Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: "Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering." Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. - Markus 11:20-24
Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. -- 1 Yohanes 5:4
Iman vital dan mutlak, memungkinkan terjadinya -- berbagai kesembuhan (psl 2, 5, 10), kedamaian di tengah situasi mengancam dan tak terkendali (psl 4), mengusir kuat-kuasa gelap (psl 9), sampai kepada memanifestasikan kuasa injil Kerajaan baik sisi destruktifnya maupun sisi konstruktifnya (nas ini dan psl 16). Nas ini menantang kita agar memiliki iman percaya yang penuh daya ilahi, yang menang, yang mengubahkan. Iman macam apa itu? Bagaimana mengalami itu beroperasi di dalam kehidupan kita? Pertama, kalimat Yesus di ayat 22 harfiahnya berkata "Milikilah/Punyailah iman Allah" -- tanpa kata hubung 'kepada' atau 'dari' dalam banyak versi terjemahan Alkitab. "Have faith of God" dalam versi yang lebih harfiah: MKJV, LITV, YLT dengan 'of' sebagai kata kemilikan dalam Allah. Jadi terjemahannya adalah: "Milikilah imannya Allah!" Apakah Allah beriman? Jika iman adalah iman kepada sesuatu, maka Allah beriman kepada apa/siapa? Sebagai Roh yang tidak memiliki elemen atau komponen dan sebagai yang tak terbandingi, tentu Allah tidak beriman kepada sesuatu di luar diri-Nya, dan apa yang di dalam rencana, kehendak, tindakan-Nya menyatu utuh dengan semua sifat-sifat-Nya yang sempurna dan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas. Jelas manusia tidak mungkin memiliki kualitas seperti itu, tetapi jika kita berelasi sedemikian akrab dengan Dia maka kita berproses memiliki iman berdaya ilahi tersebut. Kedua, ucapan di ayat 22, 24-25 memakai kata jamak bukan tunggal, artinya iman dengan dampak memindahkan gunung ini adalah iman dalam persekutuan para pemercaya. Dalam persekutuan yang bersehati ada hadirat Allah dan manifestasi dahsyat kuasa-Nya. Ketiga, iman sedemikian sanggup bukan saja untuk berdoa memohon, tetapi mengucap memerintahkan supaya terjadi hasil yang diwujudkan oleh kuasa ilahi. Inilah kualitas iman yang mengalahkan dunia: iman yang sedemikian menyatu dengan Allah, dalam persekutuan sesama orang beriman, iman yang aktif mengambil yang diimani (percayalah bahwa kamu TELAH menerimanya), iman yang dalam kuasa ilahi sanggup memerintahkan terwujudnya pemerintahan Allah ke dalam situasi-kondisi dunia ini.
Kiranya kita merindukan, mencari, membuka diri dan mempraktikkan iman berkemangan semacam ini. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar