Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
Roma 4:18Kehidupan Abraham adalah gambaran dari apa sebenarnya iman yang sejati. Dalam kebergantungannya yang kuat dan memuliakan Allah kepada janji ilahi – dalam hal ini janji bahwa ia akan mendapatkan anak pewaris – ia adalah teladan dan pola untuk iman yang membenarkan yang oleh injil kita diminta untuk melakukannya (Rm. 4:18-22).
Contoh lain dalam Perjanjian Baru tentang iman dalam tindakan ada dalam kitab Ibrani. Penulisnya berusaha menstabilkan orang beriman yang sedang mengalami masalah dan perhatiannya disimpangkan. Ia menulis: hendaklah kalian puas dengan apa yang ada padamu. Sebab Allah sudah berkata, "Aku tidak akan membiarkan atau akan meninggalkan engkau." Sebab itu kita berani berkata, "Tuhan adalah Penolongku, aku tidak takut. Apa yang dapat manusia lakukan terhadapku?" (Ibr. 13:5-6 IBIS).
Allah telah berfirman dalam perkataan janji alkitabiah; kita merespons dengan jalan mengambil janji, memercayainya, bertumpu atasnya, dan menyesuaikan pandangan kita tentang hidup sesuai dengannya. Itulah iman; itulah arti berdiri atas janji-janji Allah.
Apakah aku melatih diri merespons janji-janji Allah dalam cara yang diusulkan di atas? Bagaimana aku dapat menerima, memercayai, bertumpu pada, dan menyesuaikan diri kepada janji Allah?
Tuhan, inilah kebutuhanku… dan inilah janji-Mu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar