Kita masing-masing menerima suatu pemberian
menurut apa yang diberikan oleh Kristus.
Dalam Alkitab tertulis,
"Ketika Ia naik ke tempat yang tertinggi,
Ia membawa banyak tawanan;
dan Ia memberi pemberian-pemberian kepada manusia."
Nah, kalau dikatakan "Ia naik"
berarti Ia mula-mula sudah turun sampai ke tempat
yang serendah-rendahnya di bumi ini.
Dan Ia yang sudah turun itu,
Ialah juga yang naik sampai ke tempat yang
jauh lebih tinggi dari segala langit sehingga
seluruh alam semesta terisi dengan kehadiran-Nya.
Ialah yang "memberi pemberian-pemberian kepada manusia";
sebagian diangkat-Nya menjadi rasul,
yang lain menjadi nabi;
yang lain lagi menjadi pemberita Kabar Baik itu,
dan yang lain pula diangkat-Nya menjadi guru-guru dan pemelihara jemaat.
Ini dilakukan-Nya supaya umat Allah dilengkapi sepenuhnya
agar dapat melayani Tuhan dan membangun tubuh Kristus.
Dengan demikian kita semua menjadi satu
oleh iman yang sama dan pengertian yang sama mengenai Anak Allah.
Dan kita menjadi orang-orang yang dewasa
yang makin lama makin bertambah sempurna seperti Kristus.
Maka kita tidak menjadi anak-anak lagi
yang terombang-ambing dan terbawa-bawa ke sana ke mari
oleh arus bermacam-macam pengajaran dari orang-orang yang licik. – Efesus 4:7-14 – IBIS
Membaca Efesus 4, khususnya kutipan di atas saya makin menyadari bahwa cara saya dan mungkin juga kebanyakan kita memahami dan menghidupi Kekristenan kita, keliru besar. Izinkan saya memaparkan itu secara singkat sbb.:
Pertama, dari semua hari raya yang merayakan hidup dan karya Yesus, mungkin Kenaikan adalah yang paling tidak meriah dan terlupakan. Gejala ini disebabkan pemahaman alkitabiah kita tidak lengkap. Ini berdampak ke berbagai defisit dalam banyak segi kehidupan Kristen & gereja kita. Kenaikan menghubungkan Kematian & Kebangkitan dengan Pentakosta dan Kedatangan Yesus kedua kali. Untuk Yesus, sesudah bangkit dan menang, Ia kembali ke kemuliaan-Nya semula. Porsi karya-Nya di bumi sudah selesai, sesudahnya menyusul tahap karya-Nya dalam kemuliaan melalui memberikan Roh Kudus (Pentakosta).
Kedua, kenaikan menegaskan dampak dari yang terjadi dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam kematian-Nya Ia memerangi dan mengalahkan dosa dan maut. Manusia yang terbelenggu dan tertawan oleh dua kekuatan jahat itu dibebaskan-Nya. Status kita diubah dari tawanan dosa dan maut menjadi tawanan Yesus Kristus. Kita dibawa-Nya serta duduk di sebelah kanan Allah Bapa di surga sehingga kini kita yang masih di dunia sudah mengalami berkat dan kuasa surgawi hadir dalam hidup keseharian kita (Efs. 1:3) karena Ia yang menang bersyafaat bagi kita, menyertai kita dengan setia dan menjadikan kita Tubuh-Nya, misi-Nya. Dan Ia terus menerus bersama menyertai, memberkati, melimpahi dengan berbagai karunia dan berkarya di dalam dan melalui umat-Nya.
Ketiga, ketika menjelma menjadi manusia Ia berinkarnasi. Itu yang kita rayakan dalam Natal. Ketika kembali ke surga, apakah itu berarti Ia ber-eks-karnasi – ke luar dari bumi dan menanggalkan tubuh manusiawi-Nya? Dahsyat! Tidak! Sebab, Alkitab mengatakan bahwa di takhta-Nya kini dalam kemuliaan, Ia membawa tanda-tanda kehinaan dan penderitaan-Nya yang dialami-Nya dalam penderitaan semasa inkarnasi-Nya ke kemuliaan-Nya. Itu sebab Ia disebut Singa Yehuda yang menang tetapi tampil sebagai Anak Domba yang telah tersembelih (Why. 5:5-6). Ketika Ia datang kembali kelak Ia datang sebagai Anak Manusia dalam kemuliaan. Dan dalam kemuliaan-Nya kini Ia menghadirkan kita dalam diri-Nya di hadirat Allah.
Keempat, kita keliru menekankan injil secara individualistis dengan fokus hanya pada keselamatan pribadi, penyertaan pribadi, berkat pribadi, perlindungan pribadi, dst. Memang benar bahwa keselamatan diterima secara pribadi, tetapi tidak pernah dimaksudkan untuk dihayati secara individualistis! Menurut Paulus, hidup yang sepadan dengan panggilan Injil keselamatan itu adalah beriman, mengasihi, berpengharapan., berjuang bersama-Nya agar kesatuan Tubuh Kristus menjadi nyata dalam perilaku individual dan tindakan gereja lokal kita! (Efs. 4:1-6).
Kelima, seiring dengan poin 4, yang kita artikan dan dambakan sebagai karunia rohani dari Yesus adalah karunia seperti kesehatan, kemakmuran, promosi jabatan, dlsb. Ini juga tidak salah, tetapi tidak lengkap. Tentu saja Ia yang telah memberi nyawa Yesus untuk penyelamatan kita akan juga memberikan segala yang kita perlukan dalam hidup ini agar ke dalam dan ke luar kita menghidupi kebaikan serta kelimpahan anugerah-Nya (Rm. 8:32). Tetapi fokus karunia yang Ia berikan itu bertujuan dan berhakikat rohani. Yaitu, untuk meneruskan, mewujudnyatakan, menuntaskan apa yang telah Yesus mulai dalam karya diri-Nya di dalam kenyataan hidup Gereja-Nya.
Keenam, masih seiring poin 4, kita keliru menghayati kenyataan kegerejaan kita hanya pada kekhasan sisi lokal, denominasional, teologis kita sendiri saja. Kita lupa atau abaikan bahwa untuk Dia dan visi akhir karya penyelamatan-Nya, tidak ada gereja yang hanya lokal, hanya dengan bendera denominasional/teologis tertentu saja. Bagi-Nya – seiring kemenangan-Nya yang berskala kosmis – Gereja yang adalah tubuh-Nya lebih luas dari hanya gerejaku, teologiku, denominasiku! Sebab Ia menghasilkan Gereja yang universal yang lintas/& merangkul berbagai lokal, nasional, denominasi, teologi dlsb. Hanya hal yang baik itu yang bagian dari Kesatuan yang jauh lebih besar dan jauh lebih kaya!
Ketujuh, maka konsekuen dengan semua hal di atas, mari kita tidak hanya memikirkan diri sendiri, gereja sendiri, keterbatasan sendiri, kekhasan teologis sendiri, kepentingan sendiri. Mari belajar berdoa, bertindak, bermanifestasi yang seiring doa yang Ia ajarkan: “kami.” Sebab, masing-masing kita diberi-Nya berbagai pemberian dan karunia, baik itu materiil maupun spiritual, tetapi bukan untuk berakhir di diri kita melainkan agar mengalir ke Tubuh-Nya agar terwujud kesatuan, kelengkapan, kedewasaan penuh, ketangguhan dalam misi, dst. (ay. 13). Hal ini lebih lagi relevan dalam terang bahwa Gereja kini masih dalam perjuangan. Ada banyak kekuatan jahat yang ingin merusak karya agung-Nya ini – seperti yang kita semua sadari terjadi di daerah-daerah minus di Indonesia yang tadinya dikenal sebagai kantong-kantong Kekristenan – itu hanya bisa ditangkal bila anggota tubuh yang lain berpikir dan bertindak sebagai Tubuh bukan sebagai diri sendiri atau kepentingan gereja sendiri.
Saya ingin membuka kesempatan untuk Anda bisa berbagi karunia dan mempraktikkan secara lebih luas dari hanya individual-lokal tetapi ke bagian Tubuh yang lain. Di bawah ini adalah target pengiriman buku-buku bantuan untuk daerah-daerah yang sedang menderita. Dengan mengirimkan paket buku berbobot alkitabiah para pelayan Tuhan dibekali dan gereja Tuhan setempat yang mereka layani diperlengkapi sehingga pertumbuhan-keutuhan Tubuh Kristus bukan sekadar teori kosong.
Jika Anda yakin bahwa Tuhan Yesus kini sedang bekerja di mana-mana dan ingin merespons ajakan-Nya memperlengkapi pelayanan para hambaNya di banyak daerah minus di Indonesia dengan paket buku silakan kontak 0812-270-24-870 / waskitapublishing@gmail.com dan cc ke paulshidayat@gmail.com.
Penerbit Waskita
Tentang Penerbit Waskita
Penerbit Waskita mulai beroperasi sejak bulan Mei tahun 2010. Istilah Waskita yang berarti jeli, cerdas, diambil sebagai nama penerbit ini dengan harapan bahwa kami sungguh menghasilkan produk-produk yang mengandung sifat ketajaman kebenaran tentang Kerajaan Allah. Didirikan dengan visi / misi yang sama dengan motto kami: Menghasilkan MEDIA SARAT NILAI KERAJAAN. Waskita Publishing bersifat tidak saja antar / lintas tetapi bermaksud menjadi perjumpaan berbagai denominasi, tradisi di dalam kalangan Kekristenan sehingga Kerajaan Allah boleh termanifestasi ke dalam dan keluar. Logo Waskita Publishing: tangan-tangan yang mewakili pribadi, persekutuan, lembaga, gereja, denominasi merupakan instrumen Kerajaan Allah untuk menerima dan memancarkan berkat dan nilai Kerajaan ke sekitar.
Sabtu, 19 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar