Penuhilah hukum Kristus.
Memang tiap situasi unik dan hanya dengan mengenali kekhasan tiap situasi kita dapat menyimpulkan hal terbaik apa dapat kita tarik darinya. Juga benar bahwa kasih membuat orang selalu menginginkan yang terbaik bagi orang yang dikasihi dan yang dimaksud bukan sekadar perbuatan benar secara formal atau menghindari kesalahan melainkan keinginan untuk selalu berbuat hal yang lebih baik. Penekanan bahwa kasih sejati bersifat kreatif, penuh upaya, dan ketidaksediaan untuk puas dengan hal baik yang bukan terbaik dalam relasi adalah sikap yang terdapat dalam pandangan situasionisme.
Tetapi sikap itu menyimpang dalam penolakan mereka bahwa ada tindakan yang dalam dirinya bersifat immoral, jahat, dan dilarang. Anggapan salah itu merusak.
Perjanjian Baru menegaskan bahwa meski relasi kita dengan Allah tidak lagi ditentukan oleh hukum sebab Kristus telah membebaskan kita dari hukum sebagai sistem keselamatan, kita kini di bawah hukum Kristus sebagai standar pengudusan.
Dengan menyangkali bahwa ada hal yang Allah larang secara universal, kita memerangkap kasih ke dalam kebingungan. Bagaimana saya harus mengasihi sesama saya? Dengan menyesuaikan diri dengan situasi, demikian kita dianjurkan. Tetapi bagaimana saya mendefinisi situasi? Semua definisi bisa lahir menurut kemauan siapa saja dan terbuka untuk ditantang. Dan sesudah didefinisi, bagaimana saya dapat meyakini apa hal terbaik untuk dikasihi? Kompas moral saya tidak selalu dapat diandalkan, dan saya terhambat oleh dosa dan ketidaktahuan. Saya butuh hukum Allah untuk membimbing; dan tidak ada benturan antara menjalani perintah Allah dan mengasihi sesama saya. Justru keduanya berjalan bersama (1Yoh. 5:2). Hukum adalah matanya kasih; kasih adalah hatinya hukum.
Berpikirlah lebih banyak tentang hukum dan orang Kristen (Untuk awal: Rm. 6:14; 7:1-6; 10:4; 1Kor. 6:21; Gal. 3:23-26).
Tuhan, tolongku untuk kreatif dan penuh usaha dalam mengasihi orang lain – dalam batas yang Engkau tetapkan.
DIkutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer
DIkutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar