Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.-- Markus 10:43-45
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba -- Filipi 2:5-7
Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. -- 1 Petrus 5:5-6
Tidak tampak dalam terjemahan Alkitab Indonesia bahwa kata kerja yang Petrus pakai menggunakan gambaran kain celemek yang biasa dipakai para budak ketika melayani -- kamu semua "ikatkan celemek budak kerendahhatian" -- kira-kira demikian tejemahan harfiahnya. Hal yang Petrus anjurkan ini (juga Paulus) berasal bukan saja dari ucapan Yesus di Markus 10 tetapi juga dari pelayanan kerendahhatian Yesus kepada para murid yang berpuncak di peristiwa pencucian kaki -- Yesus melepas jubah-Nya, melilitkan [celemek] di pinggang-Nya, dst... (Yohanes 13).
Rendah hati adalah pra-muka dari pelayanan, pelayanan sejati adalah wajah dari kerendahhatian; Rendah hati membuat orang siap melayani, melayani adakah tolok uji adanya kerendahatian. Jika orang rendah hati maka ia akan berhenti memikirkan keutamaan, kehebatan, kelebihan dirinya dan sebaliknya mengutamakan, memikirkan, meninggikan orang lain.
Di dunia Yunani rendah hati tidak dianggap sebagai kebajikan -- sampai kini pun bahkan dalam kehidupan orang Kristen dan kegerejaan -- yang dihitung besar, agung, penting bukan sifat rendah hati. Nas ini menyadarkan kita bahwa pemandangan Tuhan atas kita, penilaian Tuhan atas sikap dan perbuatan kita jauh lebih penting daripada yang dipandang penting pada pemandangan manusia. Kita harus menemukan kemuliaan di dalam kerendahan, baik itu berlaku pada diri kita juga berlaku pada pelayanan kita. Kita perlu mendidik sistem nilai kita untuk rela melakukan bentuk-bentuk pelayanan yang tidak terlihat, tidak langsung berhubungan dekat dengan mimbar atau panggung atau sorot lampu dan applaus orang banyak sebab kita sedang menerapkan jejak sang Hamba Sejati yang Sengsara dan Merendah Diri. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar