Sedang nyala api itu naik ke langit dari mezbah, maka naiklah Malaikat TUHAN dalam nyala api mezbah itu. Ketika Manoah dan isterinya melihat hal ini, sujudlah mereka dengan mukanya sampai ke tanah.
Manoah tipe pria yang rewel, sombong, sangat religius dan teliti. Istrinya menceritakan yang terjadi, tetapi ia merasa perlu memeriksa sendiri. Mungkin ia menyesali “manusia Allah” datang kepada istrinya dan bukan kepadanya. Pokoknya, ia meminta agar Allah mengutus lagi manusia Allah itu kepada mereka. Doanya dijawab, tetapi lagi-lagi utusan Allah itu menemui istrinya dulu! Istrinya memanggilnya dan ia datang lalu berkata, “engkaukah yang telah berbicara kepada perempuan ini?” (11). (Bukan “istriku” tetapi “perempuan ini” – perhatikan nuansa itu!) ketika malaikat Tuhan mengiakan, dengan kesopanan timur ia lanjut, “apabila terjadi yang Kaukatakan itu, bagaimanakah nanti cara hidup anak itu dan tingkah lakunya?" (12). Utusah ilahi itu (sebab malaikat Tuhan itu sesungguhnya adalah suatu teofani) menjawab: Apa yang kukatakan ini kepadamu, sesungguhnya telah kukatakan lebih dulu kepada istrimu; mengapa kamu ingin aku mengatakannya kembali?
Percakapan itu berlanjut dan kemudian Manoah, atas usul utusan itu, memberikan kurban bakaran untuk Tuhan. Ketika api dan bersamanya pelawat ilahi itu naik ke surga, Manoah menyadari bahwa ia telah berjumpa langsung dengan Allah sendiri dan itu membuatnya panik. Sekali lagi istrinya bicara tepat!
Jika Anda pria yang telah menikah, bolehkah saya bertanya apakah Anda sedia mendengar nasihat istri Anda? Jika tidak, Anda sungguh bodoh!
Apakah aku bersedia belajar dari siapa saja yang dapat menolongku mengenal diri atau Allah lebih baik? Hati-hati dengan anggapan, “Tidak ada yang dapat ia ajarkan kepadaku.”
Tuhan, tolongku rendah hati untuk belajar dari orang lain. Ampuni sikapku merasa diri lebih dari…
Dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I Packer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar