Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu. -- 1 Petrus 4:12-16
Bergembiralah akan hal itu (baca ayat 3-5 tentang apa aja yang dimaksud dengan "itu"), sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. -- 1 Petrus 1:6-7
1. Apa dasar Petrus menyebut para penerima suratnya ini "saudara-saudara yang kekasih"? Apa penegasan yang ingin Petrus sampaikan dengan sebutan itu khususnya bagi mereka yang sedang mengalami berbagai ujian iman yang berat? Bagaimana kita masa kini harusnya menanggung penderitaan karena iman pada sesama orang percaya di berbagai tempat masa kini?
2. Dua nas di atas memakai gambaran api yang menyala-nyala. Bagaimana itu melukiskan hal yang sedang dialami dan yang akan dihasilkan melalui semua hal berat yang sedang dialami oleh mereka?
3. Telusuri dengan teliti apa saja alasan untuk orang yang sedang mengalami ujian iman berat itu supaya dapat "bergembira dan bersukacita"? Perhatikan empat kata yang melimpah-luap dengan kondisi hati penuh kesukaan: (Contohnya 1:8 ESV: rejoice with joy that is inexpressible and filled with glory,) Perhatikan juga bahwa kesanggupan untuk bergembira dengan penuh sukacita yang tak terkatakan dan agung itu disebabkan oleh fokus pada apa yang terjadi dalam kekekalan pada orang yang bertahan uji.
4. Apa lagi alasan untuk berbahagia dalam penderitaan? Bagaimana kita memastikan bahwa suatu pengalaman penderitaan adalah karena iman dalam Kristus dan bukan karena berbagai kesalahan, dosa atau kekonyolan sikap / tindakan kita sendiri?
5. Selama di dunia ini mungkinkah orang Kristen yang sungguh menghidupi dan menyaksikan imannya secara aktif tidak mengalami berbagai reaksi tidak enak bahkan memberatkan? Tepatkah menjadikan ada tidaknya kesukaran hidup karena iman sebagai semacam tolok ukur sungguh setiakah kita kepada Yesus Kristus?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar