Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya. -- 1 Korintus 15:10-11
"Aku adalah sebagaimana aku ada" adalah sebuah pernyataan syukur sekaligus klaim menakjubkan dari Paulus. Terutama jika kita mengerti latarbelakang, intelektualitas, status ekonomi-sosial dan kondisi fisik-lingual Paulus. Tiga yang pertama secara logis membuat dia dalam posisi yang amat sangat sukar bisa berubah menjadi pengikut dan penyiar Yesus Kristus yang luar biasa gigih melebihi para rasul yang sempat mengenyam hubungan dan didikan langsung dari Tuhan Yesus. Secara jasmani -- menurut catatan dan lukisan yang ada dalam tradisi Gereja -- ia bersosok tubuh tidak menarik dan mungkin mengidap beberapa penyakit yang bukan saja menyusahkan dirinya tetapi juga orang lain. Lebh lagi, ia bukan orator atau retorik unggul sebab sesuai pengakuannya ia tidak fasih bicara! Ini kendala riil yang dalam ukuran zaman yang menilai isi dari kulit pasti sejak sebelum mulai terjadi kontak orang semacam Paulus telah dalam posisi ditolak. Tetapi kenyataannya dalam jangkauan misi, petobat yang menjadi pemercaya, jemaat-jemaat yang ditanam, pengorbanan karier, posisi, sampai berulang kali menanggung penderitaan fisik dan ancaman maut -- Paulus tidak ada taranya.
Apa rahasianya? Bukan entusiasme manusiawinya, bukan kejelian memperhitungkan strategi misi, bukan pengandalan pada berbagai metode komunikasi mengena, atau juga apa saja yang dari dulu dan kini cenderung dianggap sebagai kunci keberhasilan dalam PI, misi, kebangunan rohani, pertumbuhan (pertambahan jumlah / kesibukan?) gereja! Rahasianya tiga kali ia sebutkan dalam ayat 10: KHARIS -- ANUGERAH yaitu kasih setia Allah yang menyebabkan yang tidak layak / sanggup beroleh keselamatan; dan, dari sumber anugerah yang sama mengalir melimpah-limpah baik energi maupun berbagai karunia yang memungkinkan orang menjadi instrumen penyelamatan Allah. Kalaupun ia membandingkan diri dan pelayanannya dengan para rasul lain, motifnya adalah untuk menunjukkan keajaiban sumbernya yaitu Anugerah Allah ini!
Rahasia lain ada pada kata "tidak sia-sia" dalam arti bukan saja anugerah itu tidak kosong tetapi penerimanya "tidak menyia-nyiakan" anugerah TUHAN! Dalam pelayanan, bagaimana wujud "tidak sia-sia" itu? Dalam kehidupan spiritual dan pelayanan Paulus dapat kita temukan hal-hal ini: dalam mempelajari Alkitab sampai sungguh berjumpa TUHAN dan kebenaran-Nya, dalam doa tanpa putus untuk seluruh aspek pelayanannya dan jemaat-jemaat yang dihasilkannya termasuk dalam meminta didoakan oleh jemaat-jemaat untuk kualitas kehidupan pelayanannya, dalam kerja tim yang akrab dan saling topang, dalam kepekaan dan ketaatan kepada pimpinan Roh serta berbagai kharisma dari-Nya. Singkat kata tidak satu pun dari alat dan andalan rasul besar ini yang senjata pelayanannya bersifat duniawi, kedagingan!
Ya TUHAN, Allah semesta alam, siapakah seperti Engkau? Engkau kuat, ya TUHAN, dan kesetiaan-Mu ada di sekeliling-Mu. -- Mazmur 89:9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar