Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya. - Mazmu 116:2
Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas... Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: : "Rabi, makanlah." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." - Yohanes 4:6, 31, 32.
Menunda gratifkasi sama dengan memilih untuk berkorban. Itulah yang Yesus hidupi sepanjang kehidupan-Nya di bumi ini, dan sangat nyata dalam peristiwa Ia melalui Samaria dan melayani seorang perempuan tercela di sana.
Pertama, dengan memilih jalan melalui Samaria dan bukan menghindari, Yesus mengorbankan kenyamanan religius dan sosial. Sebab, bukan seperti semua orang Yahudi yang menjauhkan orang Samaria yang mereka anggap setengah kafir, Ia justru memilih "harus" melaluii Samaria. Kedua, dengan menyapa perempuan Samaria itu, Yesus mengorbankan kebutuhan-Nya untuk istirahat. Bercakap dengan perempuan itu malah melibatkan Yesus dalam peresikoan reputasi diri-Nya sebagai seorang rabbi terhormat. Bahkan, memaksa Ia untuk sabar meladeni pertanyaan perempuan itu yang notabene adalah pesembunyian diri dari aib moralnya. Ketiga, percakapan itu berakibat pada pelayanan lebih luas lagi karena orang sekampung berdatangan dan Yesus harus kembali menunda kesempatan menyantap makanan. Semua pengorbanan berbagai gratifikasi kecil ini Ia lakukan demi Gratifikasi Mulia Kekal yang Ia utamakan: menjangkau, memulihkan, memberkati kehidupan manusia-manusia, dalam kasus ini perempuan Samaria bercela itu dan seisi kampungnya.
Tanpa Salib, tiada Kubur Kosong, tiada Mahkota (segala Kuasa di langit dan di bumi). Mari kita yang sudah menikmati hasil Pengorbanan Diri Yesus ini, menjadikan Ia sebagai Teladan dan Prinsip hidup kita.
Ya Tuhan yang telah berkorban bagi kami, Beranikan kami untuk menyambut ajakan-Mu untuk ikut memikul salib kami dan menghidupi jalan hidup-Mu. Tolong kami untuk berani merelakan berbagai kenyamanan kami demi meluaskan kerajaan-Mu di bumi ini. Amin.
Penerbit Waskita
Tentang Penerbit Waskita
Penerbit Waskita mulai beroperasi sejak bulan Mei tahun 2010. Istilah Waskita yang berarti jeli, cerdas, diambil sebagai nama penerbit ini dengan harapan bahwa kami sungguh menghasilkan produk-produk yang mengandung sifat ketajaman kebenaran tentang Kerajaan Allah. Didirikan dengan visi / misi yang sama dengan motto kami: Menghasilkan MEDIA SARAT NILAI KERAJAAN. Waskita Publishing bersifat tidak saja antar / lintas tetapi bermaksud menjadi perjumpaan berbagai denominasi, tradisi di dalam kalangan Kekristenan sehingga Kerajaan Allah boleh termanifestasi ke dalam dan keluar. Logo Waskita Publishing: tangan-tangan yang mewakili pribadi, persekutuan, lembaga, gereja, denominasi merupakan instrumen Kerajaan Allah untuk menerima dan memancarkan berkat dan nilai Kerajaan ke sekitar.
Rabu, 21 Mei 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar