Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur. Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya. Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat ayahnya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar. Sesudah itu Sem dan Yafet mengambil sehelai kain dan membentangkannya pada bahu mereka berdua, lalu mereka berjalan mundur; mereka menutupi aurat ayahnya sambil berpaling muka, sehingga mereka tidak melihat aurat ayahnya. Setelah Nuh sadar dari mabuknya dan mendengar apa yang dilakukan anak bungsunya kepadanya, berkatalah ia: "Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya." Lagi katanya: "Terpujilah TUHAN, Allah Sem, tetapi hendaklah Kanaan menjadi hamba baginya. Allah meluaskan kiranya tempat kediaman Yafet, dan hendaklah ia tinggal dalam kemah-kemah Sem, tetapi hendaklah Kanaan menjadi hamba baginya." Nuh masih hidup tiga ratus lima puluh tahun sesudah air bah. Jadi Nuh mencapai umur sembilan ratus lima puluh tahun, lalu ia mati. -- Kejadian 9:20-29
Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. -- 1 Petrus 4:8
Nuh hidup benar, tidak bercela, berjalan dengan Allah, beroleh anugerah menjadi perintis generasi manusia zaman baru. Pasca air bah ia berhasil mengembangkan perkebunan anggur. Di tengah keberhasilannya ia bersuka merayakan berkat tetapi tanpa pengendalian diri. Ia minum sampai mabuk, sampai telanjang. Kejadian berikutnya melengkapi kesedihan dalam kisah ini. Anaknya yang termuda yang karena berada bersama dia kemungkinan ikut minum sampai mabuk, bereaksi salah terhadap ketelanjangan ayahnya. Akibatnya, sesudah Nuh siuman Ham yang menurunkan bani Kanaan tidak beroleh doa berkat Nuh. Hanya Sem dan Yafet yang bereaksi dengan menjaga hormat kepada ayahnya yang beroleh doa berkat Nuh.
Untuk kita simak dari kegagalan Nuh: Pertama, anugerah, keselamatan, hidup benar di masa lalu bukan andalan untuk kita seterusnya otomatis akan benar terus. Penting untuk tidak berhenti berjalan dengan Allah, terus menerus mengandalkan perkenan Allah, tumbuh dalam berbagai kapasitas manusiawi yang dikuduskan. Kedua, berkat bukan tujuan akhir. Jangan menjadi seperti orang dunia yang menjadikan kerja, usaha, sukses dan segala kaitannya sebagai tujuan akhir, Jangan mabuk nggur, mabuk kerja, mabuk harta, mabuk kuasa. Yang harus kita usahakan dan pelihara dengan rajin dalam kehidupan ini adalah bersekutu akrab dengan Allah dan segala aspek kehidupan berlangsung dalam proses berjalan dalam anugerah. Pelajaran dari reaksi anak-anak Nuh: Jangan ikut-ikutan dalam kesalahan orang lain termasuk dari pihak yang harusnya menjadi teladan namun dalam momen kelengahannya gagal menjadi teladan. Jangan bereaksi salah terhadap kesalahan orang lain -- membenci, mengejek, menghina, menertawakan, mensyukuri... -- tetapi doakan dan perlakukan dengan hormat agar yang bersalah boleh dikembalikan kepada kehormatan sebagai gambar Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar