Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya: Ia memberikan kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri. Bukan semua daging sama: daging manusia lain dari pada daging binatang, lain dari pada daging burung, lain dari pada daging ikan. -- 1 Korintus 15:38-39
Kebangkitan membuktikan bukan saja Allah mahakuasa tetapi juga menyatakan bahwa Ia terlibat penuh berkesinambungan dan berkelanjutan di dalam segala sesuatu. Maka bukan saja ajaran materialisme salah, juga ajaran naturalisme dan reinkarnasi sama salahnya. Naturalisme menganggap bahwa di dalam alam ini berlaku hukum-hukum natural yang berlangsung dengan sendirinya. Paulus mengajarkan kita bahwa di dalam hukum-hukum alam ada aktivitas Allah mengatur, memelihara, memberkati, memberi kekuatan pertumbuhan dan wujud masing-masingnya secara beragam. Benih-hancur-mati-tunas-tanaman dengan sifat khas tanaman itu -- semua proses alami ini adalah karena pengaturan dan pemeliharaan Allah.
Biji jagung akan tumbuh menjadi pohon jagung dengan segenap dan seluruh ciri khasnya, biji mangga akan tumbuh menjadi pohon mangga dengan segenap dan seluruh sifat khasnya, demikian juga dengan beras, kacang, kedelai, semangka, jambu, apel, dlsb. Ada tindakan Allah memberi dan kehendak aktif Allah di dalam keseluruhan kekhasan masing-masing ragam hidup ciptaan (tubuh) dan di dalam masing-masing wujudnya (daging). Jika di dalam ciptaan berlaku hikmat, keputusan, anugerah dan energi Allah, maka argumen Paulus kini, mengapa tidak percaya bahwa Ia sanggup melakukan kebangkitan -- resurrection dari kata anastasis dalam bahasa Yunani -- yaitu yang sudah mati itu dibangunkan, dijadikan hidup kembali. Dan ini bukan reinkarnasi yang pada hakikatnya adalah jiwa bermigrasi ke bentuk tubuh lain, semisal jiwa manusia baik bereinkarnasi menjadi bintang, atau celeng yang merupakan migrasi dari manusia jahat. Kebangkitan berarti orang yang sama diberikan tubuh khas dia juga namun dalam kondisi mulia yang tidak lagi dapat tercemar, lelah-lemah, sakit, dlsb.
Itu sebabnya di dalam tubuh fana ini kita mengembangkan sifat, hasrat dan tindakan yang sepadan dengan tubuh mulia kelak, dan kita tidak menjalani kehidupan tanpa mengendali keinginan tubuh atau sekadar mengalir mengikuti arus kekuatan natural-ekonomi-politik-sosial yang buta dan nirnilai. Tidak. Kita aktif berpikir, menimbang, memutuskan, bertindak sesuai kebenaran kekal Allah dalam firman-firman-Nya.