Sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau
tidak memberkati aku." Bertanyalah orang itu kepadanya: "Siapakah
namamu?" Sahutnya: "Yakub." Lalu kata orang itu: "Namamu
tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel , sebab engkau telah bergumul
melawan Allah dan manusia, dan engkau menang." - Kejadian32:26-28
Ketika
Yakub diberitahu bahwa Esau membawa pasukan bersenjata menuju dia untuk
membalas berkat yang telah ia curi duapuluh tahun sebelumnya, ia terhempas
dalam keputusasaan besar. Dan kini saat untuk Allah tiba. Malam itu, sementara
Yakub berdiri sendirian di tepi sungai Yabok, Allah menjumpainya (Kej.
32:22-32). Terjadilah berjam-jam lamanya pergumulan berat dan menyakitkan;
pergumulan rohani, dan untuk Yakub terkesan sebagai, juga jasmani.
Yakub berpegang pada Allah; ia
menginginkan berkat, yang meneguhkan perkenan dan perlindungan ilahi dalam
krisis tersebut, tetapi ia tidak mendapatkan apa yang ia cari. Sebaliknya, ia
makin menjadi sadar akan keadaan dirinya – amat tak berdaya dan tanpa Allah,
sangat tak berpengharapan. Ia merasakan seluruh kegetiran dari cara-cara hidupnya
yang tak bermoral dan sinis kini balik ke sangkarnya. Sejauh ini ia telah bertindak
mengandalkan diri sendiri, percaya bahwa dirinya lebih hebat dari apa pun yang
terjadi, tetapi kini ia merasa sama sekali tidak berdaya untuk mengendalikan
segala yang terjadi. Dalam terang benderang membutakan Ia sadar, bahwa ia tidak
akan berani lagi memercayai diri sendiri untuk mengurus kehidupannya dan
mengukir destininya. Agar hal ini terang dan jelas untuk Yakub, Allah
membuatnya pincang sebagai pengingat seterusnya tentang kelemahan rohaninya dan
kebutuhannya untuk bersandar pada Allah selalu.
Sifat kemenangan Yakub atas Allah
tidak lain adalah ia berpegangan terus kepada Allah sementara Allah melemahkan
dia dan menciptakan di dalamnya roh ketaklukan dan tidak lagi memercayai diri;
bahwa ia sedemikian menginginkan berkat Allah sampai ia bergelantung pada Allah
sepanjang pergumulan yang merendahkan dirinya itu sampai ia cukup rendah untuk
Allah membangkitkannya.
Mengapa
Allah harus merendahkan kita?
Apakah aku hidup oleh kecerdikanku atau oleh
hikmat Allah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar