Matius 16:17
Karena Perjanjian baru lebih maju daripada Perjanjian Lama, bolehkah kita mengatakan bahwa penyataan bersifat “progresif”? Bergantung pada apa yang kita maksud dengan kata itu. Jika yang kita maksudkan ialah bahwa ujaran Perjanjian Lama Allah, secara keseluruhan dalam satu atau lain cara menunjuk ke kedatangan Anak-Nya, istilah itu dapat diterima. Tetapi banyak teolog liberal menggunakan “progresif” untuk mengungkapkan ide bahwa sejarah penyataan sesungguhnya adalah sejarah bagaimana pemikiran Israel tentang Allah berevolusi dari sesuatu yang primitif (ide tentang allah peperangan) menjadi lebih baik (Pencipta yang moral) sampai ke konsepsi bahwa Allah yang diajarkan Yesus adalah Bapa yang mengasihi; dan mereka membuat ide ini sedemikian rupa sampai menyiratkan bahwa orang Kristen tidak perlu memerhatikan lagi Perjanjian Lama, sebab semua ide yang dapat dipelajari tentang Allah telah tertampung lengkap dalam Perjanjian Baru, dan ide lainnya salah.
Tetapi jelas itu tidak benar. Allah memang telah mengembangkan pengetahuan manusia tentang diri-Nya melalui proses penyataan, tetapi ide bahwa yang dinyatakan kemudian menentang dan membatalkan yang dinyatakan sebelumnya adalah salah. Demikian juga dampak pandangan itu yang membuat orang mengabaikan Perjanjian Lama. Penyataan Perjanjian Baru selalu bertumpu atas landasan Pesrjanjian Lama, dan mencabut fondasi sesudah struktur bangunan berdiri berarti menumbangkan struktur bangunan itu sendiri. Orang yang mengabaikan Perjanjian Lama tidak akan mendapat banyak dari Perjanjian Baru.
Penyataan yang kemudian, jauh dari menentang apa yang telah datang sebelumnya, justru mengandaikan dan membangun di atasnya. Ide ini paling baik diungkapkan dengan menyebut penyataan sebagai kumulatif daripada progresif.
Dapatkah para orangtua belajar sesuatu dari penyataan Allah yang kumulatif kepada umat-Nya tentang cara mendidik anak?
Tuhan, tolong aku memelihara gambaran benar tentang Engkau dari penyataan-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar