Allah kekal, TUHAN... Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu,.. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan melipatgandakan kekuatan/semangat orang yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung [kehabisan tenaga], tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. -- Yesaya 40:28-31
Mari ambil waktu sekitar 10-15 menit untuk kita merenungkan dan mendoakan beberapa hal berikut:
1. Dalam aspek hidup keseharian mana kita paling rentan mengalami rasa lelah, lemah, lesu? Apa sumber daya atau cara yang kita andalkan untuk mengatasi situasi itu?
2. Bagaimana kita mengalami komentar firman bahwa manusia adalah debu atau rumput yang fana? Apa yang kita jadikan sumber rasa percaya diri, rasa sanggup, rasa kuat, rasa bernilai?
3. Samakah dengan yang biasa diandalkan orang lain yang tidak kenal Tuhan? Mengapa bisa demikian?
4. Ketika menanti, proses yang bagaimana terjadi dalam diri kita? Yang mana yang kita cenderung rasakan sewaktu menanti: berharap, jengkel, rindu, tidak sabar, kesal, meningkatnya arti dari yang dinantikan, dll....?
5. Renungkan bagaimana menanti-nantikan YHWH (Aku Ada Yang Aku Ada -- Dulu, Sekarang, Selamanya) dan dampaknya pada Abraham, Musa, Yusuf, Daud, Daniel, Yeremia? Bagaimana dampak Yesus (yang menyebut ungkapan Aku Ada-lah Gembala yang Baik, Aku Ada-lah Roti Hidup, Aku Ada-lah Jalan, Kebenaran dan Hidup, dst.) pada berbagai situasi kehidupan para pengikut-Nya?
6. Bagaimanakah kita "menanti-nantikan YHWH" dalam sikap dan kondisi hati kita? Bagaimana praktisnya kita "menanti" Tuhan di berbagai aspek keseharian kita? Disiplin apa yang perlu kita pupuk untuk menumbuhkan sikap dan praktik menanti-nantikan Tuhan ini?
1. Dalam aspek hidup keseharian mana kita paling rentan mengalami rasa lelah, lemah, lesu? Apa sumber daya atau cara yang kita andalkan untuk mengatasi situasi itu?
2. Bagaimana kita mengalami komentar firman bahwa manusia adalah debu atau rumput yang fana? Apa yang kita jadikan sumber rasa percaya diri, rasa sanggup, rasa kuat, rasa bernilai?
3. Samakah dengan yang biasa diandalkan orang lain yang tidak kenal Tuhan? Mengapa bisa demikian?
4. Ketika menanti, proses yang bagaimana terjadi dalam diri kita? Yang mana yang kita cenderung rasakan sewaktu menanti: berharap, jengkel, rindu, tidak sabar, kesal, meningkatnya arti dari yang dinantikan, dll....?
5. Renungkan bagaimana menanti-nantikan YHWH (Aku Ada Yang Aku Ada -- Dulu, Sekarang, Selamanya) dan dampaknya pada Abraham, Musa, Yusuf, Daud, Daniel, Yeremia? Bagaimana dampak Yesus (yang menyebut ungkapan Aku Ada-lah Gembala yang Baik, Aku Ada-lah Roti Hidup, Aku Ada-lah Jalan, Kebenaran dan Hidup, dst.) pada berbagai situasi kehidupan para pengikut-Nya?
6. Bagaimanakah kita "menanti-nantikan YHWH" dalam sikap dan kondisi hati kita? Bagaimana praktisnya kita "menanti" Tuhan di berbagai aspek keseharian kita? Disiplin apa yang perlu kita pupuk untuk menumbuhkan sikap dan praktik menanti-nantikan Tuhan ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar