Kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan… Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.
Yeremia 1:7, 9.Sifat tugas nabi dikristalkan dalam perkataan kepada Yeremia. Menaruh perkataan ke mulut seseorang lain berarti meminta ia memberitahu kepadanya apa tepatnya yang harus ia katakan. Itulah yang Allah buat dengan para nabi. Seperti yang berulang kali mereka katakan kepada kita, Firman Tuhan datang kepada mereka dan memberitahukan mereka apa yang harus mereka katakan kepada orang lain dalam Nama Allah.
Amos memaparkan para nabi sebagai para pengantara penyataan dalam dua ayat berturutan (Am. 3:7, 8). “Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi. Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut?” Di sana para nabi adalah para pelihat dan pendengar, penerima penyataan. Lalu Amos berkata, “Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?” Di sana para nabi adalah pembicara dan pembawa pesan, yang didesak untuk mendeklarasikan rahasia yang Allah telah singkapkan kepadanya.
Karena itu, pada intinya, para nabi adalah para pewarta awal dari Firman Allah, para agen manusia yang membuat pernyataannya didengar publik dan menyiarkannya kembali kepada umat yang kepadanya ia diutus. Tetapi karena rahasia Allah sering melibatkan juga rencana rahasia-Nya, termasuk artinya untuk tindakan di masa kini, para pewarta awal Firman Allah itu sering terkesan sebagai para peramal hal-hal yang akan datang. Begitulah ide bahwa para nabi adalah peramal bertemu.
Kenalkah Anda nabi modern – orang yang mengaplikasikan Firman Allah dalam Nama Allah kepada Anda dan orang lain? Apakah Anda berdoa agar para pengkhotbah masa kini boleh berperan nabi dalam arti tadi?
Berdoalah untuk para nabi yang terasing, dan tawar hati, yang Anda kenal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar