Katanya: "Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata sekali lagi
Kejadian 18:30Dari seorang manusia dunia ini, Abraham berubah menjadi manusia Allah. Terkadang kelemahan lamanya muncul kembali, tetapi bersamanya muncul keanggunan baru dan kemandirian, hasil dari pengembangan kebiasaan Abraham berjalan dengan Allah. Kita juga menemukan dalam dirinya kelembutan baru ketika ia menolak untuk mengklaim keutamaan dirinya atas Lot keponakannya (Kej. 13:8-13), dan keberanian baru ketika ia berangkat hanya dengan tiga ratus orang untuk membebaskan Lot dari kekuatan gabungan empat raja-raja (14:14-16). Kita melihat suatu harkat baru sebagaimana ia menolak untuk mengambil rampasan, agar orang tidak berpikir bahwa raja Sodom, dan bukan Allah Yang Mahatinggi, yang telah membuat ia menjadi kaya (14:17-24). Kita menyaksikan kesabaran baru, dengan ia menanti kelahiran keturunan yang akan menjadi pewarisnya, seperempat abad lamanya, dari usia tujuhpuluh lima sampai seratus tahun (12:4; 21:5).
Kita melihat ia menjadi seorang pendoa, seorang pensyafaat yang gigih yang memikul beban tanggungjawab di hadapan Allah demi kesejahteraan pihak lain (18:23-33). Di akhir ia sedemikian tuntas membaktikan diri kepada kehendak Allah, dan sedemikian yakin bahwa Allah tahu apa yang ia lakukan, sampai ia bersedia (karena perintah Allah) untuk membunuh anaknya sendiri, pewaris yang kelahirannya ia nantikan sedemikian lama (22:1-19). Betapa berhikmat Allah telah mengajar Abraham! Dan betapa baik Abraham telah menerima pelajaran dari Allah.
Pikirkan seseorang dalam Alkitab atau yang Anda kenal yang Anda percaya “berjalan dengan Allah” atau “sahabat Allah.” Apa ciri orang itu sampai Anda menyimpulkan demikian?
Tuhan, apakah arti praktis “berjalan dengan-Mu” dan “menjadi sahabat-Mu” ini kini untukku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar