Setiap lembah akan ditinggikan, dan setiap gunung dan bukit akan direndahkan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran (Yesaya 40:4 terj. harfiah).
Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu." Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan. -- Markus 1;4-5
Paparan geografis ini sangat menakutkan; ketika lembah naik dengan sendirinya, dan bukit serta gunung direndahkan -- itu adalah peristiwa alam yang dahsyat mengerikan. Salah satu sebab mengapa umat dibuang Allah adalah tempat-tempat tinggi penyembahan kesuburan, kemakmuran, percabulan, yang lazim berjalan seiring dengan penindasan kepada kaum papa, janda, yatim. Allah yang menyerukan agar jalan diratakan untuk Ia melawat-memulihkan umat adalah Allah Penyetara. Seruan-Nya bukan sekadar imbauan tak berdaya, melainkan gairah ilahi yang pasti akan dilakukan-Nya. Itu sudah terbukti dalam begitu banyak peristiwa alam, politis, ekonomi sepanjang sejarah dunia ini. Allah tidak bisa mentolerir penyembahan kekayaan/kemiskinan, kekuasaan/ketidakberdayaan, kesehatan/kesakitan. Kedua jenis dosa ini membuat karunia-karunia Allah menjadi mubasir! Maka ketimbang Allah mengirimkan bencana yang memaksa kita untuk keluar dari kerendahan semu dan ketinggian palsu itu, marilah kita mawas diri. Yang merasa rendah, berkanjang dalam keputusasaan, rasa sayang diri, hanya sanggup berkeluh kesah, bangkitlah! Sambutlah anugerah-Nya yang menguatkan, mengubahkan, yang menjadikan yang bukan siapa-siapa menjadi bernilai dan sanggup berkontribusi. Yang terlena dalam kepuasan dan keamanan palsu dari harta, kejayaan fisik, kuasa ekonomi, kuasa politis, turunlah, bertobatlah, bertindaklah seperti Zakheus. Apabila tindakan penyetaraan Allah itu kita operasikan dalam kehidupan kita, maka kita tidak lagi tanah kerendahan atau tanah ketinggian yang tak berguna, melainkan menjadi sesama bagi sesama kita, bahkan rekan sekerja bagi lawatan Allah sang Penyetara. yang sedang mewujudkan Tatanan Dunia Baru di bumi tua ini
Paparan geografis ini sangat menakutkan; ketika lembah naik dengan sendirinya, dan bukit serta gunung direndahkan -- itu adalah peristiwa alam yang dahsyat mengerikan. Salah satu sebab mengapa umat dibuang Allah adalah tempat-tempat tinggi penyembahan kesuburan, kemakmuran, percabulan, yang lazim berjalan seiring dengan penindasan kepada kaum papa, janda, yatim. Allah yang menyerukan agar jalan diratakan untuk Ia melawat-memulihkan umat adalah Allah Penyetara. Seruan-Nya bukan sekadar imbauan tak berdaya, melainkan gairah ilahi yang pasti akan dilakukan-Nya. Itu sudah terbukti dalam begitu banyak peristiwa alam, politis, ekonomi sepanjang sejarah dunia ini. Allah tidak bisa mentolerir penyembahan kekayaan/kemiskinan, kekuasaan/ketidakberdayaan, kesehatan/kesakitan. Kedua jenis dosa ini membuat karunia-karunia Allah menjadi mubasir! Maka ketimbang Allah mengirimkan bencana yang memaksa kita untuk keluar dari kerendahan semu dan ketinggian palsu itu, marilah kita mawas diri. Yang merasa rendah, berkanjang dalam keputusasaan, rasa sayang diri, hanya sanggup berkeluh kesah, bangkitlah! Sambutlah anugerah-Nya yang menguatkan, mengubahkan, yang menjadikan yang bukan siapa-siapa menjadi bernilai dan sanggup berkontribusi. Yang terlena dalam kepuasan dan keamanan palsu dari harta, kejayaan fisik, kuasa ekonomi, kuasa politis, turunlah, bertobatlah, bertindaklah seperti Zakheus. Apabila tindakan penyetaraan Allah itu kita operasikan dalam kehidupan kita, maka kita tidak lagi tanah kerendahan atau tanah ketinggian yang tak berguna, melainkan menjadi sesama bagi sesama kita, bahkan rekan sekerja bagi lawatan Allah sang Penyetara. yang sedang mewujudkan Tatanan Dunia Baru di bumi tua ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar