Ketika Esau telah berumur empat puluh tahun, ia mengambil Yudit, anak Beeri orang Het, dan Basmat, anak Elon orang Het, menjadi isterinya. Kedua perempuan itu menimbulkan kepedihan hati bagi Ishak dan bagi Ribka. Ketika Ishak sudah tua, dan matanya telah kabur, sehingga ia tidak dapat melihat lagi, dipanggilnyalah Esau, anak sulungnya, serta berkata kepadanya: "Anakku." Sahut Esau: "Ya, bapa." Berkatalah Ishak: "Lihat, aku sudah tua, aku tidak tahu bila hari kematianku. Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati." Tetapi Ribka mendengarkannya, ketika Ishak berkata kepada Esau, anaknya. Setelah Esau pergi ke padang memburu seekor binatang untuk dibawanya kepada ayahnya, berkatalah Ribka kepada Yakub, anaknya: "Telah kudengar ayahmu berkata kepada Esau, kakakmu: Bawalah bagiku seekor binatang buruan dan olahlah bagiku makanan yang enak, supaya kumakan, dan supaya aku memberkati engkau di hadapan TUHAN, sebelum aku mati. Maka sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku seperti yang kuperintahkan kepadamu. Pergilah ke tempat kambing domba kita, ambillah dari sana dua anak kambing yang baik, maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak bagi ayahmu, seperti yang digemarinya. Bawalah itu kepada ayahmu, supaya dimakannya, agar dia memberkati engkau, sebelum ia mati." Lalu kata Yakub kepada Ribka, ibunya: "Tetapi Esau, kakakku, adalah seorang yang berbulu badannya, sedang aku ini kulitku licin. Mungkin ayahku akan meraba aku; maka nanti ia akan menyangka bahwa aku mau memperolok-olokkan dia; dengan demikian aku akan mendatangkan kutuk atas diriku dan bukan berkat." Tetapi ibunya berkata kepadanya: "Akulah yang menanggung kutuk itu, anakku; dengarkan saja perkataanku, pergilah ambil kambing-kambing itu." Lalu ia pergi mengambil kambing-kambing itu dan membawanya kepada ibunya; sesudah itu ibunya mengolah makanan yang enak, seperti yang digemari ayahnya. Kemudian Ribka mengambil pakaian yang indah kepunyaan Esau, anak sulungnya, pakaian yang disimpannya di rumah, lalu disuruhnyalah dikenakan oleh Yakub, anak bungsunya. Dan kulit anak kambing itu dipalutkannya pada kedua tangan Yakub dan pada lehernya yang licin itu. Lalu ia memberikan makanan yang enak dan roti yang telah diolahnya itu kepada Yakub, anaknya. Demikianlah Yakub masuk ke tempat ayahnya serta berkata: "Bapa!" Sahut ayahnya: "Ya, anakku; siapakah engkau?" Kata Yakub kepada ayahnya: "Akulah Esau, anak sulungmu. Telah kulakukan, seperti yang bapa katakan kepadaku. Bangunlah, duduklah dan makanlah daging buruan masakanku ini, agar bapa memberkati aku." Lalu Ishak berkata kepada anaknya itu: "Lekas juga engkau mendapatnya, anakku!" Jawabnya: "Karena TUHAN, Allahmu, membuat aku mencapai tujuanku." Lalu kata Ishak kepada Yakub: "Datanglah mendekat, anakku, supaya aku meraba engkau, apakah engkau ini anakku Esau atau bukan." Maka Yakub mendekati Ishak, ayahnya, dan ayahnya itu merabanya serta berkata: "Kalau suara, suara Yakub; kalau tangan, tangan Esau." Jadi Ishak tidak mengenal dia, karena tangannya berbulu seperti tangan Esau, kakaknya. Ishak hendak memberkati dia, tetapi ia masih bertanya: "Benarkah engkau ini anakku Esau?" Jawabnya: "Ya!" Lalu berkatalah Ishak: "Dekatkanlah makanan itu kepadaku, supaya kumakan daging buruan masakan anakku, agar aku memberkati engkau." Jadi didekatkannyalah makanan itu kepada ayahnya, lalu ia makan, dibawanya juga anggur kepadanya, lalu ia minum. Berkatalah Ishak, ayahnya, kepadanya: "Datanglah dekat-dekat dan ciumlah aku, anakku." Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah ayahnya. Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub, diberkatinyalah dia, katanya: "Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN. Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia." -- Kejadian 26:34-27:29
Kita pasti kagum dengan para rasul bukan? Kita juga pasti kagum tentang para tokoh besar seperti Soekarno, Lincoln, John Sung, Einstein, Pascal, dlsb. Namun kita tahu kita tidak bisa mengidolakan manusia mana pun. Sebab mereka terbatas, dan ketika kita menelaah kehidupan mereka lebih dalam kita akan menemukan banyak cacat dan kegagalan. Tokoh sebaik apa pun pasti ada celanya. Orang seburuk apa pun tetap ada sisi baiknya. Hanya Tuhan yang boleh kita puji dan andalkan tanpa pamrih!
Esau telah menjual hak kesulungannya. Yakub dengan semangkuk sup kacang merah berhasil mendapatkan janji Esau untuk memberi hak itu. Namun sejauh ini kita tidak mendapatkan info lebih jauh bagaimana dampak konkrit peristiwa tersebut. Ketika momen berkat-berkat lazim diucapkan oleh para ayah yang akan meninggal, barulah dampak kejadian itu siap untuk dipanen. Sebenarnya dari Allah sudah keluar nubuat bahwa yang akan menerima berkat bukan Esau melainkan Yakub. Sayang bahwa Ishak tidak sungguh menyadari kesungguhan nubuat tersebut. sampai terjadilah peristiwa tragis ini, yaitu bahwa berkat diperoleh oleh Yakub dengan cara tidak terpuji. Bahkan lebih menyedihkan lagi, keluarga bapa leluhur ini terancam pecah, antara Ishak dengan favoritnya Esau yang keduanya tertipu oleh Ribka dan favoritnya Yakub. Kehendak ilahi telah digenapi, sayang melalui ulah manusia yang tidak elegan. Esau yang sembrono memang harus menuai akibat buruk, namun haruskah berkat itu direbut melalui cara penipuan?
Akhirnya berkat yang Allah berikan kepada Abraham, lalu dari Abraham turun ke Ishak, kini diucapkan ulang oleh Ishak kepada Yakub. Tidak satu pun dari tiga para bapa leluhur itu yang sejatinya layak menerima berkat perjanjian Allah yang dahsyat itu. Masing-masing memiliki banyak kekurangan, kegagalan dan kecacatan. Namun anugerah adalah anugerah, yaitu tindakan pilihan dan kebaikan Allah semata karena kasih-Nya dan itu mewujud pada kecenderungan sifat dan kelakuan pihak penerimanya. Kisah Esau membuat kita belajar agar tidak memusatkan perhatian hanya pada yang sementara. Kisah Yakub membuat kita bersyukur bahwa yang harus dipuji-puja ialah Allah, dan hati-hati tentang sisi gelap kita. Kisah mereka adalah kisah kita juga. Mari izinkan anugerah-Nya memperbarui kita tanpa henti!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar