Pertanyaan inti untuk mempelajari Yesus adalah: dapatkah kita memercayai injil-injil? Yang saya maksud ialah kitab-kitab yang dikenal dengan nama Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, yang terdapat dalam ‘kanon’ Perjanjian Baru, yaitu koleksi buku-buku yang oleh gereja sejak awal, dikenali sebagai autentik dan otoritatif (itu sebab timbul ungkapan, ‘injil-injil kanonik’). Baru-baru ini terjadi banjir buku-buku, baik akademis maupun populer, yang mendorong kita untuk berpikir bahwa keempat injil hanya empat dari lusinan karya serupa lain yang ada di sekitar gereja perdana, dan bahwa keempat injil ini akhirnya diistimewakan, sedangkan yang lain disingkirkan, disembunyikan atau bahkan dilarang. Kadang-kadang disarankan, bahwa alasan utama menerima keempat injil ialah bahwa keempat injil tersebut mendukung suatu pandangan Yesus yang menguntungkan para pemimpin yang sedang berkuasa pada abad keempat, ketika Kekristenan menjadi agama resmi Kerajaan Romawi.
Apa ini berarti kita harus merobek semua gambaran tentang Yesus yang didasari atas injil-injil kanonik dan memulai dari awal? Tidak. Memang telah berhasil ditemukan berbagai jenis dokumen lain, termasuk kumpulan naskah yang ditemukan di Nag Hammadi di Mesir Utara tahun 1945, dan sebagiannya memberi kita kilas menarik tentang apa yang orang katakan tentang Yesus pada zaman ketika naskah itu ditulis. (Sambil lalu, Naskah Laut Mati yang ditemukan tidak lama sesudah dokumen Nag Hammadi, sama sekali tidak bicara apa-apa tentang Yesus atau orang Kristen awal, meskipun sebaliknya banyak pernyataan-pernyataan minim informasi yang dibuat di sekitar itu.) Tetapi, sebenarnya tidak satu pun dari naskah-naskah itu yang sanggup mengalahkan kitab-kitab injil yang kita miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar