Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!" Dan murid-murid-Nyapun mendengarnya. Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: "Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!" Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya. Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota. -- Markus 11:12-19
Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. -- Wahyu 3:16
Markus menempatkan mukjizat destruktif Yesus dalam rentetan dengan peristiwa Yesus meluruskan maksud dan fungsi Bait Allah sebagai rumah doa segala bangsa. Peristiwa pemurnian aktivitas di Bait itu dicatat oleh Yohanes sebagai terjadi di awal pelayanan Yesus sedangkan Markus mencatat itu terjadi beberapa hari sebelum kematian Yesus. Boleh kita tarik kesimpulan bahwa maksud kedatangan Yesus, tujuan pewartaan Injil dan semua karya-karya-Nya dari awal sampai akhir ialah untuk memungkinkan manusia berjumpa dengan Allah, pemerintahan Allah boleh dialami dan diwujudkan di antara manusia, dan itu beririsan dengan berbagai aspek peribadatan. Tetapi celakanya, Bait Allah yang harusnya menjadi wadah untuk maksud dan fungsi itu tidak lebih bagaikan pohon ara penuh daun tetapi tanpa buah. Persembahan, doa, korban, berbagai ritual lainnya tidak sungguh mencari hadirat Allah, mengupayakan keadilan, kasih, kekudusan, kesetiaan-Nya terwujud melainkan telah berubah menjadi kegiatan keagamaan yang mencari pemuasan, pembenaran diri sendiri bahkan 'perampokan' dan kemunafikan. Apakah yang Tuhan cari dari keagamaan kita, kegiatan gerejawi kita, kehidupan pribadi kita? Buah -- wujud nyata bahwa sungguh kita telah, sedang akan masih lanjut berjumpa dengan Allah secara riil sampai kehadiran-Nya nyata dalam keseharian kita. Keadilan, kebenaran, kepedulian, ini yang Tuhan cari dari dalam orang Kristen / Gereja di Indonesia dalam interaksi dengan sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar