Matius 5:4
Tanpa perlu mempersempit uraian tentang “orang yang berdukacita” ini, kita dapat menyimpulkan bahwa hal iu berkaitan dengan sikap terhadap dosa-dosa. Ayat ini bicara tentang bedukacita tentang dosa-dosa yang melaluinya kita telah mengacaukan kehidupan kita (atau juga kehidupan orang lain) karena kebodohan kita sendiri, dan pasti mengganggu terwujudnya maksud Allah untuk kita. Hidup kita terpelintir, pertimbangan kita terdistorsi. Kita terus menerus kehilangan fokus dan daya baik secara moral maupun spiritual; ada banyak sekali hal harus kita ratapi.
Dengan gambaran lain kita dapat dilukiskan seperti sebuah bangunan yang rusak. Allah harus menghancurkan dan membangun kita kembali. Ratapan kita tentang keadaan rusak itu mengakui bahwa kita memerlukan suatu rekonstruksi hidup. Tetapi, Yesus berkata, berbahagialah orang yang berdukacita karena mereka akan dihibur.
Penghiburan dan penguatan itu datang dari kesediaan Allah untuk melakukan pembaruan atas kita dan meneruskannya sampai hal itu selesai. “Aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Fil. 1:6).
Betapa menghibur dan menguatkan untuk kita mengetahui bahwa kita sepenuhnya diampuni (ketika Allah mengampuni, Ia melupakan) dan pembaruan hidup kita yang sudah berlangsung tidak akan berhenti sampai kita menggambarkan Juruselamat dengan sempurna dan sepenuhnya serta sebenarnya manusia seperti yang Allah maksudkan!
Pikirkan tentang karya Allah dalam hidup Anda atau orang lain sebagai suatu pekerjaan rekonstruksi masif. Terkadang kita perlu berkata kepada diri sendiri atau orang lain, “Sabar, Allah belum selesai menggarapku/dia.”
Tuhan, aku butuh kesabaran-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar