Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. -- Wahyu 22:2
Wujud dari hakikat manusia sebagai gambar-rupa Allah bukan hanya pada kesanggupan mengelola dan memelihara ciptaan, pada kecerdasan menamai binatang, atau bahkan pada sifat komunal antar manusia. Akar dari semua kesanggupan itu adalah sifat dan potensi moral-spiritual manusia untuk menimbang dan memilih antara hidup dan mati sebagai wujud dari memercayai Allah, menaati perintah-Nya dan sungguh mengasihi Dia. Allah mencipta dua pohon itu: pohon hayat dan pohon pengetahuan baik dan jahat, selain untuk memberi kesempatan agar manusia memakai sifat dan potensi moral-spiritualnya, juga utamanya bertujuan supaya manusia sungguh memiliki hidup. Sayang dalam kisah selanjutnya di pasal 3 Hawa dan Adam serta kita semua di dalamnya telah memilih hal yang berkonsekuensi maut. Syukur atas kasih-setia dan hikmat kekal Allah bahwa kisah manusia tidak berhenti di situ. Di ujung kelak dari kisah manusia ada bumi dan langit baru dan di sana hanya ada pohon kehidupan dan kesembuhan tanpa ada lagi pohon yang berakibat maut itu. Di antara awal dan akhir itu ada satu pohon yang telah dipakai untuk mengambil konsekuensi maut kita dan menggantinya dengan hidup Dia, Yesus sang Manusia-Allah sejati. Marilah dalam tiap saat kehidupan kita di sini kita terus menerus bertumpu pada salib-Nya agar pada akhirnya kita sampai di pohon hayat dan sungguh berbagian dalam hidup kekal Allah.
Tuhan sumber hidup, terima kasih Engkau telah menyingkirkan konsekuensi dosa melalui jalan salib-Mu. Tolong kami oleh kuasa Roh-Mu untuk memilih hidup dan menolak maut dalam setiap ungkapan sikap dan tindakan konkret keseharian kami. Demi Yesus pohon hayat kami. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar