Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Dengan marah dan berdukacita karena kedegilan mereka Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia. -- Markus 3:1-6
Emosi Yesus adalah emosi dari seorang manusia sejati yang memiliki hubungan tak bercacat dengan Allah sehingga sempurna dan murni menceminkan sikap dan perasaan Allah sendiri juga. Apabila terhadap orang bermasalah yang datang kepada-Nya hati-Nya digerakkan oleh belas kasihan (1:41), kini terhadap orang Farisi yang mencari celah untuk menyalahkan Dia hati-Nya digerakkan oleh duka dan marah. Bukankah sepatutnya bagi para teolog terhormat itu untuk mendoakan orang sakit, atau bila tidak sanggup membawa penyembuhan paling tidak membawa orang sakit itu kepada Ia yang terbukti memiliki otoritas ilahi untuk penyembuhan? Tetapi mereka justru berharap Yesus menyembuhkan agar Ia dapat disalahkan melanggar Sabat. Dalam Injil-injil ada tiga kali penyembuhan Yesus lakukan pada hari Sabat. Itu membuktikan bahwa sungguh Ia Tuhan atas Sabat -- Tuhan pemberi sabat / perhentian / kemerdekaan / kelepasan dari berbagai perbudakan dan permasalahan yang mengerdilkan kehidupan manusia. Maka kini Ia yang mengambil prakarsa -- meminta orang yang lumpuh tangan sebelah itu berdiri di spot orang banyak, bertanya kepada orang Farisi apa yang boleh dibuat di hari Sabat. Diamnya mereka mungkin sekali menunjukkan rasa bersalah bercampur kesombongan dan keras hati. Itu sebabnya hati Yesus marah dan masygul. Lalu begitu si lumpuh menaati perintah Yesus untuk mengulurkan tangan yang tidak dapat digerakkan itu, ketika sabat diwujudkan Yesus atasnya, mereka malah bersekongkol untuk membunuh Yesus. Reaksi mereka tepat tersirat dalam pertanyaan Yesus: "Manakah yang diperbolehkan di hari Sabat -- menyelamatkan atau membunuh?" Betapa gelap hati mereka. Terus menerus membungkus hati jahat dengan topeng dan jubah keagamaan sampai kini sebegitu jahatnya berencana menyingkirkan sang Tuhan Sabat.
Lagu Doa: Ke dalam hati Yesus, ku masuk, masuki t'rus. Ku hendak tahu sebabnya, ku dikasihi-Nya... Ke dalam nikmat Yesus, ku masuk, masuki trus....
Ke dalam salib Yesus, ku masuk, masuki trus. Dari kebun sehingga ke Bukit Golgota...
Ke dalam suka Yesus, ku masuk, masuki trus...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar