Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa? Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia. -- 1 Petrus 4:17-19
Kiranya Roh Tuhan mengukirkan kesadaran yang hidup di benak kita terdalam beberapa hal tentang keselamatan, berikut ini. Pertama, keselamatan mustahil tanpa penghakiman bagi orang percaya. Kita semua tahu terutama dari paparan rasul Paulus bahwa keselamatan dimungkinkan melalui penghakiman yang ditanggung oleh Yesus Kristus. Kita yang percaya kepada-Nya diluputkan dari hukuman kekal namun harus melalui penghakiman di kekinian kita, yaitu penghakiman dalam artian penderitaan karena iman. Paparan Petrus sebelum ini menegaskan keniscayaan penderitaan untuk pemurnian. Mengapa? Sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun dapat berhadap-hadap wajah dengan Allah yang Mahakudus. Maka keselamatan bukan semata keluputan dari akibat dosa tetapi juga proses pelepasan dari berbagai kecemaran-kelemahan-penyimpangan-kejahatan dosa dalam berbagai bentuknya terutama yang sangat mengakar dalam hati dan karakter kita, seperti keras hati, bandel, standar ganda, munafik, sombong, serakah, licik, egois, malas, dlsb. Karena itu Petrus mengingatkan bahwa tidak menjalani pemurnian ini dengan benar (dampak dari penderitaan yang bersifat menghakimi sifat-sifat dosa), tanpa di pihak kita ada usaha kerja mewujudkan keselamatan (ingat ujaran Paulus tentang orang percaya mengerjakan keluar buah keselamatan karena anugerah bekerja di dalam kita -- surat Filipi) jelas tidak mungkin terjadi keselamatan sejati. Itu sebab ia memakai ungkapan bahwa bahkan orang percaya pun hampir tidak selamat.
Kedua, penghakiman atau pemurnian yang dijalani secara aktif oleh orang percaya menjadi semacam pengukuhan untuk terjadinya penghakiman kekal orang tidak percaya. Kebenaran ini banyak implikasinya. Ini boleh menjadi penghiburan dan penguatan agar orang percaya bertahan menanggung berbagai penderitaan karena kebenaran yang dipraktikkan. Ini juga boleh menjadi prinsip bahwa tidak perlu orang yang menanggung penderitaan karena kebenaran membalas jahat dengan jahat, sebab kelak Allah yang adil pasti akan menghakimi mereka yang kini menjadi agen penyebab penderitaan orang percaya. Sebaliknya, balasan orang percaya sewajarnya adalah yang sesuai hasil pemurnian yang ia terima yaitu kejahatan dibalas dengan kebaikan, doa agar pihak jahat itu diberkati dengan lawatan Tuhan.
Oleh pertolongan Roh Kudus kiranya kita disanggupkan mengerjakan keselamatan kita kini, menyambut proses pemunian yang Ia izinkan, menjadi kesaksian tentang kebenaran Yesus Kristus yang sekaligus menunjuk kepada penghakiman yang adil kelak. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar