Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia
mengeluarkan kakiku dari jaring. - Mazmur 25:15
Tidak
ada doa jika tidak ada kesadaran akan kebutuhan. Penyair Mazmur 25 sangat peka
akan kebutuhannya. Ia merasa bahwa sebuah jaring telah menjerat dan
memenjaranya. Jaring apa? Sepertinya jaring itu memiliki jerat bagian luar dan
dalam. Bagian luar melambangkan para musuhnya – “Lihatlah, betapa banyaknya
musuhku, dan bagaimana mereka membenci aku dengan sangat mendalam” (19) – dan
segala akibat yang dibuat oleh mereka – “aku sebatang kara dan tertindas.
Lapangkanlah hatiku yang sesak dan keluarkanlah aku dari kesulitanku!” (16-17).
Jerat bagian dalam melambangkan apa
yang ia rasakan ketika ia mengingat dosa-dosanya. “Dosa-dosaku pada waktu muda
dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat… Ampunilah kesalahanku, sebab
besar kesalahan itu” (7, 11). Ingatan itu menimbulkan ketakutan bahwa ia
akhirnya akan mengalami perendahan dan akhirnya gagal: “janganlah kiranya aku
mendapat malu” (2, 20).
Tidakkah kita juga sadar akan jaring
serupa mengelilingi kita? Tidakkah kita juga menghadapi oposisi, keadaan hidup
yang menentang, kesukaran demi kesukaran, ingatan tentang dosa dan kegagalan
kita? Kita perlu melakukan apa yang pemazmur lakukan: secara spontan bawalah
semua hal ini kepada Tuhan, berulang kali dan tanpa segan-segan, oleh
pertolongan Roh Kudus, dan minta Dia menarik kita keluar dari kekacauan jerat
yang ditebar oleh si iblis, perancang semua keputusasaan dan ketawaran hati.
Apakah
jerat yang Anda alami itu: hal, orang, suasana hidup yang menggentarkan hidup
Anda?
Bawa tiap aspek kesulitan atau ketakutan
Anda kepada Allah dan ingatkan diri Anda
tentang siapa Allah dan apa yang telah ia janjikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar