Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi...Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" -- Lukas 24:27-32
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. -- 2 Timotius 3:16-17
Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah....kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. -- 2 Petrus 1:20-21; 3:16
Menarik menimba hal-hal penting tentang Kitab Suci dari berbagai prinsip yang tertampung dalam nas-nas ini.
1. Mengapa kita menerima otoritas Alkitab? Karena adanya klaim-klaim para nabi dan penulis lainnya bahwa mereka digerakkan Allah, firman Tuhan datang kepada mereka, Allah menyuruh mereka berbicara...? Lalu bagaimana kita boleh meyakini bahwa klaim-klaim dari begitu banyak orang adalah sungguh dan benar? Menyimak Perjanjian Lama, kita melihat bahwa klaim dari para nabi memang disadari oleh penerimanya sebagai berasal dari Allah dan mengandung "bobot" firman Allah serta firman-firman antara para nabi itu sendiri berkesesuaian. Ini adalah sebagian "bukti" bahwa Alkitab memang adalah firman Allah. Tetapi, alasan terakhir mengapa kita menerima otoritas Perjanjian Lama adalah karena Yesus Kristus Juruselamat dan Tuhan kita menundukkan diri kepada firman tertulis, menjadikan firman tertulis bingkai bagi arti hidup dan misi pelayanan-Nya, menjadikan firman tertulis juga sebagai sumber ajaran-Nya dan pengarah tindakan-Nya. Demikian juga para rasul mengikuti teladan Yesus Kristus memperlakukan Perjanjian Lama.
2. Lalu bagaimana dengan Perjanjian Baru? Bukankah pada zaman Yesus Kristus hidup belum ada tulisan-tulisan yang kini kita akui sebagai Perjanjian Baru? Bukankah para rasul sendiri sekilas boleh dikatakan bahwa mereka tidak memaksudkan tulisan mereka akan dijadikan Kitab Suci Perjanjian Baru? Pendapat terakhir ini tidak sepenuhnya benar. Sejak hari-hari pertama lahirnya komunitas petobat dan pemercaya di Kisah para Rasul, mereka telah menjadikan ajaran para rasul sebagai semacam kerangka untuk isi iman dan manifestasinya ke perilaku mereka. Ajaran para rasul ini juga telah disadari "berbobot" firman berotoritas dan sungguh menggenapi janji Yesus Kristus bahwa Roh Kudus akan membimbing mereka ke dalam segala kebenaran. Inilah yang kita simak dalam pengakuan Petrus tentang tulisan Paulus: "berhikmat, dikaruniakan" Roh kepadanya, serta mencakup "hal-hal yang berat (baca: sarat kebenaran ilahi)" yang membuatnya tidak boleh dibaca / ditafsir seenaknya sebagaimana juga nubuat para nabi tidak boleh diperlakukan demikian. Adanya petunjuk bahwa paling tidak ada kesesuaian antar tulisan-tulisan para rasul, atau bahkan saling belajar dan saling melengkapi sangat mungkin karena surat-surat mereka beredar cukup luas.
3. Terakhir, di balik semua ini -- bahwa begitu banyak penulis dan kitab Perjanjian Lama, juga penulis dan kitab Perjanjian Baru, di rentang waktu, zaman, konteks sosial-budaya-religius berbeda-beda namun terdapat kesesuaian yang mencengangkan terutama bicara tentang siapa Allah, bagaimana sifat-Nya, apa kehendak-Nya bagi manusia; siapa manusia, apa tujuan kini dan kelak manusia hidup, bagaimana sampai manusia mengalami sengsara dan bagaimana jalan keluarnya, dst. -- ini semua adalah sebab di balik pikiran, gumulan, penelitian, pilihan gaya tulisan dan ungkapannya dari para penulis PL dan PB ada aktivitas Roh Allah mengilhamkan, membimbing, memurnikan, memberdaya mereka. Dan, karena itu di dalam kita kini perlu sangat pemberdayaan Roh yang membangkitkan api semangat membaca-merenung Alkitab, mengakui otoritas Alkitab, menafsir dengan benar, sampai menyimpan dan memberlakukannya sepanjang hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar