Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. -- 1 Korintus 15:8-9
Mungkin yang dimaksud Paulus bahwa ia melihat Yesus Kristus menampakkan diri kepadanya itu: entah ketika Yesus Kristus menampakkan diri kepadanya di jalan dari Yerusalem ke Damaskus ketika ia dalam misi jahat dengan restu pemuka Yahudi akan menangkapi para pengikut Yesus, atau ketika sesudah bertobat ia pergi ke tanah Arab dan diajar langsung oleh Yesus Kristus (Galatia 1), atau ketika ia mengalami pengangkatan ke surga ketiga dan bertemu dengan Tuhan (2 Korintus 12) -- yang jelas semua ini menegaskan bahwa ia termasuk mereka yang menjadi saksi Yesus Kristus yang sungguh sudah bangkit.
Pengalaman berjumpa Yesus Kristus yang bangkit ini dinyatakan Paulus sebagai yang terakhir untuk menunjukkan bahwa itu menjadi peristiwa yang menjadi akhir dari pemanggilan rasul -- sehingga ia adalah rasul terakhir dan itu membuat ia bagaikan lahir dengan proses mendadak dan lebih cepat (seperti anak yang lahir prematur -- sebutan ini dipakai di dunia politik Roma tentang orang-orang yang sebenarnya tidak pantas beroleh kedudukan menjadi senator). Itulah sebab Paulus menyebut dirinya rasul terakhir, yang paling hina karena sebagai penganiaya murid Yesus Kristus -- bagaimana mungkin anugerah Tuhan lalu mengubah dia menjadi rasul Yesus Kristus. Justru oleh karena ketidaklayakan inilah ia menjadi rasul paling gigih, paling bersemangat, paling berani terus-menerus maju merebut wilayah-wilayah dunia Romawi-Yunani untuk Tuhannya.
Pengalaman rohani dimungkinkan oleh dua faktor. Pertama dan paling utama adalah karena Yesus Kristus adalah Tuhan yang sudah bangkit dan hidup -- melebihi cara dan lingkup Ia berjumpa orang-orang di Yudea, Galatia, Samaria semasa Ia hidup, Ia yang sama dalam Tubuh Kebangkitan yang mulia dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu kini sanggup dan sudi menjumpai orang-orang di berbagai belahan dunia. Kedua, kata kerja yang dipakai tentang penampakan Yesus ini juga menyiratkan aktivitas aktif penuh konsentrasi pada yang melihat. Terutama untuk kita yang sudah mengaku pengikut Yesus Kristus, kita perlu memiliki kerinduan besar, iman sungguh, ekspektasi tinggi untuk berbagai pengalaman rohani yang Tuhan sediakan bagi kita.
Tentu saja perjumpaan itu bisa terjadi dalam berbagai cara -- perjumpaan dalam perenungan Alkitab seperti dua murid Emaus dibukakan makna Kitab Musa, Mazmur dan Nabi-nabi oleh Yesus, juga dalam sakramen pemecahan roti dalam peristiwa yang sama, atau bisa juga dalam peristiwa seperti yang rasul Paulus alami ini. Kita perlu pengalaman rohani lebih dalam bukan supaya kita menjadi makin besar tetapi seperti teladan Paulus ini, justru supaya kita makin menyadari betapa besar dan ajaib anugerah-Nya bagi kita dan betapa rendah dan tidak layaknya kita sesungguhnya di hadapan Dia. Kiranya rindu besar akan perjumpaan seturut ketetapan-Nya dan rendah hati yang mendalam -- semakin membentuk di dalam kehidupan kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar