Haleluyah bagi Anak Domba Allah yang telah menang atas maut!
Selamat Paskah! Happy Easter! Selamat Keluaran Baru! Victorious Passover of the Risen Christ!
Kemarin ada terusan email yang intinya menyoal kebenaran mengucap Happy Easter. Beberapa hari yl ada tulisan yang kurang... lebih sama di status salah seorang sahabat FB. Menurut anggapan itu, ungkapan "easter" bukan saja tidak datang dari Alkitab, tetapi juga bermuatan kepercayaan kafir. Easter berasal dari perayaan Istar yang bersangkutan dengan beberapa mitos sehubungan dengan Nimrod cucu Nuh dari Ham yang berzinah dengan ibunya sendiri, Semiramis dan dari hasil perzinahan itu lahir Tamus disembah sebagai ratu surga. Jadi anggapan ini menuduh merayakan atau menyebut "Happy Easter" tidak saja tidak alkitabiah tetapi juga mengulang kembali perayaan Istar yang kafir tadi. Lebih jauh argumen ini menegaskan bahwa istilah yang seharusnya adalah pesakh, atau dalam bahasa Inggris passover, atau "Hag Pesach Sameach" (bhs Ibrani).
Berikut saran kami:
1. Ucapkanlah "Happy Easter," atau Selamat Paskah, atau Victorious Pesakh - dengan keyakinan jernih bahwa yang kita maksud adalah Puji Tuhan, Yesus Tuhan kita sungguh sudah bangkit dari kematian!
2. Siapakah dari kita yang ketika menyebut "easter" lalu perhatian imannya terbagi ke astra, istar, asytarot, dlsb. itu. Yang lebih relevan mungkin (kalau dianggap ada pengaruh kepercayaan lain setempat yang bisa mengaburkan iman Kristen kita) untuk kita yang tinggal di Indonesia adalah dewi Sri, atau yang keturunan Cina dewi Kwan Im. Argumen bahwa "easter" bersumber pada perayaan istar, dan istar adalah perayaan yang berkaitan dengan mitos2 Babilonia, mengandung beberapa lompatan logika dan budaya. Pertama easter adalah bahasa Inggris dan tentunya kaitannya pertama harus dicari ke rumpun bahasa2 indo-jerman bukan ke mesopotamia (yang datang dari beberapa milenium yl.). Dari segi etimologi easter berkaitan dengan ester (inggris kuno) dan ostern (jerman). Maka argumen tadi hanya berdasarkan kesamaan / kedekatan bunyi. Bila ingin suatu argumen yang tepat, harusnya diperiksa akar budaya Eropa apakah ke Roma, Mesir atau ke Babilonia, Asyur dll.
3. Argumen bahwa Alkitab tidak pernah menerjemahkan pesakh dengan easter tetapi dengan passover adalah keliru. Dalam Alkitab terjemahan Martin Luther (Jerman - 1523) pesakh diterjemahkan sebagai "osterfest," dan dalam terjemahan William Tyndale (1525) diterjemahkan ester. Andaikata ada kaitan antara kata oster atau ester dengan festival di bangsa-bangsa Eropa kuno yang merayakan musim semi dan fajar, maka pasti Luther dan Tyndale mengetahui itu dan telah mempertimbangkan bahwa aman memakai istilah yang berasal dari suatu perayaan yang tidak Kristen namun kini dikaitkan dengan peristiwa nyata kebangkitan Yesus Kristus dengan muatan makna teologisnya sendiri.
4. Memang dalam terjemahan2 Inggris berikutnya dipakai kata passover yaitu suatu kata yang diciptakan dari dua kata pass dan over seperti halnya atonement juga kreasi teologis untuk konsep istilah dalam Perjanjian Lama tentang penebusan-penyelamatan melalui kurban, dengan cara menggabungkan dua istilah: at-one-ment. Alkitab terjemahan Indonesia mengikuti bahasa Belanda pask (untuk pesakh) laku menjadi paskah.
5. Dalam memahami dan menghidupi kebenaran-kebenran Alkitab, kerap kita harus memutuskan apakah mengulang saja istilah dari asalnya (seperti pesakh ini), atau melakukan transliterasi (menjadi paskah), atau melakukan penerjemahan (misalnya passover, atau dalam bahasa Indonesia "keluaran"). Coba kita pikirkan mana lebih baik, mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli atau Doa Bapa Kami dalam bahasa Latin dengan fasih tetapi tidak mengerti artinya (seperti yang terjadi sebelum era Reformasi; atau seperti dalam penghayatan iman-kepercayaan lain) atau membunyikannya ke dalam ucapan yang lebih akrab dengan telinga Indonesia atau menerjemahkannya?
6. Pilihan dari tiga opsi di atas tidak mudah. Luther rupanya memilih yang terakhir yaitu menerjemahkan ke dalam ungkapan yang kontekstual dikenal dalam budaya setempatnya. Passover maju lebih jauh lagi, yaitu dengan mencipta suatu istilah baru yang menerjemahkan konsep dari istilah asalnya. Perlu kita ketahui bahwa iman Kristen hakikatnya adalah iman pada tindakan Allah menerjemahkan dirinya menjadi manusia - yaitu berinkarnasi dalam diri Yesus. Seandainya Allah tidak datang berkemah dalam tubuh-roh seorang Yahudi bernama Yesus, Allah pastinya tidak kita kenal. Iman Kristen menganjurkan prinsip penerjemahan! Dalam Perjanjian Lama Allah bahkan mengambil nama dewa yang sudah dikenal di Mesopotamia untuk merujuk ke diri-Nya, yaitu EL dan ELOHIM. Dalam Perjanjian Baru, karena Injil sudah memasuki berbagai budaya bangsa-bangsa dunia, Allah disebut Theos, Yeshua menjadi Yesus, firman-Nya datang dalam bahasa Yunani, meski percakapan keseharian Yesus dalam khotbah2Nya kemungkinan besar diucapkan dalam bahasa percakapan orang Yahudi waktu itu (seperti "Abba" untuk bapa) dalam bahasa Aram. Maka iman yang benar-benar alkitabiah justru menganjurkan pendekatan penerjemahan bukan pengulangan istilah asli atau transliterasi.
7. Dengan sedih perlu kita katakan bahwa gerakan gencar akhir-akhir ini yang ingin sedikit-sedikit bernuansa Yahudi sebenarnya adalah gerak mundur. Allah Abraham ingin menjadikan Abraham berkat bagi bangsa-bangsa; Yesus yang bangkit dan naik ke surga adalah Tuhan yang harus diakui oleh semua lutut dan semua mulut - dan dalam Yesaya (juga Wahyu) Raja langit dan bumi sejatinya akan disembah oleh segala bangsa dan berbagai manifestasi budaya-budaya dunia yang sudah dikuduskan - bukan segalanya mengalami pen-yahudian. Menyebut kebangkitan Yesus sebagai pesakh atau passover sepertinya "aman" dari distorsi kafir; tetapi, apakah istilah-istilah itu tidak hanya mengulang peristiwa pembebasan orang Yahudi mulai dari peristiwa sepuluh tulah, darah anak domba yang dioles di ambang pintu rumah orang Yahudi, makan roti tak beragi, menyeberang laut Merah? Atau bukankah kematian-kebangkitan Yesus merupakan suatu peristiwa dari sesuatu yang jauh lebih dalam dan luas yang hanya dapat dibayangkan oleh pesakh orang Yahudi? Yaitu, suatu kemenangan baru, keluaran baru, kelepasan bukan dari Mesir dan dari maut fisik belaka, tetapi kelepasan dari dosa dan maut?
Nah, semoga dengan paparan dan saran ini - kita boleh dengan iman yang teguh pada Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit dari maut - mengucap Selamat Paskah, Selamat Keluaran Baru, Happy Easter, Victorious Life in the Risen Christ - Haleluyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar