Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: "Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya." Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: "Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan: Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu." Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya. Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: "Kami datang untuk menjadi budakmu." Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. Adapun Yusuf, ia tetap tinggal di Mesir beserta kaum keluarganya; dan Yusuf hidup seratus sepuluh tahun. Jadi Yusuf sempat melihat anak cucu Efraim sampai keturunan yang ketiga; juga anak-anak Makhir, anak Manasye, lahir di pangkuan Yusuf. Berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya: "Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub." Lalu Yusuf menyuruh anak-anak Israel bersumpah, katanya: "Tentu Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini." Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir. -- Kejadian 50:15-27
Bagaimana kita dapat memiliki hidup yang terus menerus dan konsisten menjadi berkat bagi keluarga dan sesama kita? Prinsip apa saja harus kita hidupi?
Sesudah kematian Yakub para saudara Yusuf menjadi takut. Mereka khawatir bahwa pengampunan Yusuf hanya berlaku semasa ayah mereka masih hidup. Mereka masih takut bahwa Yusuf mendendam dan kini tiba saat pembalasan. Maka mereka mengutus orang menyatakan bahwa Yakub pernah berpesan agar Yusuf mengampuni mereka (17). Dalam narasi sebelum ini kita tidak pernah menemukan adanya pesan demikian dari Yakub. Sebenarnya bukan hanya Yusuf, tetapi Yakub pun seharusnya sangat marah kepada kejahatan mereka, namun bahwa dalam berkat profetisnya ia tidak pernah mengaitkan dengan perbuatan jahat itu, jelas Yakub sudah mengampuni. Kita tidak tahu apakah ada pesan demikian atau tidak, tetapi kini Yusuf diperhadapkan pada fakta dahsyatnya akibat dosa pada mereka yang berdosa.
Untuk ketujuh kalinya Yusuf menangis – tangis kasih sempurna. Yusuf lalu menyuarakan pengampunan ilahi kepada para saudaranya. O betapa mulia hati Yusuf, dan betapa ajaib kasih ilahi dalam dirinya. “Janganlah takut, aku inikah pengganti Allah?” (19). Inilah prinsip yang membuat Yusuf telah rajin, hidup benar, tidak membalas jahat dengan jahat, menanti sabar waktu Allah, tidak berani berbuat dosa, dan mengampuni, mengampuni, mengampuni konsisten! Karena ia bukan Allah, melainkan ia tunduk kepada kehendak Allah. Peneguhan kedua ialah pengakuan iman menakjubkan: “kamu mereka-rekakan kejahatan, tetapi Allah mereka-rekakan kebaikan” (20). Inilah pengakuan iman yang tidak mungkin dapat kita jelaskan dan selami kedalamannya. Kedaulatan dan anugerah Allah, kuasa dan rahmat-Nya bekerja bersama-sama mendatangkan kebaikan dan mewujudkan rancangan indah-Nya bahkan melalui hal yang dimaksudkan jahat oleh manusia, Hal teramat dalam ini bukan semata konsumsi otak untuk Yusuf tetapi berdampak pada konsistennya ia mengampuni dan memberkati!
Yusuf tak termasuk bapak leluhur, namun kehidupannya bahkan lebih luhur dari mereka semua. Ia mencerminkan hidup, mati, kasih, pengorbanan, penyelamatan Tuhan kita Yesus Kristus. Kiranya Roh Allah memakai teladan ini memberdayakan kita konsisten mencerminkan Kristus sampai akhir hayat kita!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar