Sebagian orang salah mengerti tentang ajaran Paulus di paruh pertama Roma 6. Mereka berpikir ia sedang menegaskan bahwa karya pembaruan Allah, termasuk kesatuan dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, menghasilkan kesempurnaan tanpa dosa. Tetapi dari dua pasal berikutnya, jelas bahwa bukan ini maksud Paulus. Garis pemikirannya adalah begini: Tidak mungkin orang beriman hidup terus dalam dosa (yaitu di bawah pemerintahan dosa, terus berdosa seperti yang dulu mereka lakukan); dosa yang tadinya berkuasa atas mereka telah berakhir kuasanya. Dulu berada di bawah kuasa dosa adalah wajar bagi mereka – bahkan mereka tidak bisa melakukan hal lain selain dari itu – tetapi kini adalah wajar untuk mereka hidup bagi Allah, berusaha menaati dan menyenangkan Dia. Inilah ungkapan wajar dari sifat mereka yang telah diperbarui.
Itu berarti bahwa jika seorang Kristen kembali ke kebiasaan dosa lama, ia sedang menyangkali sifat barunya sendiri dan akan membuat dirinya susah dalam dua hal. Pertama, ia akan merasa bersalah sebab ia tahu ia telah tidak menaati Allah. Kedua, ia akan tidak bahagia sebab ia melakukan kekejaman terhadap sifat barunya sendiri. Ia merasa sengsara dan mendirikan rintangan antara dirinya dan Allah.
Apa yang harus ia lakukan? Pertama sekali, ia harus merendahkan dirinya, sujud di hadapan Tuhan, dan mengakui bahwa ia telah bertindak bodoh. Ia harus bertobat – yaitu bukan sekadar merasa menyesal tetapi “dengan cepat balik arah” ke arah berlawanan. Dan ia harus mencari dan menerima pengampunan (1Yoh. 1:9).
Berdoalah untuk diri Anda atau orang lain yang mengalami kesusahan seperti yang dipaparkan di atas.
Dikutip dari buku Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr James I. Packer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar