Kemudian hamba itu mengambil sepuluh ekor dari unta tuannya dan pergi dengan membawa berbagai-bagai barang berharga kepunyaan tuannya; demikianlah ia berangkat menuju Aram-Mesopotamia ke kota Nahor. Di sana disuruhnyalah unta itu berhenti di luar kota dekat suatu sumur, pada waktu petang hari, waktu perempuan-perempuan keluar untuk menimba air. Lalu berkatalah ia: "TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham. Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air. Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum--dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu." Sebelum ia selesai berkata, maka datanglah Ribka, yang lahir bagi Betuel, anak laki-laki Milka, isteri Nahor, saudara Abraham; buyungnya dibawanya di atas bahunya. Anak gadis itu sangat cantik parasnya, seorang perawan, belum pernah bersetubuh dengan laki-laki; ia turun ke mata air itu dan mengisi buyungnya, lalu kembali naik. Kemudian berlarilah hamba itu mendapatkannya serta berkata: "Tolong beri aku minum air sedikit dari buyungmu itu." Jawabnya: "Minumlah, tuan," maka segeralah diturunkannya buyungnya itu ke tangannya, serta diberinya dia minum. Setelah ia selesai memberi hamba itu minum, berkatalah ia: "Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya puas minum." Kemudian segeralah dituangnya air yang di buyungnya itu ke dalam palungan, lalu berlarilah ia sekali lagi ke sumur untuk menimba air dan ditimbanyalah untuk semua unta orang itu. Dan orang itu mengamat-amatinya dengan berdiam diri untuk mengetahui apakah TUHAN membuat perjalanannya berhasil atau tidak. Setelah unta-unta itu puas minum, maka orang itu mengambil anting-anting emas yang setengah syikal beratnya, dan sepasang gelang tangan yang sepuluh syikal emas beratnya, serta berkata: "Anak siapakah engkau? Baiklah katakan kepadaku! Adakah di rumah ayahmu tempat bermalam bagi kami?"Lalu jawabnya kepadanya: "Ayahku Betuel, anak Milka, yang melahirkannya bagi Nahor." Lagi kata gadis itu: "Baik jerami, baik makanan unta banyak pada kami, tempat bermalampun ada." Lalu berlututlah orang itu dan sujud menyembah TUHAN, serta berkata: "Terpujilah TUHAN, Allah tuanku Abraham, yang tidak menarik kembali kasih-Nya dan setia-Nya dari tuanku itu; dan TUHAN telah menuntun aku di jalan ke rumah saudara-saudara tuanku ini!" -- Kejadian 24:10-27
Eliezer menjadi perpanjangan upaya Abraham sekaligus rencana TUHAN Allah untuk pergi menemukan calon istri Ishak yang di dalamnya tahap lanjut penggenapan pewujudan perjanjian TUHAN Allah. Kepercayaan itu ia terima dengan penuh tanggungjawab, ia pergi dengan bekal semacam mas kawin dan dalam doa yang diungkapkannya sesampainya ia di wilayah kota Nahor. Penting kita perhatikan beberapa hal dalam upaya penuh doa-nya ini. Pertama, ia pergi ke sumur yang memungkinkan ia bertemu dengan banyak gadis dalam tugas mereka mengambil air -- sumur adalah sumber alam penopang kehidupan, sumur adalah tempat paling tepat waktu itu untuk bertemu dengan para gadis dan dari sikap serta cara kerjanya dapat terlihat sifat dan sikap mereka. Kedua, ia berdoa kepada TUHAN Allah Abraham yang telah memanggil, berjanji, menggenapi rencana-rencana-Nya kepada Abraham, membuat tujuannya berhasil. Doa untuknya berarti: 1) Tuhan bekeja di dalam upayanya dan membuat itu berhasil, 2) Tuhan mewujudkan apa yang menjadi ketetapan-Nya bagi Ishak, dan 3) Tuhan menyatakan sifat-Nya yang kasih-setia baik kepada Abraham dan juga kepada Ishak melalui penyertaan-Nya dalam tugas Eiliezer ini. Ketiga, ia menjabarkan beberapa hal agar terjadi -- gadis yang murah hati, cekatan dan peduli, cantik -- dengan kata lain yang berkarakter dan berpenampilan serasi menjadi pasangan sepadan pemuda yang di dalamnya rencana TUHAN Allah akan dikerja-wujudkan. Ternyata belum usai doanya Eliezer telah menerima jawaban TUHAN. Ribka datang, menunjukkan semua sikap dan tindakan sebagaimana pertimbangan Eliezer yang matang dalam perspektif hikmat kebudayaan waktu itu.
Doa sendiri seumpama sumur yang tak henti-hentinya menyediakan penyegaran, penopangan, pembasuhan, pelepasan dahaga bagi kelanjutan kita menjalani rencana Allah. Di dalam doa dimungkinkan secara misterius-ajaib jalin-menjalin riil antara ketetapan dan pengerjaan ilahi dengan upaya pertimbangan hikmat manusiawi yang dikuduskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar