Kami makin diteguhkan oleh firman yang telah
disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama
seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar
menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. - 2 Petrus 1:19
Kata
“gelap” biasa dipakai dalam kaitan dengan tempat kotor seperti gudang, kandang
sapi, atau tambang. Jadi Petrus membayangkan tempat yang kotor, suram,
barangkali penuh dengan rintangan. Kita perlu terang untuk menghindari
rintangan dan melihat jalan dan mungkin juga sambil membersihkan tempat itu.
Mengapa ia menyebut tentang tempat di
mana kita hidup kini sebagai tempat yang gelap? Karena memang demikianlah
kenyataan dunia ini. Dunia gelap karena kelonggaran moral di dalamnya (lihat
contoh yang Petrus tunjukkan dalam 2Ptr. 2). Dan gereja terkena dampaknya juga.
Kita perlu melakukan yang Petrus
usulkan: beri perhatian pada Alkitab, sebab ia bagaikan pelita yang bercahaya
dalam tempat gelap. Pemazmur memberikan gambaran serupa. “Firman-Mu itu pelita
bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm. 119:105). Ketika kita berjalan
sendiri dalam kegelapan sambil memegang pelita di depan kita, ia tidak akan
melenyapkan semua kegelapan tetapi ia melenyapkan bagian di depan kita sehingga
kita dapat melihat harus berjalan ke mana. Dan dengan cara itu kita bisa
melanjutkan perjalanan sampai fajar terbit dan matahari menyingsing.
Adakah
tempat-tempat gelap dalam hidupku atau dalam hidup orang lain yang ku kasihi
yang perlu dibuka kepada terang kebenaran Allah? Bagaimana dan kapan hal itu
baiknya terjadi?
Tuhan, aku perlu lebih banyak terang dalam
situasi ini… Tunjukkanku jika aku telah merespons terang yang Kau nyatakan
kepadaku sejauh ini. Aku butuh lebih banyak terang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar