yang sering diceritakan di Afrika Timur. Seorang perempuan sederhana selalu berkeliling membawa Alkitab tebal. Ia tidak pernah berpisah dari Alkitab itu. Segera para penghuni desa mulai mengejek dia: "Mengapa selalu Alkitab? 'Kan ada banyak sekali buku lain yang dapat kamu baca!" Namun demikian perempuan itu tetap saja hidup dengan Alkitabnya, tidak menjadi terganggu atau marah oleh semua ejekan itu. Akhirnya, suatu hari ia berlutut di tengah mereka yang menertawakannya. Sambil mengangkat tinggi Alkitab itu di atas kepalanya, ia berkata dengan senyum melebar: "Ya, memang ada banyak buku yang bisa saya baca. Tetapi hanya ada satu buku yang dapat membaca saya!"
Kisah ini adalah keseluruhan rahasia penelaahan Alkitab secara ringkas. Orang mulai dengan mendengarkan berita lama Alkitab, dengan menganalisis teks kuno tersebut, melalui membacanya -- entah secara naif atau kritis -- yaitu dokumen alkitabiah dari zaman purba. Mereka melakukan itu sebagai sesuatu yang menjemukan atau bersifat mengajar, yang orang Kristen harus lakukan atau sebagai sesuatu yang didorong oleh ketertarikan mereka secara historis, sastra atau teologis. Namun perubahan peran yang misterius bisa terjadi. Sementara mendengarkan, menganalisis dan membaca itu, para pelajar Alkitab berjumpa dengan realitas hidup yang mulai menantang mereka. Keluar dari berbagai kisah, teks dan dokumen Alkitab itu, satu Pribadi menjadi hidup: yaitu Allah Abraham, Ishak dan Yakub, dan bahkan lebih intim lagi Yesus dari Nazaret yang di dalam-Nya Allah Alkitab memilih untuk hadir di antara kita. Kehadiran ilahi ini mulai bertanya, menilai dan membimbing kita. Mungkin secara bertahap, mungkin tiba-tiba, buku yang menjadi objek pembacaan dan penelaahan kita itu menjadi subjek yang membaca kehidupan kita.
Tidak ada metode yang menjamin terjadinya perubahan peran misterius itu. Itu tidak datang dari kesanggupan akademis manusia atau pengajaran cerdas dan pengetahuan teknis. Itu adalah perubahan yang dikerjakan oleh kuasa Roh Kudus.
(Hans-Rudi Weber, Experiences with Bible Study. WCC, 1981, hlm. vii)